Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Plak Gigi
a. Definisi Plak gigi
Deposit lunak yang menempel erat pada permukaan gigi adalah
plak gigi, yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam
suatu matrik interseluler hal ini terjadi jika seseorang melalaikan
kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi tidak bisa dihilangkan jika
hanya dengan cara berkumur atau disemprot air saja dan jika hanya
membersihkan secara sempurna dengan mekanis. Berbeda halnya dengan
lapisan terdahulu. Jika jumlah plak sedikit tidak dapat dilihat dengan
langsung, kecuali diwarnai dengan larutan disklosing atau sudah
mengalami diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada di dalam
rongga mulut. Jika plak menumpuk, plak akan nampak menjadi berwarna
abu-abu, abu-abu kekuningan, dan kuning. Plak biasanya mulai
terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi
yang cacat dan kasar (Putri dkk., 2013).
b. Proses Pembentukan Plak Gigi
Menurut Putri dkk (2013) ada 3 tahap Pembentukan plak diantaranya :
1) Tahap pertama
Bakteri mulai berproliferasi juga diserta pembentukan matriks
interbakterial yang terdiri dari polisakarida ekstraseluler yakni levan
dan dextran dan juga mengandung protein saliva. Hanya bakteri yang
dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada
tahap pertama, yaitu streptococcus mutans, streptococcus bovis,
streptococcus sanguis, streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam
pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada
tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk lapisan
kontinu di atas permukaan acquaired pelicle melainkan sebagai suatu
kelompok – kelompok kecil yang terpisah. Perkembangan bakteri
membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil

7
8

metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan lunak


plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob.
Setelah kolonisasi pertama oleh streptococcus, berbagai jenis
mikroorganisme lain memasuki plak, hal ini dinamakan “phenomena
of succesion”.
Pada keadaan ini dengan bertambahnya usia plak, akan terjadi
pegeseran bekteri dalam plak.
2) Tahap Kedua
Jika dua sampai dengan empat hari kebersihan gigi dan mulut
diabaikan, kokus gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya
(dari 70% menjadi 30%), dengan 15% diantaranya terdiri dari bacillus
yang bersifat anaerob. Fusobacterium, Aactinomyces dan Veillonella
yang aerob akan bertambah jumlahnya pada saat hari kelima.
3) Tahap ketiga
Pada hari ke-7 pematangan plak ditandai dengan adanya
bakteri jenis Spirochaeta dan Vibrio, dan terus bertambah jenis
filamen dengan peningkatan paling menonjol pada Actiomyces
naeslundi. Pada hari yang ke duapuluh delapan dan hari ke duapuluh
sembilan, Jumlah streptococcus akan terus berkurang.
c. Klasifikasi Plak Gigi
Plak gigi dalam perkembangannya gigi dibagi sesuai dengan
letaknya terhadap tepi gingiva, yaitu Plak supragingiva dan plak
subgingiva. Plak supragingiva berada di bawah tepi gingiva diantara gigi
dan dinding sulkus gingiva. Penumpukan mikroba pada permukaan gigi
berhubungan dengan plak supragingiva. Mikroba pada permukaan gigi
ini dapat menuju ke sulkus gusi sehingga dapat lebih kontak dengan
penumpukan mikroba pada sulkus gingiva maupun pada saku gusi
(Hamsar, 2010 dalam Apriliyandi, 2014).
Plak subgingiva terletak di bawah tepi gingiva diantara gigi dan
epitel poket gingiva. Menurut Rose dan Mealey (2004) dalam
Apriliyandi (2014) plak subgingiva dapat didefinisikan sebagai gigi dan
komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada permukaan apikal
tepi gingiva. Mikroba pada sulkus gusi ataupun pada saku periodontal
9

berhubungan dengan Plak subgingiva.


d. Komposisi Plak Gigi secara keseluruhan
Plak gigi dominan terdiri dari air dan berbagai macam
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler,
yang terdiri atas polisakharida ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar
80% dari berat plak merupakan air sementara jumlah mikroorganisme
kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas
mikroorganisme plak juga terdiri dari sel-sel epitel lepas, leukosit,
partikel - partikel sisa makanan dan garam anorganik yang terutama
terdiri atas fosfat dan flour (Putri dkk., 2013).
e. Indeks plak
Indeks plak merupakan Suatu angka yang diperolah berdasarkan
penilaian objektif, yaitu dengan cara mengukur luas permukaan gigi
yang ditutupi oleh plak maupun karang gigi yang didapat pada saat
pemeriksaan (Putri dkk., 2013). Menurut Green dan Vermilillion dalam
Putri dkk (2013) memilih enam permukaan gigi indeks yang mewakili
seluruh segmen depan maupun belakang dari seluruh gigi yang dalam
rongga mulut, yaitu :
1) Gigi 16 pada permukaan bucal
2) Gigi 11 pada permukaan labial
3) Gigi 26 pada permukaan bukal
4) Gigi 36 pada permukaan lingual
5) Gigi 31 pada permukaan labial
6) Gigi 46 pada permukaan lingual
Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, lakukan dengan
penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jika gigi molar pertama tidak ada penilaian dilakukan pada gigi molar
kedua dan jika molar pertama tidak ada dan kedua tidak ada penilaian
dilakukan pada molar ketiga akan tetapi jika molar pertama, kedua
dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian pada segmen tersebut.
2. Jika insisif pertama kanan atas tidak ada dapat diganti dengan gigi
insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada dapat diganti
dengan gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika insisif
10

pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilian untuk
segmen tersebut.
3. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan - keadaan seperti : gigi
hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang
merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun
logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya
pada permukaan indeks akibat karies maupun fraktur gigi yang
erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis. Penilaian dapat
dilakukukan jika minimal dua gigi indeks yang dapat diperiksa. Untuk
mempermudah penilaian, sebelum melakukan penilaian debris, kita
dapat membagi permukaan gigi yang akan dinilai dengan garis khayal
menjadi 3 bagian yang sama besar / luasnya secara horizontal.
f. Faktor yang mempengaruhi terjadinya plak
Carlsson mengungkapkan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan plak gigi diantaranya yaitu:
a. Faktor klinis
1) Lingkungan Fisik yaitu anatomi, posisi gigi, anatomi jaringan
sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah
dilakukan pewarnaan dengan larutan disklosing. Pada daerah
terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang
posisinya salah, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang
buruk, pada permukaan email yang banyak cacat, dan pada daerah
pertautan semento email yang kasar, terlihat jumlah plak lebih
banyak plak.
2) Friksi atau gesekan karena dari makanan yang dikunyah hal ini
hanya terjadi pada permukaan gigi yang terlindung. Dengan
memperhatikan dan memelihara kesehatan dan kebersihan mulut
dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada
permukaan gigi.
3) Pengaruh diet terhadap pembentukan plak telah diteliti dalam dua
aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai
sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Dan Jenis makanan,
yaitu yang berstekstur lembur dan kasar, berpengaruh terhadap
11

pembentukan plak pada permukaan gigi. Ternyata plak banyak


terjadi jika kita lebih banyak mengkonsumsi makanan lembut,
terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis gula,
karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks plak (Putri dkk.,
2013).
b. Faktor non klinis
1) Kebiasaan terhadap mengkonsumsi jenis makanan
Menurut Carlsson dalam Putri dkk, (2013) Jenis makanan,
yaitu keras dan lunak dapat mempengaruhi pembentukan plak pada
permukaan gigi. Plak akan banyak terbentuk jika banyak
mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan lunak yang
mengandung sukrosa karena akan menghasilkan dekstran dan
levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan
matriks plak. Penilaian akan diambil menggunakan lembar tilik
dengan metode recall yaitu responden mengingat kembali
makanan yang dimakan sebelumnya yaitu makanan yang
mengandung sukrosa atau tidak.
Kriteria pengukuran kebiasaan yaitu :
i. Kebiasaan baik jika nilai > 7
ii. Kebiasaan kurang baik jika nilai < 6
2) Kebiasaan terhadap waktu mengkonsumsi makanan
Judarwato (2009) dalam Anugrah (2012) mengungkapkan
pada anak, frekuensi makan, waktu makan jenis makanan berbeda
dengan orang dewasa. Frekuensi makan pada anak sangat
bervariasi dan mereka sangat suka makan makanan ringan
diantaranya waktu makan, hal inilah yang menyebabkan
penumpukan plak yang banyak karena proses demineralisasi terus
terjadi sebelum tubuh sempat melakukan proses remineralisasi.
Waktu makan pada anak juga sangat berpengaruh karena mereka
suka mengkonsumsi glukosa seperti permen, caramel, coklat dan
lain-lain disela-sela waktu makan, akibatnya sukrosa yang
dikonsumsi akan bertumpuk dan bakteri akan memfermentasi
12

karbohidrat kemudian melekat pada gigi dan mendukung


pembentukan plak. Penilaian akan diambil menggunakan lembar
tilik dengan metode recall yaitu mengingat kembali makanan-
makanan manis terus menerus tanpa jeda atau tidak. Kriteria
pengukuran kebiasaan yakni :
i. Kebiasaan baik jika nilai > 7
ii. Kebiasaan kurang baik jika nilai < 6
3) Kebiasaan terhadap frekuensi mengkonsumsi makanan
Lestari dan Atmadi (2016) mengungkapkan frekuensi
berlebih makan makanan manis sebagai cemilan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan plak dikarenakan makan makanan
manis sedikit-sedikit tetapi terus menerus akan lebih beresiko
karena gigi lebih sering terpapar oleh pemicu gigi berlubang,
dibandingkan dengan makan sekaligus banyak tetapi hanya sekali.
Insidensi karies gigi lebih tinggi pada orang yang mengkonsumsi
>3 sampai 5 makanan manis berlama-lama di mulut dapat merusak
gigi karena gula yang melekat pada gigi dalam kontak yang lama
akan meningkatkan aktivitas bakteri. Penilaian akan diambil
menggunakan lembar tilik dengan metode recall yaitu mengingat
kembali berapa kali dalam sehari mengkonsumsi makanan manis.
Kriteria pengukuran kebiasaan yakni :
i. Kebiasaan baik jika nilai > 7
ii. Kebiasaan kurang baik jika nilai < 6
g. Cara Pengukuran plak
Beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran plak yaitu :
1) Penilaian indeks plak menurut modifikasi Tureskey - Gilmoreglickman
dari Quigley-Hein dalam Putri dkk (2013)
Pengukuran indeks plak dilakukan dengan cara membagi
menjadi tiga bagian Namun, bagian yang diperiksa hanyalah
permukaan fasial dari gigi anterior, dengan menggunakan bahan
fuchsin sebagai disklosing dengan rentan 0-5 Menurut Quigley-Hein
(1962).
Turesky dkk memodifikasi penilaian tersebut dilakukan pada
13

semua gigi pada bagian permukaan fasial dan lingual setelah


diberikan bahan disklosing. Skor plak dari perorangan didapat dari
jumlah total dari nilai yang didapat dibagi jumlah permukaan gigi yang
diperiksa.
Kriteria Indeks
Tabel 2.1 Kriteria indeks plak modifikasi Turesky-Grimore-Glikman
dari Quigley-Hein

Skor Kondisi

PI

0 Tidak terdapat plak

1 Terdapat bercak-bercak plak yang terpisah pada bagian


margin servical

2 Terdapat lapisan tipis plak sampai setebal 1 mm pada


bagian margin servikal dari gigi

3 Terdapat lapisan plak lebih dari 1 mm tetapi mencapai 1/3


bagian mahkota

4 Terdapat lapisan plak, lebih dari 1/3, akan tetapi tidak


lebih dari 2/3 bagian mahkota

5 Terdapat lapisan plak, menutupi seluruh permukaan gigi

2) Pengukuran kebersihan mulut menurut Podshadley dan Haley (Patient


hygiene performance indeks PHP) dalam Putri dkk ( 2013).
Cara pemeriksaan klinis berdasarkan indeks plak adalah :
a) Menggunakan larutan yang berwarna merah (disklosing solution)
untuk pemeriksaan plak gigi.
b) Pemeriksaan dilakukan pada mahkota gigi fasial atau lingual
dengan cara membagi setiap permukaan mahkota menjadi lima
subdivisi, yaitu : D = distal, G = sepertiga tengah gingival, M =
14

mesial, C= sepertiga tengah gigi, I/O = sepertiga tengah insisal


atau oklusal.

Gambar 2.1 Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHP (Putri
dkk., 2013)
c) Pemeriksaan dilakukan dengan cara sistemis diantaranya pada :
i. Permukaan Labial gigi insisif pertama kanan atas;
ii. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah;
iii. Permukaan bucal gigi molar pertama kanan atas;
iv. Permukaan bucal gigi molar pertama kiri atas;
v. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah;
vi. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah
d) Cara penilaian plak
Nilai 0 : tidak ada plak gigi
Nilai 1 : ada plak gigi
e) Cara pengukuran menggunakan rumus :
IP PHP = Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa
Jumlah gigi yang diperiksa
f) Kriteria penilaian
Sangat baik = 0
Baik = 0,1 – 1,7
Sedang = 1,8 – 3,4
Buruk = 3,5 – 5
3) Pengukuran kebersihan mulut menurut Personal Hygiene performance
modified (PHPM) oleh Maerten dan Meskin dalam Putri dkk, (2013)
Metode PHPM sering digunakan pada masa gigi campuran,
Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan PHP, Namun permukaan
yang diperiksa yaitu bagian bukal dan lingual. Dan gigi yang diperiksa
15

adalah gigi paling belakang yang tumbuh kuadran kanan atas, gigi
kaninus atas kanan atau gigi terseleksi, gigi premolar atau molar
kuadran kiri atas, gigi paling belakang yang tumbuh pada kuadran kiri
bawah, gigi kaninus kiri bawah atau gigi yang terseleksi, dan gigi
premolar dan molar kuadran kanan bawah.
Jika ditemukan plak pada permukaan gigi yang diperksa maka
penilaian diberi tanda (+) dan jika tidak ada penumpukan plak diberi
tanda (-).
Jumlah skor perorang yaitu maksimal 60 yang diperoleh dengan
menjumlah seluruh skor (grand total).
Menurut Marten dan Meskin dalam Ratna (2018) adalah sebagai
berikut :
Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incial ke gingiva, garis
imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari
oklusal/incisal ke gingiva, masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis
imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A, B,
C, D, E).

Gambar 2.2 Area pengukuran Plak Gigi


Keterangan area :
A = Area 1/3 ginggiva dari area tengah (area 1/3 gingiva )
B = Area 1/3 tengah dari area tengah (area 1/3 tengah )
C = Area 1/3 insisal atau oklusal dari area tengah (area 1/3
insisal/oklusal)
D = Area distal
E = Area mesial
1) Apabila terlihat ada plak disalah satu area, maka diberi skor (tanda
v), jika tidak ada plak bisa diberi skor 0 (tanda -).
16

2) Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan skor tiap plak gigi
setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk tiap gigi indeks
berkisar antara 0-10.
3) Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks berkisar antara
0-60.
Dengan kriteria :
Baik = 0-20
Sedang = 21-40
Buruk = 41-60
h. Kontrol Pembentukan Plak
Upaya kontrol pembentukan plak gigi dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan kimiawi. Kontrol plak dengan cara mekanis dapat dilakukan
diantaranya dengan menggunakan sikat gigi, dental floss, atau sikat
interdental, Namun berbeda pada kontrol plak secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penggunaan obat kumur (Putri dkk., 2013).
i. Akibat plak gigi
1) Gigi berlubang (Karies)

Gambar 2.3 Gigi berlubang (Karies gigi)


Bila terhadap plak dan konsumsi makanan gula yang
berlebihan, kemudian produksi asam meningkat dan banyak kristal
mineral yang larut pada suatu bagian permukaan gigi dari pada bagian
permukaan gigi lainnya. Jika banyak kristal yang larut, protein yang
sangat halus yang berfungsi sebagai pelindung permukaan gigi juga
dapat hilang (Besford, 1996).
a) Gejala
i. Gigi akan terasa sakit, gigi akan menjadi sensitif setelah makan
dan minum yang manis, asam, panas dan dingin.
17

ii. Berasa akan adanya (karies) lubang gigi


iii. Mulut akan terasa bau
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan karies gigi :
i. Perbedaan pada pola makan
ii. Waktu makan yang lebih lama
iii. Sisa makanan yang tertinggal dimulut dalam waktu lama
iv. Bakteri berkembang di dalam mulut
v. Tingkat kematangan email.
2) Karang gigi (kalkulus)

Gambar 2.4 Karang gigi (kalkulus)


Plak gigi yang mengalami pengerasan, klasifikasi/remineralisasi
merupakan Kalkulus (Pratiwi, 2007).
a) Gejala
Karang gigi (kalkulus) yang terlihat di permukaan gigi pada
umumnya berwarna kekuningan sampai kecoklatan. Permukaan
yang akan terasa kasar dan tidak bisa dibersihkan hanya dengan
sikat gigi atau tusuk gigi. Karang gigi juga muncul di bawah gusi
yang mengakibatkan gusi terinfeksi dan mudah berdarah. Karang
gigi juga dapat menimbulkan mulut akan terasa bau (Pratiwi,2007).
b) Penyebab karang gigi
Streptococcus dan anaerob adalah bakteri penyebab dari
timbulnya karang gigi. Bakteri tersebut merubah glukosan dan
karbohidrat makan menjadi asam melalui proses fermentasi.
Kombinasi dari bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur dalam
rongga mulut membentuk suatu substansi berwarna kekuningan
yang melekat pada permukaan gigi yang di sebut plak. Karang gigi
terbentuk salah satunya dari plak yang tidak bersihkan (Pratiwi,
2007).
18

2. Perkembangan Fisiologi rongga mulut anak usia Sekolah Dasar


a. Fisiologis rongga mulut pada anak Sekolah Dasar
1) Rongga mulut
a) Definisi rongga mulut
Mulut adalah salah satu bagian dari kepala, berbentuk
sebuah rongga atau ruangan yang dibatasi dengan bibir, pipi,
tulang rahang, dan jaringan dasar mulut serta langit-langit
(palatum). Rongga ini dilapisi oleh jaringan yang lembut yang
disebut selaput lendir mulut. Didalam rongga mulut ini ada gigi
geligi dan lidah, serta keadaan dalam mulut selalu lembap sebab
dibasahi oleh cairan yang disebut air liur (Sariningsih, 2012).
b) Fungsi Mulut
i. Pencernaan makanan
Semua makanan masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Didalam rongga mulut makanan akan mengalami tahap pertama
dari proses pencernaan makanan yaitu pengunyahan dengan gigi
geraham dan penceampuran makanan dengan air liur (saliva).
Dengan demikian makanan dipersiapkan untuk dicerna dalam
lambung dan usus.
ii. Estetik
Mulut terdiri dari rahang atas dan rahang bawah, dan
kedua rahang ini bersamaan membentuk dua pertiga dari wajah
kita. Gangguan pada pertumbuhan rahang akan berpengaruh
pada keserasian bentuk wajah, misalnya dagu yang yang kurang
tumbuh, wajah yang miring ke kiri atau miring ke kanan atau
bibir sumbing. Gigi depan rahang atas yang “tonggos” atau gigi
depan yang tidak teratur susunannya menyebabkan orang malu
dan rendah diri dalam pergaulan.
iii. Komunikasi
Komunikasi dengan mulut dilakukan secara verbal (dengan kata
-kata) atau secara nonverbal (tanpa kata-kata). Bentuk mulut,
jumlah gigi dan susunan gigi akan mempengaruhi komunikasi
verbal. Kalau antara gigi ada celah-celah atau kalau ada
19

beberapa gigi yang sudah hilang, maka berbicara menjadi tidak


jelas dan disertai suara berdesis.
2) Gigi
a) Definisi Gigi
Gigi merupakan jaringan tubuh yang paling keras
dibandingkan dengan yang lainnya. Strukuktur nya memiliki
beberapa lapisan mulai email yang keras, dentin (tulang gigi) di
dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf dan
bagian lain yang memperkokoh gigi. Gigi terdiri dari 2 macam
yaitu ada gigi sulung dan gigi tetap. (Sariningsih, 2012). Perbedaan
gigi sulung dan gigi tetap
i. Dilihat dari ukurannya gigi sulung lebih kecil dibandingkan
dengan gigi permanen baik mahkota maupun akarnya
ii. Dari warnanya, gigi sulung lebih putih, seangkan warna gigi
permanen lebih kuning.
iii. Akar gigi seri sulung tengah (incisive pertama) dan akar gigi
seri sulung samping (incisive kedua) penampangnya lebih
sempit jika dibandingkan dengan akar gigi seri permanen.
iv. Akar gigi geraham sulung menyebar. Hal ini penting gunanya
untuk tempat perkembangan gigi tetap.
v. Gigi susu berjumlah 20 sedangkan gigi permanen berjumlah 32.
b) Susunan gigi terdiri dari beberapa lapisan diantaranya :
i. Email adalah lapisan yang berada paling luar gigi yang terdiri
dari seluruh corona, dalam bahasa inggris disebut crown adalah
mahkota. Bagian paling keras diantara bagian yang lainnya
bahkan email lebih keras dari pada tulang.
i. Dentin, yaitu bagian yang terletak dibawah email dan bagian
terbesar dari bagian lainnya.
ii. Jaringan pulpa, jaringan benak gigi atau sum-sum gigi, ialah
jaringan yang lunak yang terada di dalam kamar pulpa atau
ruang dan seluruh akar gigi.
20

iii. Sementum, yaitu bagian yang meliputi semua lapisan luar gigi,
kecuali pada bagian ujung akar gigi yang disebut foramen
apikalis.
c) Gigi susu berdasarkan bentuk dan fungsinya, dibagi menjadi 3
macam diantaranya :
i. Gigi seri (incisivus)
Berbentuk seperti pahat, berfungsi untuk memotong dan
mengiris makanan.
ii. Gigi taring (caninus)
Bentuknya runcing, berfungsi untuk merobek makanan
iii. Gigi geraham (molar)
Bentuknya agak bulat dengan dataran pengunyah ada tonjolan
dan berlekuk-lekuk. Berfungsi untuk mengunyah makanan.
d) Gigi permanen berdasarkan Fungsinya, dibagi menjadi 4
kelompok, diantaranya :
i. Gigi seri (incisivus)
Tugas gigi seri adalah memotong dan menggiling
makanan dan gigi seri terdiri dari ada 4 buah diatas dan 4 buah
dibawah, sehingga keseluruhannya berjumlah 8.
ii. Gigi taring (caninus)
Gigi taring ada 4 buah, diatas 2 dan di bawah 2. Gigi ini
terletak disudut mulut, bentuk mahkota meruncing yang
berguna untuk merobek makanan.
iii. Gigi geraham kecil (premolar)
Geraham adalah pengganti gigi geraham sulung. Letak
gigi ini dibelakang gigi taring. Berjumlah 8 yang
tersusun 4 di atas dan 4 di bawah dengan 2 di kanan dan 2 di
kiri. Berguna membantu gigi geraham besar untuk
menghaluskan makanan.
iv. Gigi geraham besar (molar)
Gigi geraham besar berada dibelakang gigi geraham
kecil permukaan dari gigi molar ini tebal dan bertonjol – tonjol.
21

Jumlah gigi ini adalah 12, yaitu 6 di atas dan 6 di bawah dengan
masing-masing 3 buah di kiri dan kanan. Gigi ini berguna untuk
menggiling makanan.

e) Pertumbuhan gigi pada anak usia Sekolah Dasar


i. Usia 6 tahun
Gigi anak mulai terbentuk sejak lahir dan akan tumbuh
pada rahang mulai dari 6 tahun, dimulai pada gigi geraham
pertama dirahang bawah yang tumbuh dibelakang gigi
geraham kedua sulung.
Pada umur 6 tahun, merupakan dimulainya masa pergantian
gigi susu dan gigi permanen. Dimulai dengan goyangnya gigi
seri pertama sulung dirahang bawah karena resorpsi akar gigi
sulung dan terdesaknya gigi sulung oleh gigi permanen
pengganti yang berada di bawahnya. Pada waktu gigi sulung
goyang, harus dicabut agar tidak terjadi persistensi yaitu gigi
sulung masih ada tetapi gigi permanen sudah tumbuh diluar
atau didalam lengkung gigi (Sariningsih, 2012).
ii. Usia 7-8 tahun
Gigi seri pertama dirahang atas akan tumbuh pada umur
7 tahun. Pelebaran rahang terjadi usia 5- 8 tahun, lebih besar
pada rahang atas di bandingkan dengan rahang bawah.
Kemungkinan terjadi celah antara gigi seri pertama (tengah)
kiri dan kanan di rahang atas sehingga gigi terlihat renggang.
Celah ini akan menghilang pada usia 8 tahun sampai 9 tahun
dengan tumbuhnya gigi seri permanen di sampingnya serta
gigi taring permanen di sampingnya yang berukuran lebih
besar dari pada gigi sulung yang tanggal.
Pertumbuhan rahang akan terus berlangsung selama
gigi geligi permanen tumbuh. Perubahan ukuran lengkung gigi
mulai mulai mengalami perubahan pada usia 5 – 6 tahun
disebabkan kekuatan tumbuhnya gigi geraham pertama
permanen. Pada anak usia tujuh setengah tahun akan tumbuh
22

gigi seri kedua di rahang bawah, kemudian disertai tumbuh


nya gigi seri kedua dirahang atas pada usia delapan tahun
(Sariningsih, 2012).

iii. Usia 9-11 tahun


Pada anak usia 9-11 tahun akan tumbuh gigi geraham
kecil pertama di rahang atas dan dirahang bawah. Kemudian
akan tumbuh gigi geraham kecil kedua di rahang atas dan
rahang bawah (Sariningsih, 2012).
iv. Usia 12 tahun
Pada anak usia 12 tahun gigi geraham besar kedua
Mulai Tumbuh di rahang atas. Kemudian disusul tumbuhnya
gigi geraham besar kedua di rahang bawah.
Setelah anak usia 14 tahun, seluruh gigi permanen
anak (kecuali gigi geraham besar ketiga ) Sariningsih, (2012).
3) Bibir
a) Definisi Bibir
Pada Bibir juga disebut tepi mulut. Bibir ada 2 bagian yaitu
ada bibir atas dan bibir bawah. Sudut mulut yaitu titik pertemuan
antara kedua bagian bibir, yaitu bibir atas dan bibir bawah.
(Sariningsih, 2012).
b) Fungsi dari Bibir diantaranya :
i. Menjaga jangan sampai makanan dan minuman tercecer keluar
mulut
ii. Merasakan panas, dinginnya makanan dan minuman
iii. Berbicara dengan jelas
iv. Membentuk mimik
v. Kecantikan/ketampanan wajah
vi. Menghisap waktu menyusu bagi bayi
c) Akibat bibir kering pada anak
Bibir yang sering kering biasanya karena kurangnya minum
atau kurang asupan vitamin C. Maka dari itu, diusahakan anak
untuk selalu minum banyak air dan mengkonsumsi buah-buahan
23

dan syaur-sayuran yang cukup. Bila aanak bangun tidur, biasakan


minum segelas air. Bila saat tidur malam, produksi air liur akan
berkurang, maka perlu air minum yang akan menjadi penyeimbang
agar kelembapan mulut terjaga. Cara lain yaitu dengan mengolesi
pemembap agar bibir tidak kering (Sariningsih, 2012).
4) Gusi
a) Definisi Gusi
Gusi (gingiva) merupakan jaringan mukosa yang melapisi
dan menempel erat pada leher gigi dan tulang rahang atau tulang
alveolar, tersusun dari epitel berkeratin dan jaringan ikat.
Gusi merupakan, tetapi lapisan teratas dan terlihat warna
merah muda (Sariningsih, 2012).
b) Fungsi gusi
merupakan untuk menjaga jaringan di bawahnya yang
mengikat akar gigi kepada tulang rahang
c) Ciri-ciri gusi anak yang sehat antara lain :
i. Berwarna merah muda pucat, tetapi warnanya banyak berfariasi
pada tiap anak. Kadang ditemukan gusi yang warna nya
kecoklatan. Pigmen adalah warna yang didapatkan dari zat
pewarna yang berada didalam gusi.
ii. Bentuknya tajam pada ujungnya (papilla interdental berbentuk
tajam ), ke arah rongga mulut.
iii. Melekeat erat sekitar mahkota gigi yang berbatasan dengan
gusi.
iv. Konsistensi gusi kenyal dan melekat erat sekitar mahkota gigi
dan pada tulang di bawahnya.
v. Tekstur permukaan terlihat adanya stippling (bergelombang)
pada gusi
vi. Tidak berdarah pada palpasi (penekanan) dengan jari atau pada
probing yaitu sonde (probe) periodontal dimasukkan ke dalam
saku gusi (daerah perbatasan antara mahkota gigi dan gusi)
dengan hati-hati.
vii. Tidak berdarah pada waktu anak menyikat gigi
24

d) Ciri-ciri gusi anak yang tidak sehat antara lain :


i. Berwarna agak kemerah-merahan
ii. Adanya pembesaran jaringan gusi sehingga teksturnya tidak
bergelombang
iii. Kadang-kadang terjadi pembengkakan pada gusi
iv. Mudah berdarah terutama pada waktu menyikat gigi
e) Pembesaran gusi pada anak-anak disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain :
i. Faktor lokal yaitu higiene mulut yang kurang baik seperti
adanya plak dan karang gigi.
ii. Perubahan hormon
iii. Pemakaian obat anti epilepsi atau obat antihiper tensi
iv. Kurang gizi sehingga gusi terdapat perlukaan yang
menyebabkan gusi berdarah dan pembesaran jaringan gusi.
5) Lidah
a) Definisi Lidah
Lidah terdiri dari otot-otot yang dapat bergerak. Pada
bagaian permukaan dari lidah ada tonjolan-tonjolah kecil yang –
disebut papila lidah. Alat pengecap dan rasa yaitu dari tonjolan
tonjolan kecil dalam lidah (Sariningsih, 2012).
b) Fungsi lidah
i. Mengecap dan merasakan makanan dan minuman
ii. Menelan
iii. Menjilat
iv. Berbicara dengan jelas dan terang
c) Penyebab lidah pada anak berjamur
Permukaan lidah biasanya ditandai dengan bintik-bintik putih
yang berkelompok tandanya lidah yang berjamur. Pada anak,
lidah berjamur disebabkan karena kurangnya kebersihan mulut.
Sisa-sisa air susu yang menempel pada lidah, akan mengalami
fermentasi sehingga merangsang akan tumbuhnya jamur. Dapat
juga disebabkan dot yang kurang higienis sehingga jamur
menempel pada permukaan lidah anak.
25

6) Langit-langit
a) Definisi langit-langit
Langit-langit merupakan atap dari rongga mulut. (Sariningsih,
2012).
b) Bagian langit-langit, diantaranya:
i. Langit- langit keras, yang merupakan sebagian dari rahang atas.
ii. Langit-langit lunak, yang terdapat di bagian belakang mulut
dekat kerongkongan.
iii. Langit-langit keras itu tidak licin, bisa dirasakan dengan ujung
lidah. Sedangkan langit-langit lunak tidak ada tulangnya,
sangat peka, maka jangan disentuh sebab bisa mengakibatkan
muntah. Langit-langit ini diperlukan waktu berbicara,
mengunyah dan menelan.
26

B. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut :

Kebersihan Akibat plak gigi:


Plak Gigi
gigi dan mulut
1. Karies gigi
2. Kalkulus
(karang gigi)

Faktor yang mempengaruhi


terjadinya plak

Faktor Klinis :
1. Lingkungan fisik gigi
2. Gesekan Makanan
3. Diet makanan
Faktor Non Klinis :
1. Kebiasaan terhadap konsumsi
jenis makanan
2. Kebiasaan terhadap waktu
mengkonsumsi makanan
3. Kebiasaan terhadap frekuensi
mengkonsumsi makanan.

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber : Putri dkk (2013), (Besford, 1996).Pratiwi 2007, Judarwato (2009), Atmadi
dan Lestari (2016)
27

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ha (Hipotesis alternatif)
Ha1 : Terdapat hubungan faktor kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan
terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha2 : Terdapat hubungan faktor kebiasaan waktu mengkonsumsi makanan
terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha3 :Terdapat hubungan faktor kebiasaan frekuensi mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
b. Ho (Hipotesis nol)
Ha1 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha2 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan waktu mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.
Ha3 : Tidak terdapat hubungan faktor kebiasaan frekuensi mengkonsumsi
makanan terhadap terjadinya plak pada siswa - siswi SDN Meteseh.

Anda mungkin juga menyukai