Anda di halaman 1dari 21

ANGGARAN RUMAH TANGGA

GERAKAN MILENIAL INDONESIA


BAB I

PENGERTIAN UMUM

Pasal 1

Gerakan Milenial Indonesia adalah organisasi kepemudaan yang sekaligus menjadi wadah
muda-mudi penerus bangsa Indonesia dalam pengembangan potensi serta menjadi sarana
pengabdian untuk negeri. Pengabdian yang berasaskan kontribusi kepada nusa dan bangsa
tanpa membedakan suatu suku, agama, dan ras.

BAB II

KEORGANISASIAN & KEPENGURUSAN

Pasal 2

Manifesto Organisasi

Gerakan Milenial Indonesia dalam menjalankan organisasi berpijak dan berpegang teguh
pada landasan kedaulatan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Adapun motivasi dan semangat organisasi Gerakan Milenial Indonesia yang terangkum
sebagai Manifesto Organisasi yang sebagai berikut:

1. Independen dan Mandiri


Independen dan Mandiri bentuk ekspresi diri dalam mencapai potensi organisasi.
Gerakan Milenial Indonesia dalam hal ini menggabarkan asas kebebasan dalam
berkarya, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan pikiran yang tetap berpegang
teguh pada rasa tanggung jawab.

2. Berkebangsaan dan Nasional


Gerakan Milenial Indonesia adalah organisasi kepemudaan yang berwawasan
kebangsaan yang berpegang teguh pada karakter nasionalisme yang kuat, tangguh, dan
mandiri. Wawasan kebangsaan ini menjadi jiwa dalam segala aspek kehidupan
berbangsa, baik kehidupan politik, ekonomi, social, budaya maupun keagamaan.

3. Pengabdian dan Keadilan Sosial


Gerakan Milenial Indonesia adalah organisasi kepemudaan yang menjadikan marwah
pengabdian sebagai kunci dalam aspek kebermanfaatan. Cita-cita organisasi yang
dapat memberikan manfaat seluas-luasnya dan sebaik-baiknya keseluruh tatanan
masyarkat yang berkeadilan sosial. Adil secara ekonomi, hukum, Pendidikan, Hak
Asasi Manusia, dan Politik.

4. Berpendirian dan Taat Hukum


Gerakan Milenial Indonesia memiliki sikap untuk bertindak sesuai dengan prinsip dan
watak berpendirian, setiap anggota organisasi dapat memiliki motivasi kuat dan selalu
mengutamakan komitmen bersama yang selalu berpegang teguh pada nilai hukum.
Pasal 3

Fungsi Struktural Kepengurusan

Gerakan Milenial Indonesia memiliki struktural kepengurusan yang tersebar di seluruh


Indonesia baik pada tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten / Kota. Adapun fungsi-fungsi
kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia sebagai berikut:
1. Pengurus Pusat adalah kepengurusan di tingkat Nasional yang berfungsi menumbuhkan,
menghidupkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Gerakan Milenial
Indonesia pada Tingkat Provinsi maupun Pengurus Tingkat Kabupaten Kota Gerakan
Milenial Indonesia yang berada di wilayah Indonesia;
2. Pengurus Provinsi adalah kepengurusan di tingkat Provinsi yang berfungsi
menumbuhkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Kabupaten / kota
Gerakan Milenial Indonesia yang berada di wilayah Provinsi tersebut;
3. Pengurus Kabupaten / Kota adalah kepengurusan di tingkat Kabupaten/Kotamadya yang
berfungsi menumbuhkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan Pengurus Gerakan
Milenial Indonesia di wilayah Kabupaten/Kotamadya tersebut.

Pasal 4

Dewan Pembina Organisasi

Gerakan Milenial Indonesia memiliki Dewan Pembina Organisasi dengan menimbang


pentingnya sebuah masukan, arahan, dan nasihat agar arah organisasi dan tumbuh
kembangnya organisasi dapat maksimal dan tetap pada manifesto organisasi. Adapun
Dewan Pembina Organisasi Gerakan Milenial Indonesia yang merupakan para ahli dan
kaum professional pada bidang dan keahliannya masing-masing sebagai berikut;

1. Dewan Pembina Bidang Kewirausahaan


Dewan Pembina Bidang Kewirausahaan dari professional murni yang merupakan
pengusaha sukses dan diharapkan dapat memberikan ilmu-ilmu dan pengalamannya
kepada seluruh Anggota Gerakan Milenial Indonesia.

2. Dewan Pembina Bidang Kepemudaan


Dewan Pembina Bidang Kepemudaan terdiri dari beberapa kaum intelektual muda serta
seseorang yang sudah ahli pada bidangnya dengan kondisi usia yang tergolong muda.
Hal ini menjadi perlu karena seluruh anggota Gerakan Milenial Indonesia patut untuk
menjadikan Dewan Pembina Organisasi menjadi motivasi terdekat dalam dirinya.

3. Dewan Pembina Bidang Hukum


Dewan Pembina Bidang Hukum menjadi penting dikarenakan setiap keputusan yang
diambil oleh organisasi perlu adanya tinjauan dan nasihat agar tidak terjerat oleh
pelanggaran maupun kasus hukum. Taat hukum menjadi garis penting untuk Gerakan
Milenial Indonesia baik secara personal maupun secara komunal.

4. Dewan Pembina Bidang Budaya, Sosial, dan Politik


Dewan Pembina Bidang Budaya, Sosial, dan Politik yang akan terfokuskan kepada
pembangunan kapasistas dan kualitas seluruh anggota Gerakan Milenial Indonesia. Isu-
isu terkini akan menjadi landasan berfikir dan sikap keanggotaan yang kritis serta aktif.
BAB III

PENGURUS TINGKAT NASIONAL, PENGURUS TINGKAT PROVINSI,


PENGURUS TINGKAT KABUPATEN / KOTA

Pasal 5

Status Pengurus Tingkat Nasional

Pengurus Pusat adalah Badan / Instansi kepemimpinan Tertinggi pada organisasi Gerakan
Milenial Indonesia. Status kepengurusan yang independen dan mengedepankan kepentingan
Organisasi yang diputuskan dengan pertimbangan dan sepengetahuan Dewan Pembina GMI.

Pasal 6

Personalia Pengurus Tingkat Nasional

Gerakan Milenial Indonesia memiliki kepengurusan tingkat nasional yang sah dan absolut,
adapun personalia pengurus Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional sebagai berikut;

a. Formasi Dewan Pimpinan Nasional sekurang-kurangnya terdiri dari Koordinator


Nasional, Sekretaris Nasional, Wakil Sekretaris Nasional dan Bendahara Nasional.
b. Formasi Kepengurusan Nasional harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
kinerja kepengurusan yang sebaik-baiknya.
c. Adapun kriteria yang dapat menjadi Dewan Pimpinan Nasional adalah:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT,
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
3. Berdomisili di DKI Jakarta dan merupakan warga Negara Indonesia,
4. Tidak sedang dijatuhi sanksi hukum maupun sanksi organisasi,
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan,
d. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
1. Meninggal Dunia / Wafat,
2. Sakit / lumpuh yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam)
bulan berturut-turut atau lebih,
3. Tidak hadir dalam Rapat Pengurus selama 6 Bulan Berturut-turut atau lebih.

Pasal 7

Tugas dan Wewenang Pengurus Tingkat Nasional

Gerakan Milenial Indonesia memiliki tugas dan wewenang kepengurusan tingkat nasional
yang sah dan absolut, adapun tugas dan wewenang kepengurusan sebagai berikut;

a. Menggerakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,


b. Melaksanakan ketetapan tugas berdasarkan keputusan Musyawarah Nasional (Munas),
c. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan organisasi
Gerakan Milenial Indonesia kepada seluruh anggota Gerakan Milenial Indonesia,
d. Melaksanakan Sidang Pleno Pengurus Nasional secara turin yang dilakukan pada setiap
semester kegiatan selama periode berlangsung,
e. Melaksanakan Rapat Rutin Kepengurusan Nasional minimal sebulan sekali selama
periode kepengurusan berlangsung.
f. Melaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Minimal setahun sekali selama periode
kepengurusan berlangsung.
g. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban melalui Musyawarah Nasional (Munas).
h. Mengesahkan dan melantik Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia pada tingkat
Provinsi dan Tingkat Kabupaten / Kota.
i. Menerima laporan kerja kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia pada tingkat Provinsi
dan Tingkat Kabupaten / Kota.
j. Mengawasi proses pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Gerakan Milenial
Indonesia pada tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten / Kota.
k. Mengangkat dan Mengesahkan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia pada tingkat
Provinsi dan tingkat Kabupaten / Kota.
l. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap anggota / pengurus
Gerakan Milenial Indonesia di seluruh Indonesia.

Pasal 8

Status Pengurus Tingkat Provinsi

Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi adalah badan / instansi


koordinatif dari Gerakan Milenial Kepengurusan Nasional. Kepengurusan Tingkat Provinsi
turut aktif dan mendukung pelaksanaan AD / ART Gerakan Milenial Indonesia.

Pasal 9

Personalia Pengurus Tingkat Provinsi

Gerakan Milenial Indonesia memiliki kepengurusan tingkat provinsi yang sah dan absolut,
adapun personalia pengurus Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi sebagai berikut;

e. Formasi Dewan Pimpinan Provinsi sekurang-kurangnya terdiri dari Koordinator


Provinsi, Sekretaris Provinsi, Wakil Sekretaris Provinsi dan Bendahara Provinsi.
f. Formasi Kepengurusan Provinsi harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
kinerja kepengurusan yang sebaik-baiknya.
g. Adapun kriteria yang dapat menjadi Dewan Pimpinan Provinsi adalah:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT,
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
3. Berdomisili pada Wilayah Kepengurusan dan merupakan warga Negara Indonesia,
4. Tidak sedang dijatuhi sanksi hukum maupun sanksi organisasi,
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan,
h. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
1. Meninggal Dunia / Wafat,
2. Sakit / lumpuh yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam)
bulan berturut-turut atau lebih,
3. Tidak hadir dalam Rapat Pengurus selama 6 Bulan Berturut-turut atau lebih.
Pasal 10

Tugas dan Wewenang Pengurus Tingkat Provinsi

Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi memiliki tugas dan wewenang
yang sah dan absolut, adapun tugas dan wewenang kepengurusan sebagai berikut;

a. Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi dibentuk untuk mengkoordinir


kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia yang berada pada tingkat Kabupaten / Kota.
b. Masa jabatan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi disesuaikan
dengan masa jabatan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional.
c. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Kepengurusan Gerakan Milenial
Indonesia tingkat Nasional tentang berbagai masalah organisasi pada wilayahnya.
d. Mewakili Pengurus Nasional dalam mengawasi proses Musyawarah ditingkat Provinsi.
e. Mewakili Kepengurusan Nasional dalam menunjang kinerja Gerakan Milenial Indonesia
pada wilayah koordinasinya tanpa meninggalkan keharusan koordinasi dan konsultasi
dengan Kepengurusan Nasional. Apabila Kepengurusan Provinsi tidak mampu
menyelesaikan persoalan internal diwilayahnya, maka dilaporkan kepada Tingkat Nasional
untuk menyelesaikan dan secepat mungkin menjalankan hasil keputusan nasional.
f. Melaksanakan hasil dari segala ketetapan Musyawarah Daerah (Musda) yang dilaksanakan
bersamaan dengan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Kabupaten / Kota.
a. Melaksanakan Sidang Pleno Rutin setiap Semester kepengurusan selama periode berjalan.
b. Melaksanakan Rapat Koordinasi Provinsi minimal setahun sekali selama periode berjalan.

Pasal 11

Status Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota adalah badan / instansi
koordinatif dari Gerakan Milenial Kepengurusan Provinsi. Kepengurusan Tingkat Kabupaten
/ Kota turut aktif dan mendukung pelaksanaan AD / ART Gerakan Milenial Indonesia.

Pasal 12

Personalia Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Gerakan Milenial Indonesia memiliki kepengurusan tingkat kabupaten / kota yang sah dan
absolut. Adapun personalia kepengurusan tingkat Kabupaten / Kota yang sebagai berikut;

a. Formasi Dewan Pimpinan Kabupaten / Kota sekurang-kurangnya terdiri dari Koordinator


Kabupaten / Kota, Sekretaris Kabupaten / Kota, Wakil Sekretaris Kabupaten / Kota dan
Bendahara Kabupaten / Kota.
b. Formasi Kepengurusan Kabupaten / Kota harus mempertimbangkan efektifitas dan
efisiensi kinerja kepengurusan yang sebaik-baiknya.
c. Adapun kriteria yang dapat menjadi Dewan Pimpinan Kabupaten / Kota adalah:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT,
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
3. Berdomisili pada Wilayah Kepengurusan dan merupakan warga Negara Indonesia,
4. Tidak sedang dijatuhi sanksi hukum maupun sanksi organisasi,
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan,
d. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
1. Meninggal Dunia / Wafat,
2. Sakit / lumpuh yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam)
bulan berturut-turut atau lebih,
3. Tidak hadir dalam Rapat Pengurus selama 6 Bulan Berturut-turut atau lebih.

Pasal 13

Tugas dan Wewenang Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota memiliki tugas dan
wewenang yang sah dan absolut, adapun tugas dan wewenang kepengurusan sebagai berikut;

a. Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota dibentuk untuk


mengkoordinir keanggotaan Gerakan Milenial Indonesia yang berada pada wilayahnya.
b. Masa jabatan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota
disesuaikan masa jabatan Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi.
c. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Kepengurusan Gerakan Milenial
Indonesia tingkat Provinsi tentang berbagai masalah organisasi pada wilayahnya.
d. Mewakili Pengurus Provinsi dalam mengawasi Musyawarah ditingkat Kabupaten / Kota.
e. Mewakili Kepengurusan Provinsi dalam menunjang kinerja Gerakan Milenial Indonesia
pada wilayah koordinasinya tanpa meninggalkan keharusan koordinasi dan konsultasi
dengan Kepengurusan Nasional. Apabila Kepengurusan Kabupaten / Kota tidak mampu
menyelesaikan persoalan internal diwilayahnya, maka dilaporkan kepada Tingkat
Nasional untuk menyelesaikan dan secepat mungkin menjalankan keputusan nasional.
f. Melaksanakan hasil dari segala ketetapan Musyawarah Daerah (Musda) yang
dilaksanakan bersamaan dengan Kepengurusan aktif pada tingkat Kabupaten / Kota.
g. Melaksanakan Sidang Pleno Rutin setiap Semester kepengurusan selama periode berjalan.
h. Melaksanakan Rapat Koordinasi Daerah Minimal setahun sekali selama periode berjalan.

BAB IV

KOORDINATOR TINGKAT NASIONAL, KOORDINATOR TINGKAT PROVINSI,


KOORDINATOR TINGKAT KABUPATEN / KOTA

Pasal 14

Syarat Koordinator Tingkat Nasional

Untuk dapat dipilih sebagai Koordinator Nasional Gerakan Milenial Indonesia, harus
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bertaqwa kepada TuhanYME;


2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
3. Tidak pernah menjadi terpidana dengan ancaman minimal 5 tahun penjara;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan;
6. Berdomisili di Ibu kota Negara.
Pasal 15

Penunjukan Koordinator Tingkat Nasional

Gerakan Milenial Indonesia memiliki hierarki tertinggi yang dipimpin oleh Koordinator
Nasional. Koordinator Nasional Gerakan Milenial Indonesia memiliki hak absolut dan sah
dalam keorganisasian yang ditunjuk dengan teknis sebagai berikut;

1. Musyawarah mufakat GMI tingkat nasional yang mengedepankan manifesto organisasi;


2. Pengambilan keputusan dilakukan dengan petunjuk dan pertimbangan Dewan Pembina.

Pasal 16

Masa Jabatan Koordinator Tingkat Nasional

Masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat nasional dimulai dari awal
terbentuknya Organisasi Gerakan Milenial Indonesia yang ditunjuk dengan kesepatan seluruh
anggota GMI kepengurusan nasional secara musyawarah mufakat.

Pasal 17

Berakhirnya Masa Jabatan Koordinator Tingkat Nasional

Berakhirnya masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional


memiliki teknis penurunan / pemberhentian Koordinator Nasional yang diatur secara sah.
Berakhirnya masa jabatan tersebut baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja. Adapun
hal-hal yang menjadi penting dalam akhir masa jabatannya Koordinator Nasional GMI;

1. Koordinator Nasional berhenti atau diberhentikan karena:


a. Meninggal Dunia;
b. Berakhirnya masa jabatan;
c. Mengundurkan diri;
d. Menjadi terpidana.
2. Dalam hal Koordinator Nasional berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, maka Sekretaris Nasional akan menjadi pelaksana tugas dari Koordinator
Nasional, sampai dengan dilaksanakan Kongres Luar Biasa untuk memilih dan
menetapkan Koordinator Nasional yang baru;
3. Pelaksana tugas Koordinator Nasional, harus melaksanakan Kongres Luar Biasa yang
dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Koordinator Nasional
berhenti atau diberhentikan.

Pasal 18

Syarat Koordinator Tingkat Provinsi

Untuk dapat dipilih sebagai Koordinator Tingkat Provinsi Gerakan Milenial Indonesia,
harus dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bertaqwa kepada TuhanYME;


2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
3. Tidak pernah menjadi terpidana dengan ancaman minimal 5 tahun penjara;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan;
6. Berdomisili pada Ibukota Provinsi se-tempat.

Pasal 19

Pemilihan Koordinator Tingkat Provinsi

Gerakan Milenial Indonesia memiliki hierarki pemegang kendali Provinsi yang dipimpin oleh
Koordinator Provinsi. Koordinator Provinsi Gerakan Milenial Indonesia memiliki hak absolut
dan sah dalam keorganisasian yang ditunjuk dengan teknis sebagai berikut;

1. Koordinator Provinsi dipilih melalui prosedural pengajuan calon koordinator provinsi


kepada kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional;
2. Koordinator Provinsi dapat dipilih secara aklamasi oleh GMI Pengurus Nasional;
3. Pemilihan dan keputusan penunjukan Koordinator Tingkat Provinsi ditetapkan dengan
sepengetahuan dan pertimbangan Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia.

Pasal 20

Masa Jabatan Koordinator Pengurus Tingkat Provinsi

Masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat provinsi dimulai dari awal
terbentuknya Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Provinsi yang ditunjuk dengan kesepatan
seluruh anggota GMI Provinsi bersangkutan baik secara musyawarah mufakat / pemilihan.

Pasal 21

Berakhirnya Masa Jabatan Koordinator Pengurus Tingkat Provinsi

Berakhirnya masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi memiliki
teknis penurunan / pemberhentian Koordinator Provinsi yang diatur secara sah. Berakhirnya
masa jabatan tersebut baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja. Adapun hal-hal
yang menjadi penting dalam akhir masa jabatannya Koordinator Provinsi GMI;

1. Koordinator Provinsi berhenti atau diberhentikan karena:


a. Meninggal Dunia;
b. Berakhirnya masa jabatan;
c. Mengundurkan diri;
d. Menjadi terpidana
e. Melanggar aturan organisasi, norma, atau merusak marwah organisasi.
2. Dalam hal Koordinator Provinsi berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, maka Sekretaris Provinsi akan menjadi pelaksana tugas dari Koordinator
Provinsi, sampai dengan dilaksanakan Kongres Provinsi untuk memilih dan menetapkan
Koordinator Tingkat Provinsi yang baru;
3. Pelaksana tugas Koordinator Provinsi, harus melaksanakan Kongres Provinsi yang
dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Koordinator Tingkat Provinsi
berhenti atau diberhentikan.
Pasal 22

Syarat Koordinator Tingkat Kabupaten / Kota

Untuk dapat dipilih sebagai Koordinator Tingkat Kabupaten / Kota Gerakan Milenial
Indonesia, harus dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bertaqwa kepada TuhanYME;


2. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
3. Tidak pernah menjadi terpidana dengan ancaman minimal 5 tahun penjara;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Maksimal berumur 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat ditetapkan;
6. Berdomisili pada domisili Kabupaten / Kota se-tempat.

Pasal 23

Pemilihan Koordinator Tingkat Kabupaten / Kota

Gerakan Milenial Indonesia memiliki hierarki pemegang kendali Kabupaten / Kota yang
dipimpin oleh Koordinator Kabupaten / Kota. Koordinator Kabupaten / Kota Gerakan
Milenial Indonesia memiliki hak absolut dan sah dalam keorganisasian yang ditunjuk dengan
teknis sebagai berikut;

1. Koordinator Kabupaten / Kota dipilih melalui prosedural pengajuan calon koordinator


kepada kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional;
2. Koordinator Kabupaten / Kota dapat dipilih aklamasi oleh GMI Pengurus Nasional;
3. Pemilihan dan keputusan penunjukan Koordinator Tingkat Kabupaten / Kota ditetapkan
dengan sepengetahuan dan pertimbangan Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia.

Pasal 24

Masa Jabatan Koordinator Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota dimulai
sejak terbentuknya Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Kabupaten / Kota tersebut yang
ditunjuk dengan kesepatan seluruh anggota GMI Kabupaten / Kota bersangkutan baik secara
musyawarah mufakat / pemilihan.

Pasal 25

Berakhirnya Masa Jabatan Koordinator Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Berakhirnya masa jabatan Koordinator Gerakan Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota
memiliki teknis penurunan / pemberhentian Koordinator Kabupaten / Kota yang diatur secara
sah. Berakhirnya masa jabatan koordinator tingkat Kabupaten / Kota tersebut baik yang tidak
disengaja maupun yang disengaja. Adapun hal-hal yang menjadi penting dalam akhir masa
jabatannya Koordinator Kabupaten / Kota GMI sebagai berikut;
1. Koordinator Kabupaten / Kota berhenti atau diberhentikan karena:
a. Meninggal Dunia;
b. Berakhirnya masa jabatan;
c. Mengundurkan diri;
d. Menjadi terpidana
e. Melanggar aturan organisasi, norma, atau merusak marwah organisasi.
2. Dalam hal Koordinator Kabupaten / Kota berhenti atau diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, maka Sekretaris Kabupaten / Kota akan menjadi pelaksana tugas
dari Koordinator Kabupaten / Kota, sampai dengan dilaksanakan Kongres Daerah untuk
memilih dan menetapkan Koordinator Kabupaten / Kota yang baru;
3. Pelaksana tugas Koordinator Kabupaten / Kota, harus melaksanakan Kongres Daerah
yang dimaksud pada ayat 2, selambat-lambatnya 1 tahun sejak Koordinator Tingkat
Kabupaten / Kota berhenti atau diberhentikan.

BAB V

KEANGGOTAAN GERAKAN MILENIAL INDONESIA

Pasal 26

Syarat Anggota

Menjadi keanggotan Gerakan Milenial Indonesia memiliki syarat dan aturan yang sah, hal
tersebut menjadi penting karena menimbang marwah dan nama baik organisasi kedepan.
Adapun syarat menjadi keanggotaan Gerakan Milenial Indonesia adalah:

1. Warga Negara Indonesia;


2. Berusia maksimum 35 (tiga puluh lima) tahun;
3. Bersedia mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan
organisasi yang sah dan absolut;
4. Bersedia menjaga nama baik organisasi dan anggota organisasi sesama GMI;
5. Bersedia berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi GMIl
6. Mendaftarkan diri melalui Google Form yang disediakan oleh GMI Tingkat Nasional;
7. Memfollow akun Instagram, Twitter, Facebook resmi dari Gerakan Milenial Indonesia;
8. Bergabung dalam Grup Whatsapp Resmi yang dikelola langsung oleh Admin dari GMI.

Pasal 27

Hak-Hak Anggota

Setiap anggota organisas Gerakan Milenial yang sudah melengkapi Syarat Keanggotaan yang
diatur pada Pasal 26 Anggaran Rumah Tangga (ART) Organisasi GMI memiliki hak-hak
yang absolut sebagai berikut;

1. Mengeluarkan pendapat dan mengajukan saran-saran serta memilih dan dipilih menjadi
Pengurus Organisasi yang sah dan amanah;
2. Menerima perlakuan yang sama dalam organisasi;
3. Memperoleh pembinaan dan bimbingan sesama anggota organisasi;
4. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas organisasi;
5. Membela diri selama aktivitas kegiatan organisasi.
Pasal 28

Kewajiban Anggota

Setiap anggota organisas Gerakan Milenial yang sudah melengkapi Syarat Keanggotaan yang
diatur pada Pasal 26 Anggaran Rumah Tangga (ART) Organisasi GMI memiliki kewajiban-
kewajiban anggota yang absolut sebagai berikut;

a. Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik organisasi GMI;


b. Setiap anggota berkewajiban menjalankan tujuan oganisasi GMI;
c. Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan moralitas dalam
berperilaku dan menjalankan aktifitas organisasi GMI;
d. Setiap anggota berkewajiban tunduk dan patuh kepada AD dan ART serta berpartisipasi
dalam setiap kegiatan GMI yang sesuai dengan AD dan ART;
e. Setiap anggota berkewajiban menghormati symbol-simbol organisasi GMI.

Pasal 29

Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan Gerakan Milenial dapat berhenti / berakhir dengan yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Adapun berakhirnya keanggotaan GMI dengan atau karena berikut;

1. Keanggotaan berakhir karena:


a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Diberhentikan.
2. Anggota diberhentikan karena:
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota;
b. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa dan/atau Rapat Pimpinan Nasional;
c. Melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat menganggu kinerja
dan menghambat organisasi Gerakan Milenial Indonesia (GMI);
d. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan keputusan dan
kebijakan organisasi Gerakan Milenial Indonesia (GMI).
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian dan pembelaan diri anggota diatur
dalam Peraturan Organisasi GMI yang sah,

Pasal 30

Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

Gerakan Milenial Indonesia mengatur keanggotaan yang merangkap jabatan, baik merangkap
jabatan dalam kepengurusan internal organisasi GMI ataupun yang merangkap jabatan
dengan organisasi lain. Adapun yang mengatur hal tersebut sebagai berikut;

a. Dalam keadaan tertentu anggota GMI dapat merangkap menjadi anggota organisasi lain
atas persetujuan Pengurus Nasional, Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten / Kota;
b. Untuk merangkap jabatan harus mendapatkan persetujuan dari Koordinator Nasional,
dengan persetujuan dari GMI Kepengurusan Nasional;
c. Pengurus GMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada organisasi lain sesuai
ketentuan sesuai ketentuan yang berlaku, sesuia dengan Point ayat (b);
d. Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (b) di atas diatur dalam ketentuan
tersendiri yang mengikat dan absolut;
e. Anggota GMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar keanggotaan GMI,
harus menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.

Pasal 31

Sanksi Keanggotaan

Gerakan Milenial Indonesia membuat aturan dan tata tertib yang berlaku untuk seluruh
anggota organisasi, adapun sanksi untuk siapapun yang melanggar aturan sebagai berikut;

a. Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang diberikan
organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar ketentuan organisasi,
merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi, dan/atau melakukan tindakan
kriminal dan tindakan melawan hukum lainnya.
b. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau bentuk lain yang
ditentukan oleh pengurus dan diatur dalam ketentuan tersendiri.
c. Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum yang ditunjuk
dengan persetujuan kepengurusan wilayah bersangkutan.

BAB VI

HAK, KEKUASAAN DAN WEWENANG

Pasal 32

Pengurus Tingkat Nasional

Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Nasional merupakan hierarki tertinggi organisasi yang
bersifat sah dan absolut. Adapun hal-hal yang mengatur Hak, Kekuasaan, dan Wewenang
dari pengurus tingkat nasional sebagai berikut;

1. Hak dan wewenang GMI pengurus tingkat nasional;


a. Menentukan kebijakan Organisasi tingkat Nasional sesuai dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa, Rapat
Kerja Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, dan Musyawarah Nasional;
b. Membentuk Kepengurusan Provinsi dan Kepengurusan Kabupaten / Kota;
c. Mengukuhkan Anggota Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten / Kota;
d. Menyelenggarakan Kongres, Kongres Luar Biasa; Rapat Pimpinan Nasional; Rapat
Kerja Nasional dan Musyawarah Nasional;
e. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pengurus Provinsi dan Kabupaten / Kota;
f. Memberikan penghargaan dan sanksi kepada anggota atau pengurus sesuai ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi GMI.
2. Kewajiban GMI pengurus tingkat nasional;
a. Melaksanakan dan mematuhi segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres dan Rapat Tingkat
Nasional serta Peraturan Organisasi;
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Kongres atau Kongres Luar Biasa.

Pasal 33

Pengurus Tingkat Provinsi

Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Provinsi merupakan hierarki koordinatif di bawah


kepengurusan Tingkat Nasional yang bersifat sah dan absolut. Adapun hal-hal yang mengatur
Hak, Kekuasaan dan Wewenang dari pengurus tingkat Provinsi sebagai berikut;

1. Hak dan wewenang GMI pengurus tingkat Provinsi;


a. Menentukan kebijakan organisasi ditingkat provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa, Musyawarah
Nasional dan Rapat Tingkat Nasional / Provinsi serta Peraturan Organisasi;
b. Mengajukan komposisi dan personalia dan Kepengurusan Provinsi kepada
Pengurus Nasional untuk diangkat dan dikukuhkan oleh Pengurus Nasional;
c. Mengangkat dan mengukuhkan Pengurus Kabupaten / Kota;
d. Melaksanakan Musyawarah Daerah, Musyawarah Daerah Luar Biasa, Rapat
Pimpinan Daerah, dan Rapat Kerja Daerah;
e. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan pada tingkat Kabupaten / Kota.
2. Kewajiban GMI pengurus tingkat Provinsi;
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan di tingkat Provinsi sesuai dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres Luar
Biasa, Musyawarah Daerah dan Rapat, baik Tingkat Nasional maupun Daerah
tingkat Provinsi serta Peraturan Organisasi;
b. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Daerah atau Musyawarah
Daerah Luar Biasa yang akan dilaporkan pada saat Musyawarah Nasional.

Pasal 34

Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota

Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Kabupaten / Kota merupakan hierarki koordinatif di


bawah kepengurusan Tingkat Provinsi yang bersifat sah dan absolut. Adapun yang mengatur
Hak, Kekuasaan dan Wewenang pengurus tingkat Kabupaten / Kota sebagai berikut;

1. Hak dan wewenang GMI pengurus tingkat Kabupaten / Kota;


a. Menentukan kebijakan organisasi Kabupaten / Kota sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres Luar Biasa, Musyawarah
Nasional dan Rapat Tingkat Provinsi / Kabupaten / Kota serta aturan Organisasi;
b. Mengajukan komposisi dan personalia dan Kepengurusan Kabupaten / Kota kepada
Pengurus Provinsi untuk diangkatdan dikukuhkan oleh Pengurus Nasional;
c. Melaksanakan Musyawarah Daerah, Musyawarah Daerah Luar Biasa, Rapat
Pimpinan Daerah, dan Rapat Kerja Daerah bersama pengurus tingkat Provinsi;
d. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan pada tingkat internal.
2. Kewajiban GMI pengurus tingkat Kabupaten / Kota;
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan ditingkat Kabupaten/Kota sesuai
dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres/Kongres
Luar Biasa, Musyawarah Nasional dan Rapat Tingkat Nasional, Provinsi dan
Kabupaten / Kota serta Peraturan Organisasi;
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Cabang atau Musyawarah
Cabang Luar Biasa yang akan dilaporkan pada tingkatan Provinsi.

BAB VII

KONGRES, MUSYAWARAH, DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 35

Musyawarah Nasional (Munas)

Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Milenial Indonesia merupakan sebuah pemegang


kekuasaan tertinggi dalam setiap teknis rapat yang bersifat pengambilan keputusan baik yang
mendesak maupun yang bersifat periodik. Adapaun beberapa hal yang menjadi penting dan
patut diperhatikan oleh seluruh keanggotaan GMI terkait Musyawarah Nasional (Munas):

1. Status Musyawarah Nasional GMI;


a. Musyawarah Nasional merupakan musyawarah utusan dari setiap Wilayah GMI;
b. Musyawarah Nasional memegang kekuasaan tertinggi organisasi GMI;
c. Musyawarah Nasional diadakan setidaknya 5 (Lima) tahun sekali;
d. Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Nasional dapat diadakan menyimpang dari
ketentuan ayat (c). Dalam keadaan “LUAR BIASA” Musyawarah Nasional dapat
diselenggarakan atas inisiatif setidaknya setengah dari seluruh wilayah Tingkat
Provinsi dengan persetujuan Pengurus Nasional dan Dewan Pembina.

2. Kekuasaan / Wewenang Musyawarah Nasional GMI;


a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus GMI tingkat Nasional.
b. Menetapkan AD, ART, Pedoman-Pedoman Pokok dan Pedoman Kerja Nasional.
c. Menetapkan Pengurus Nasional dengan Koordinator Nasional yang ditunjuk dan
disetujui oleh Dewan Pembina dengan Persetujuan Pengurus Nasional dan Pengurus
Provinsi yang sekaligus merangkap sebagai formateur dan dua mide formateur.
d. Menetapkan dan mengesahkan pembentukan dan pembubaran Koordinator
Kepengurusan Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten / Kota.

3. Tata Tertib Musyawarah Nasional GMI;


a. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari Pengurus Nasional (PN), Utusan/Peninjau
Pengurus Provinsi, Kabupaten, Kota, Dewan Pembina dan Undangan khusus.
b. Pengurus Tingkat Kabupaten, Pengurus Tingkat Kota, Anggota Dewan Pembina GMI
dan Undangan Khusus Pengurus Nasional merupakan peserta peninjau.
c. Setiap Peserta Musyawarah dari Kepengurusan Tingkat Provinsi Berhak mengirimkan
Tiga Utusan yang Mempunyai Hak Berpendapat.
Pasal 36

Musyawarah Daerah (Musda)

Musyawarah Daerah (Musda) Gerakan Milenial Indonesia merupakan pemegang kekuasaan


Organisasi Gerakan Milenial Indonesia pada tingkat Provinsi. Adapaun beberapa hal yang
menjadi penting dan patut diperhatikan oleh seluruh keanggotaan GMI terkait Musyawarah
Daerah (Musda), sebagai berikut:

1. Status Musyawarah Daerah GMI;


a. Musyawarah Menetapkan Pengurus Provinsi yang ditunjuk oleh Pengurus Nasional;
b. Koordinator Provinsi, Sekretaris Provinsi dan Bendahara Provinsi diangkat dan
diberhentikan oleh Pengurus Nasional melalui Kepengurusan Tingkat Provinsi.

2. Kekuasaan dan Wewenang Musyawarah Daerah GMI;


a. Menetapkan Pedoman Kerja Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Provinsi.
b. Memperkenalkan dan mengesahkan Koordinator Kepengurusan GMI Tingkat
Kabupaten / Kota yang telah ditunjuk oleh Pengurus Nasional kepada peserta munas.
c. Membuat rancangan materi Musyawarah Daerah yang disiapkan oleh setiap Pengurus
GMI Tingkat Kabupaten / Kota kepada Kepengurusan GMI Tingkat Nasional;
d. Menyiapkan bahan masukan dan laporan kerja yang akan dilaporkan pada
Musyawarah Nasional yang akan dipimpin oleh GMI Tingkat Nasional;
e. Sidang-sidang dan musyawarah yang bersifat pengambilan keputusan harus dipimpin
oleh kepengurusan Tingkat Provinsi dana tau Tingkat Nasional;
f. Pelaksanaan Musyawarah Daerah harus dihadiri setidaknya 2/3 dari seluruh
keanggotan Tingkat Kabupaten / Kota yang ada.

3. Tata Tertib Musyawarah Daerah GMI;


a. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari Pengurus Provinsi, Utusan / Peninjau Tingkat
Provinsi, setiap Koordinator Kepengurusan Tingkat Kabupaten / Kota, Anggota
Dewan Pembina dan undangan khusus kepengurusan Tingkat Provinsi;
b. Musyawarah Daerah dilaksanakan untuk memperkenalkan serta mengukuhkan
Koordinator Kabupaten / Kota kepada seluruh anggota GMI;
c. Membahas Program Kerja Wilayah selama 5 (Lima) Tahun kedepan.

Pasal 37

Kuorum & Pengambil Keputusan Musyawarah

Gerakan Milenial Indonesia dalam melaksanakan Musyawarah, baik yang dilaksanakan pada
Tingkatan Nasional meninjau pada Pasal 37, maupun yang dilaksanakan pada Tingkatan
Daerah meninjau pada Pasal 38, memiliki Kuorum dalam setiap pengambilan keputusan
musyawarah, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut;

1. Musyawarah Daerah yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dan 38 adalah sah
apabila dihadiri setidaknya oleh 2 /3 jumlah peserta musyawarah;
2. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak
tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak;
3. Setiap Koordinator Pengurus Provinsi atau pihak yang dikuasakan oleh Pengurus
Kabupaten / Kota hanya memiliki 1 (satu) hak suara;
4. Pengambilan keputusan pada Musyawarah sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari
setengah jumlah peserta yang wajib hadir, kecuali ditentukan lain dalam AD/ART;
5. Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah sebagaimana tercantum pada Pasal 37
sampai Pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis untuk Musyawarah Luar Biasa.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Musyawarah Daerah baik ada tingkat
Nasional maupun pada tingkat Daera diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 38

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)

Gerakan Milenial Indonesia sebagai organisasi kepemudaan yang demokratis dan terbuka, hal
tersebut menjadi aspek penting dalam setiap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
baik di tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten / Kota. Gerakan
Milenial Indonesia sepakat bahwa pentingnya diadakan Rapat Koordinasi Nasional sebagai
wadah menginkubasi pendapat dan aspirasi seluruh anggota organisasi. Adapun petunjuk
umum Rakornas GMI sebagai berikut;

1. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri oleh:


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta Rapat Koordinasi Nasional terdiri atas :
a. Dewan Pembina;
b. Pengurus Nasional;
c. Unsur Pengurus Provinsi.
3. Peninjau Rapat Koordinasi Nasional terdiri atas unsur Pimpinan Kepengurusan
Gerakan Milenial Indonesia tingkat Provinsi;
4. Undangan Rapat Koordinasi Nasional terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi,
b. Perorangan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 39

Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

Gerakan Milenial Indonesia sebagai organisasi kepemudaan yang demokratis dan terbuka, hal
tersebut menjadi aspek penting dalam setiap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
baik di tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten / Kota. Gerakan
Milenial Indonesia sepakat bahwa pentingnya diadakan Rapat Kerja Nasional sebagai wadah
menginkubasi ide gerakan dan arah perjuangan seluruh anggota organisasi. Adapun petunjuk
umum Rakernas GMI sebagai berikut;

1. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh:


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri atas :
a. Dewan Pembina;
b. Pengurus Nasional;
c. Unsur Pengurus Provinsi.
3. Peninjau Rapat Kerja Nasional terdiri atas unsur Pimpinan Kepengurusan Gerakan
Milenial Indonesia tingkat Provinsi;
4. Undangan Rapat Kerja Nasional terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi,
b. Perorangan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 40

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda)

Gerakan Milenial Indonesia sebagai organisasi kepemudaan yang demokratis dan terbuka, hal
tersebut menjadi aspek penting dalam setiap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
baik di tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten / Kota. Gerakan
Milenial Indonesia sepakat bahwa pentingnya diadakan Rapat Koordinasi Daerah sebagai
wadah menginkubasi pendapat dan aspirasi seluruh anggota GMI pada tingkat Kepengurusan
Provinsi. Adapun petunjuk umum Rakorda GMI sebagai berikut;

1. Rapat Koordinasi Daerah dihadiri oleh:


a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta Rapat Koordinasi Daerah terdiri atas :
a. Dewan Pembina;
b. Pengurus Daerah Tingkat Provinsi;
c. Unsur Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota.
3. Peninjau Rapat Koordinasi Daerah terdiri atas unsur Pimpinan Kepengurusan Gerakan
Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota;
4. Undangan Rapat Koordinasi Daerah terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi,
b. Perorangan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 41

Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

Gerakan Milenial Indonesia sebagai organisasi kepemudaan yang demokratis dan terbuka, hal
tersebut menjadi aspek penting dalam setiap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
baik di tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten / Kota. Gerakan
Milenial Indonesia sepakat bahwa pentingnya diadakan Rapat Kerja Daerah sebagai wadah
menginkubasi ide gerakan dan arah perjuangan seluruh anggota organisasi pada Tingkat
Provinsi. Adapun petunjuk umum Rakerda GMI sebagai berikut;
1. Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh:
a. Peserta;
b. Peninjau;
c. Undangan.
2. Peserta Rapat Kerja Daerah terdiri atas:
a. Dewan Pembina;
b. Pengurus Daerah Tingkat Provinsi;
c. Unsur Pengurus Tingkat Kabupaten / Kota.
3. Peninjau Rapat Kerja Daerah terdiri atas unsur Pimpinan Kepengurusan Gerakan
Milenial Indonesia tingkat Kabupaten / Kota;
4. Undangan Rapat Kerja Daerah terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi,
b. Perorangan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 42

Rapat Keanggotaan

Gerakan Milenial Indonesia baik yang ada pada Tingkat Nasional, Tingkat Provinsi, dan
Tingkat Kabupaten Kota menjadikan Rapat Keanggotan sebagai komponen penting dalam
merajut komunikasi dan harmonisasi dalam berorganisasi. Adapun petunnjuk umum Rapat
Keanggotan pada Organisasi Gerakan Milenial Indonesia sebagai berikut:

1. Status Rapat Keanggotaan;


a. Rapat Keanggotaan merupakan teknis diskusi resmi organisasi GMI;
b. Rapat Keanggotaan diperuntukan sebagai perkenalan seluruh keanggotaan yang telah
dikukuhkan oleh Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia tingkat Nasional.

2. Tata Tertib Rapat Keanggotaan;


a. Peserta Rapat Keanggotaan Organisasi GMI terdiri dari Pengurus, Anggota biasa, dan
undangan dari pengurus Organisasi GMI di wilayah tersebut;
b. Peserta Rapat Keanggotaan Organisasi GMI seluruhnyai mempunyai hak bicara
sedangkan peserta peninjau tidak mempunyai hak bicara;
c. Peserta Rapat Keanggotaan memilih dari peserta utusan/peninjau oleh peserta rapat
sebagai utusan moderator yang berbentuk presidium;
d. Pimpinan pengurus mengarahkan dan memastikan rapat berjalan tertib.

Pasal 43

Pendirian dan Pemekaran Wilayah

Gerakan Milenial Indonesia tidak menutup kemungkinan akan adanya pendirian dan
pemekaran kepengurusan GMI baik pada Tingkat Provinsi maupun pada Tingkat Kabupaten /
Kota di seluruh Indonesia. Hal ini dilihat dari antusiasme dan semangat keanggotaan GMI
yang tersebar hampir di seluruh Provinsi di Indonesia. Hal yang sekiranya menjadi penting
terkait pendirian dan pemekaran wilayah GMI, adanya hal-hal yang patut diperhatikan yaitu;
a. Wilayah dapat dibentuk dan didirkan berdasarkan Permintaan dari Pengurus Wilayah
tersebut Kepada Kepengurusan Gerakan Milenial Indonesia Tingkat Nasional.
b. Untuk mendirikan atau membentuk GMI pada tingkat wilayah setidaknya harus ada
sedikitnya 50 Anggota GMI di wilayah tersebut.

Pasal 44

Penurunan Status dan Pembubaran Wilayah

Dinamika organisasi tidak menutup kemungkinan adanya Gerakan Milenial Indonesia yang
berada pada tingkatan wilayah adanya wilayah yang penuh. Adanya wilayah yang penuh
tersebut dapat diturunkan statusnya menjadi GMI wilayah persiapan, hal tersebut apabila
memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut :

1. Memiliki anggota biasa kurang dari 50 (lima puluh) orang;


2. Tidak menjalankan Roda Organinasi sebagaimana mestinya;
3. Menjadikan GMI sebagai Jualan Politik dan Sumber Penghasilan;
4. Ikut serta dalam aksi Terorisme, Makar, ataupun kegiatan yang menceridai Pancasila
serta Undang-undang Dasar 1945.

BAB VIII

DEWAN PEMBINA GMI

Pasal 45

Status, Fungsi, Keanggotaan dan Masa Jabatan Dewan Pembina GMI

Gerakan Milenial Indonesia menjadikan Posisi Dewan Pembina sebagai fungsi kontrol yang
sah dan absolut dalam berjalannya aktifitas dan kegiatan organisasi. Sesuai yang tertuang
pada Anggaran Rumah Tangga (ART) pada Pasal 4, perlu adanya hal-hal sebagai berikut;

a. Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia yang akan menjadi Dewan Pembina GMI
pada semua tingkatan dan pada semua wilayah;
b. Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia berfungsi melakukan pengawasan terhadap
kinerja Kepengurusan Tingkat Nasional dalam melaksanakan AD/ART dan aturan
dibawahnya. Memberikan penilaian konstitusional yang bersifat final dan mengikat atas
perkara konstitusional di tingkat Pengurus Nasional.
c. Anggota Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia atau alumni dari Gerakan Milenial
Indonesia (GMI) yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT;
2. Warga Negara Indonesia;
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar AD/ART;
4. Sehat secara jasmani maupun rohani;
5. Berwawasan keilmuan yang luas.
d. Apabila salah satu anggota Dewan Pembina Gerakan Milenial Indonesia meninggal,
mengundurkan diri, maka akan diganti dengan calon Dewan Pembina Gerakan Milenial
Indonesia.
Pasal 46

Tugas dan Wewenang Dewan Pembina GMI

Sesuai yang tertuang pada Anggaran Rumah Tangga (ART) pada Pasal 4, adapun yang
mengatur tugas dan wewenang dari Dewan Pembina GMI, yaitu sebagai berikut;

a. Menjaga tegaknya AD/ART Organisasi GMI pada tingkat Pengurus Nasional.


b. Menyampaikan hasil pengawasannya Kepada Pengurus Nasional GMI yang kemudian
akan disampaikan dalam Pleno GMI Tingkat Nasional.
c. Mengawasi implementasi pelaksanaan dari AD/ART beserta dengan ketetapan-ketetapan
Musyawarah Nasional oleh Pengurus Nasional.
d. Memberikan saran masukan kepada Pengurus Nasional dalam melaksanakan AD/ART
dan ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional baik yang diminta maupun tidak diminta.

BAB IX

KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 47

Pengelolaan Keuangan dan Harta Benda GMI

Gerakan Milenial Indonesia dalam aspek pengelolaan keuangan dan harta benda organisasi,
memiliki petunjuk teknis dan prinsip pengelolaan yang sebagai berikut:

1. Prinsip Halal
Prinsip halal maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh tidak berasal dan tidak
diperoleh dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai norma dan aturan berlaku.

2. Prinsip Transparansi
Prinsip transparansi maksudnya adalah adanya keterbukaan tentang sumber dan besar dana
yang diperoleh serta kemana dan besar dana yang sudah dialokasikan.

3. Prinsip Beranggung Jawab


Prinsip bertanggung jawab maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan sumber dan keluarannya secara tertulis dan dengan bukti.

4. Prinsip Efektif
Prinsip efektif maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan berguna dalam rangka
usaha organisasi dalam rangka mewujudkan dan mensukseskan tujuan organisasi GMI.

5. Prinsip Efisien
Prinsip efisien maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan tidaklah berlebihan.

6. Prinsip Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan maksudnya adalah setiap upaya untuk memperoleh dan
menggunakan dana tidak merusak sumber pendanaan lain dalm tetap mengedepankan aspek
jangka panjang yang tidak akan membebani generasi yang akan datang.
BAB X

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 48

Logo, Lambang, Atribut, Lagu, Slogan, Motto

Logo, Lambang, Atribut, Lagu, Slogan, Motto yang melambangkan organisasi lainnya diatur
dalam ketentuan tersendiri yang ditetapkan pada Musyawarah Nasional. Hal tersebut menjadi
penting karena merupakan salah satu identitas sebagai sumber nama baik organisasi.

BAB XI

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 49

Perubahan Anggaran Rumah Tangga

Adapun hal-hal yang patut diperhantikan pada Perubahan Anggaran Rumah Tangga;

a. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada Musyawarah Nasional.
b. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah
Nasional yang pada waktu perubahan tersebut akan dilakukan dan disahkan serta dihadiri
oleh 2/3 peserta utusan Musyawarah Nasional dan disetujui oleh minimal 50%+1 jumlah
peserta utusan Musyawarah Nasional yang hadir.

BAB XII

ATURAN PERALIHAN DAN TAMBAHAN

Pasal 50

Prinsip Dasar Keanggotaan GMI

Adapun hal-hal yang menjadi prinsip dasar seluruh keanggotaan GMI untuk selalu berpegang
teguh pada AD/ART Organisasi, yaitu;

a. Setiap anggota dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Organisasi Gerakan Milenial Indonesia (GMI);
b. Setiap anggota dan pengurus harus mentaati dan menjalankan organisasi berdasarkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Milenial Indonesia (GMI);
c. Struktur kepemimpinan GMI seluruh Indonesia berkewajiban untuk melakukan sosialisasi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga keseluruh anggota organisasi GMI.

Anda mungkin juga menyukai