Anda di halaman 1dari 6

Adab I`tikaf

Pada hari sebelum 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, pada waktu Ashar, berniatlah
untuk melakukan I`tikaf atas nama diri sendiri, leluhur, dan anak-anak kita. Mintalah
dukungan kepada Rasulullah (saw), Grandsyekh `Abdullah Daghestani (q), Mawlana
Syekh Nazim al-Haqqani (q), dari Mawlana Syekh Hisyam Kabbani (q) dan para
awliya. Hadiahkan pahalanya (ihda) kepada Nabi (saw), ahlul bait, para awliya,
Grandsyekh, Mawlana Syekh Nazim (q), Mawlana Syekh Hisyam (q) dan kemudian
orang-orang yang kalian inginkan.

Pengantar

I`tikaf di masa Nabi (saw) dilakukan pada 10 hari terakhir, yang paling penting adalah
memisahkan diri dari suami atau istri kalian. Itu adalah hal utama dalam I`tikaf, yakni
bahwa kalian tidak melakukan hubungan (suami-istri) pada saat kalian berada dalam
I`tikaf. Dan itulah sebabnya mereka biasanya pergi ke masjid karena tidak ada tempat
lain untuk melakukannya di hadapan Nabi (saw). Sekarang ini, orang-orang bisa juga
melakukan I`tikaf di rumah. Kalian dapat melakukannya di ruangan yang terpisah dari
suami atau istri kalian. Itulah I`tikaf. Kalian memutuskan untuk memasuki suatu
latihan yang berat di mana kalian ingin selalu berada di Hadirat Ilahi, bukan di dunia.

I`tikaf adalah sebuah langkah sebelum khalwat, jadi ia melatih kita untuk mampu
berada dalam khalwat selama 40 hari, kalian ingin berada di Hadirat Ilahi, itulah
sasaran kalian. Berada bersama Allah (swt) dan Nabi-Nya (saw).

Syekh kalian akan memberikan beberapa awrad untuk dilakukan agar kalian dapat
mencapai semacam pembersihan atau pengkilapan diri kalian yang membuat kalian
mampu di masa depan, jika kalian terus melakukan i`tikaf, itu akan membuat kalian
mampu meraih suatu pemahaman yang benar tentang khalwat. I`tikaf sangat penting
karena ia akan membawa kalian dalam perjalanan tersebut.

`Akafa dalam bahasa Arab berarti `akafa `ala syay adalah berpaling menuju ke arah
itu atau ke sana, menuju sesuatu dan menjaganya tanpa perubahan, terus-menerus
secara konstan (istiqamah) melakukannya. Kalian mengatakan `aakiftu ākul ats-
tsamr, aku memutuskan untuk selalu memakan kurma. `Akafa adalah melakukan
sesuatu terus-menerus, secara konstan dan non stop.

Jadi I`tikaf selama 10 hari adalah memutuskan untuk berpaling menuju Allah (swt)
selama 10 hari ini dan menjauh dari segala hal yang mengganggu atau memutuskan
segala hubungan dengan yang lain, selain dengan Hadirat Ilahi ini.

Jadi para Sahabat biasanya tinggal di dalam masjid, tetapi bila ada sesuatu yang penting
yang mengharuskan mereka pulang ke rumah, mereka melakukannya, karena itu
bukanlah khalwat sepenuhnya. Jika mereka ingin mandi, mereka pergi lalu kembali
lagi. Yang paling penting adalah tidak berhubungan dengan istri atau istri dengan
suami, hubungan antar suami istri.

Dalam I`tikaf, mereka boleh makan apa saja, tidak ada batasan. Dalam khalwat kalian
hanya boleh memakan sejenis makanan, yaitu lentil. Orang-orang dalam I`tikaf akan
menyibukkan diri selama 10 hari terakhir dengan berbagai ibadah siang dan malam.
Mereka harus memahami betul bagaimana melindungi diri mereka dari semua bisikan
setan yang negatif di telinga mereka.

Pertama sedapat mungkin, mereka tidak berbicara dengan orang lain. Kalaupun mereka
dapat bicara, sesuatu tentang Islam dibolehkan. Dalam I`tikaf, kalian boleh
mendengarkan ceramah, mengajukan pertanyaan, mendengarkan hadits, tetapi itu
harus ditujukan untuk tujuan non duniawi, tidak perlu bicara tentang pergi ke
supermarket, atau, “Mainan apa yang akan kubelikan untuk anakku?” Yang menjadi
fokus adalah Allah (swt) dan Nabi-Nya (saw).

Kalian memulainya sebelum Maghrib, bagi wali Allah 24 jam dimulai pada saat
Maghrib.

Jadi, jika kalian memutuskan untuk pergi, kalian pergi 2 jam sebelum Maghrib, ambil
wudhu dengan niat melakukan I`tikaf, lalu kalian masuk dan duduk di sana, dan mulai
melakukan awrad yang diberikan kepada kalian, awrad normal yang diberikan kepada
setiap orang adalah membaca satu hingga 3 juz Alquran sehari, jika mereka bisa
membaca Alquran. Jika mereka tidak bisa membaca Alquran, mereka dapat membaca
artinya. Lalu bacalah Dalail al-Khayrat setiap hari satu hizib. Jika mereka tidak bisa
membacanya, mereka dapat membaca shalawat Nabi (saw) 100 kali sebagai pengganti
Dalail al-Khayrat. Dan jika mereka tidak bisa membaca Alquran, mereka dapat
membaca qul huwa Allahu ahad 100 kali dan 3 juz sama dengan 300 kali qul huw
Allahu ahad.

Instruksi
Mulai pada hari pertama, ambillah wudhu di zawiyah, lakukan adab tarekat, dilanjutkan
dengan Shalat Maghrib berjamaah, setelah itu lanjutkan membaca adab hingga Isya.

Niat:
Nawaytu ‘l-arba’in, nawaytu ‘l-`itikaf, nawaytu ‘l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah,
nawaytu ‘r-riyadhah, nawaytu ‘s-suluk, lillahi ta’ala fii haadzal-masjid (atau fii
haadzal-jaami`)

Aku berniat 40 (hari mengasingkan diri), aku berniat untuk beritikaf, aku berniat
khalwat, aku berniat mendisiplinkan (ego), aku berniat mengadakan perjalanan di jalan
Allah (swt), demi Allah di masjid ini.
Dzikir Harian:

Allah, Allah, 5.000 kali dalam hati (khafi), 5.000 kali bersuara (jahar); dibaca hingga
48.000 atau 74.000 kali.
Shalawat: Allaahumma shalli `alaa Muhammadin wa `alaa aali
Muhammadin wa sallim, 2.500 hingga 24.000 kali.
La ilaha ill-Allah, 1.000 kali
Subhaanallah wa bihamdihi subhaanallah il-`Azhiim, astaghfirullah 100
kali.
Astaghfirullah al-`Azhiim wa atuubu ilayh, 100 kali.
Subuuhun qudduusun rabbunaa wa rabb ul-malaaikati war-ruh, 100 kali.
Bismillaahi ‘r-rahmaani ‘r-rahiim, dzaalika taqdiirul-`aziiz il- `aliim, 100
kali.
Alhamdulillah, 100 kali.
Syukran lillaah, 100 kali.
Subhaanallaah, 100 kali.
Allaahu akbar, 100 kali.
Hasbunallah wa ni`mal wakiil, 100 kali.
La hawla wa la quwatta illa billahil `Aliyyil `Azhiim, 100 kali.
1 juz Alquran atau Surat al-Ikhlash 100 kali.
1 hizib (bab) Dalail al-Khayrat atau shalawat 100 kali.
Dalam melakukan semua awrad berusahalah untuk bermeditasi merenungkan
maknanya.

Prosedur Harian

Hari dimulai pada saat Maghrib. Ambillah wudhu 2 jam sebelum Maghrib, lalu bacalah
awrad sebelum matahari terbenam. Setelah Shalat Maghrib berjamaah, lanjutkan
pembacaan awrad harian hingga Isya, dan dilanjutkan kembali setelah Shalat Isya.

Bangunlah sebelum Subuh, kira-kira pukul 2 dini hari, lalu lakukan Shalat Wudhu dan
Shalat Tahajjud. Sambil menunggu yang lain, bacalah laa ilaha ill-Allah 1.000 kali,
Surat al-Ikhlash 1.000 kali, dan awrad lainnya seperti yang telah disebutkan di atas.
Bagilah bacaan-bacaan itu dalam set yang terdiri dari 100.

Bila kalian selesai satu set, lanjutkan dengan set berikutnya.


Misalnya: lakukan dzikir, laa ilaha ill-Allah 100 kali,
lalu al-Ikhlash 100 kali,
Subhaanallah wa bihamdihi subhaanallah il-`Azhiim, astaghfirullah 100 kali,
Astaghfirullah al-`Azhiim wa atuubu ilayh 100 kali,
Subuuhun qudduusun rabbunaa wa rabb ul-malaaikati war-ruh 100 kali,
Bismillaahi ‘r rahmaani ‘r-rahiim, dzaalika taqdiirul-`aziiz il- `aliim 100 kali,
Alhamdulillah 100 kali,
Syukran lillaah 100 kali,
Subhaanallaah 100 kali,
Allaahu akbar 100 kali,
Hasbunallah wa ni`mal wakiil 100 kali,
kemudian La hawla wa la quwatta illa billahil `Aliyyil `Azhiim 100 kali.

Lalu bila masih ada waktu, bacalah:

Ya Shamad, 500 kali


Astaghfirullah, 500 kali dengan niat bahwa sejak hari Allah (swt) menciptakan hingga
kini Allah (swt) akan mengampuni kalian.
Astaghfirullah, 500 kali dengan niat bahwa sejak hari ini hingga Yawmil Hisab, Allah
(swt) akan melindungi kalian.
Alhamdulillah, 500 kali bersyukur bahwa Allah (swt) telah menciptakan kalian
sebagai Umat Nabi (saw) dan membuat kalian menjadi murid Syekh Nazim (q).
Alhamdulillah, 500 kali bersyukur bahwa Allah (swt) tidak menciptakan kalian
sebagai umat (nabi-nabi) yang lain.

Lalu jika kalian mempunyai waktu, lakukan awrad yang telah saya sebutkan, selalu
hubungkan hati kalian dengan Mawlana Syekh Nazim (q), yang kita sebut rabithah dan
muraqabah kepada Mawlana Syekh Nazim (q). Rabithah dan muraqabah harus selalu
ditujukan kepada Mawlana Syekh Nazim (q). Hari demi hari kalian akan menjumpai
suatu pergulatan hebat dalam diri kalian, berusaha untuk membuat kalian pergi dan
oleh karenanya akan sangat sulit bagi kalian untuk duduk.

Kalian dapat duduk di makam dan melakukannya di sana.

Bagi yang ingin melaksanakannya sebagian, ia dapat melakukannya mulai dari Ashar ke
Maghrib, Maghrib ke Isya dan sejak dini hari hingga Subuh.

Bagi yang ingin melaksanakannya secara penuh, ia harus melakukannya selama 24 jam,
dengan istirahat 5-6 jam.

Tunggu jemaah yang lainnya untuk melaksanakan Shalat Najat, Syukur dan Tasbih.
Lalu lakukan Shalat Subuh berjamaah, lengkap dengan awradnya dan lanjutkan dengan
awrad masing-masing hingga Shalat Isyraq.
Setelah Shalat Isyraq, boleh beristirahat hingga pukul 10 atau lebih, lalu bangun untuk
melaksanakan Shalat Dhuha 8 rakaat.

Kemudian lanjutkan membaca awrad mulai dari 5.000, 5.000 Allah, Allah hingga
48.000 atau 74.000, shalawat 2.500 kali dan seterusnya.

Peraturan

Tidak ada pantangan untuk makanan, apa saja boleh. Makan sahur dan buka puasa
dilakukan bersama-sama.

Semua shalat harian dilakukan secara berjamaah, yang dilakukan sendiri-sendiri adalah
ketika mereka menyelesaikan seluruh shalat, mereka lalu melakukan semua adab dzikir,
membaca Alquran dan Dalail al-Khayrat masing-masing. Setelah menyelesaikan semua
awrad, mereka boleh melanjutkannya dengan awrad apa saja yang ada dalam
Guidebook (Buku Panduan) Tarekat Naqsybandi.

Yang terpenting adalah tidak boleh melakukan hubungan suami-istri.

Anda mungkin juga menyukai