Anda di halaman 1dari 30

J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam p-ISSN 2355-8237

Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016 e-ISSN 2503-300X

INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK DALAM PEMBELAJARAN DI


LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SMP PLUS AL-
KAUTSAR MALANG

Soelaiman
Mahasiswa Doktoral MPI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: Soel_imam@yahoo.com

Abstract: Currently in this era of globalization, there is a negative


influence of the electronic media and print media on people's lives.
Islamic community life that sees religion merely as a ritual activity
is not conducive to improving the IMTAQ. In addition, there are
many partially learners (especially in big cities) misbehaves
(perkelaian students, brawling, drug abuse, sexual perversion, and
other juvenile delinquency). The problems above, has not answered
what the objectives of national education in an effort to increase the
faith and devotion in order to achieve the life of the nation. Thus, it
is not wrong if we look at the integration of science in education
IMTAQ and this is a major issue that must be executed. IMTAQ
integration efforts and science and technology in learning can be
done in two reviews that environment-Islamic and Islamic
resources.

Keywords: Integration, IMTAQ, IPTEK

Abstrak: Saat ini di era globalisasi ini, terdapat pengaruh negatif


media elektronik dan media cetak terhadap kehidupan
masyarakat. Kehidupan masyarakat Islam yang memandang
agama hanya sebagai kegiatan ritual belum kondusif bagi upaya
peningkatan IMTAQ. Disamping itu, masih banyak sebagian
peserta didik (terutama di kota-kota besar) berperilaku
menyimpang (perkelaian pelajar, tawuran, penyalahgunaan
narkoba, penyimpangan seksual, dan kenakalan remaja lainnya).
Permasalah di atas, belumlah menjawab apa yang menjadi tujuan
pendidikan nasional dalam upaya meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian, maka tidak salah lagi jika kita memandang
pengintegrasian IMTAQ dan sains dalam pendidikan ini menjadi
persoalan penting yang harus dijalankan. Upaya pengintegrasian
IMTAQ dan IPTEK di pembelajaran dapat dilakukan dalam dua
tinjauan yaitu lingkungan yang islami dan sumber daya yang
islami.

1
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Kata-Kata Kunci: Integrasi, IMTAQ, IPTEK

Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu sarana terpenting dari
sebuah bangsa atau negara dalam meningkatkan atau memajukan
sumber daya manusia yang ada. Bahkan Elfindri (2011: 1)
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan salah satu strategi
pembangunan yang berupaya untuk mengatasi masalah-masalah
dalam pembangunan, disamping strategi lain di bidang seperti
peningkatan teknologi dan pengadaan modal. Sebagai salah satu
strategi dalam pembangunan, pendidikan dimaksudkan untuk
menjadikan seorang individu mandiri, mampu berdiri sendiri serta
menjadikan seorang individu berkembang dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotornya. Sebagaimana termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dari pengertian di atas, jelas bahwa tujuan dari pendidikan


selain mencerdaskan individu juga dalam upaya meningkatkan
keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal
ini dipertegas UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu ”Tujuan
Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan tujuan
manusia yang diharapkan dari kegiatan pendidikan tesebut, proses
pembelajaran merupakan kegiatan penting proses pembelajaran yang
akan melibatkan metode dan sistem yang digunakan dalam
pendidikan.
Di sisi lain, saat ini di era globalisasi ini, terdapat pengaruh
negatif media elektronik dan media cetak terhadap kehidupan
masyarakat. Kehidupan masyarakat Islam yang memandang agama
hanya sebagai kegiatan ritual belum kondusif bagi upaya peningkatan

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

2
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Imtaq. Disamping itu, masih banyak sebagian peserta didik (terutama


di kota-kota besar) berperilaku menyimpang (perkelaian pelajar,
tawuran, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan
kenakalan remaja lainnya).
Permasalah di atas, belumlah menjawab apa yang menjadi
tujuan pendidikan nasional dalam upaya meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan
demikian, maka tidak salah lagi jika kita memandang pengintegrasian
imtaq dan sains dalam pendidikan ini menjadi persoalan penting yang
harus dijalankan. Sukri, secara spesifik spesifik, menyebutkan integrasi
pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena empat alasan.
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat
besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh
asas iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq,
iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif.
Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek
hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara
maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar
modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang
bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh
bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan
kebutuhan jasmani, tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai
sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah
satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan
berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin,
dunia dan akhirat.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang
akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar
imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan
keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

3
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Artikel ini berupaya membahas terkait integrasi imtaq dan


iptek dalam pembelajaran, mengenai bagaimana konsep, dan faktor
kunci sukses serta pengimplementasiannya dalam lingkungan
pendidikan Islam, yaitu SMP Plus Al-Kautsar Malang.

Konsep Pengintegrasian IMTAQ dan IPTEK


1. Pengertian Imtaq dan Iptek
Istilah imtaq atau kependekan dari iman dan taqwa, terdiri dari
dua kata iman dan takwa yang masing-masing memiliki makna
tersendiri.. Imtaq merupakan urusan yang sarat dengan nilai,
kepercayaan, pemahaman, sikap, perasaan dan perilaku yang
bersumber dari al-Qur’an dan Hadist.
Iman berasa dari kata amana - yu'minu - imanan yang yang
secara etimologis memiliki arti kepercayaan terhadap Tuhan
(Daryanto, 2007: 278). Kepercayaan ini dapat diwujudkan dengan cara
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatannya. Kepercayaan tersebut haruslah
penuh dengan keyakinan, tidak bercampur dengan adanya keraguan,
serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan
perbuatan sehari-hari. Terdapat enam rukun iman yang harus
dipegang teguh oleh setiap muslim, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang permasalahan Iman) :
‫اﻹﯾﻤﺎن أن ﺗﺆﻣﻦ ﺑﺎﷲ و ﻣﻼﺋﻜﺘﮫ و ﻛﺘﺒﮫ و رﺳﻠﮫ و اﻟﯿﻮم اﻵﺧﺮ و ﺗﺆﻣﻦ‬
‫ﺑﺎاﻟﻘﺪر ﺧﯿﺮه و ﺷﺮه… رواه ﻣﺴﻠﻢ‬
“ Iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan
beriman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk.
[HR. Muslim]
Seseorang yang beriman kepada enam rukun tersebut, harus
mengikatkan hati dan perasaannya dengan kepercayaan terhadap
rukun tersebut dan tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.
Selanjutnya kata taqwa berasal dari kata waqa - yaqi - wiqayah
yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Secara
sederhana, taqwa dipahami sebagai perasaan takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran, dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan
tidak melanggar atau menjauhi segala larangan-Nya serta takut
J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

4
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

terjerumus dalam perbuatan dosa. Dalam kajiannya mengenai ayat-


ayat taqwa, Irsyadunnas (2003: 506), menyimpulkan bahwa di dalam
taqwa terkandung pengertian pengendalian diri oleh manusia akan
dorongan emosinya dan penguasaan terhadap kecenderungan hawa
nafsunya. Hal ini berarti bahwa seorang yang bertaqwa akan
memenuhi dorongan-dorongan emosinya hanya sebatas yang
diperkenankan oleh agama. Selain itu, dalam ungkapan taqwa juga
terkandung perintah kepada manusia agar mereka senantiasa
melakukan aktivitas-aktivitas yang baik yang membawa kepada
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, seperti: bersikap adil
dalam bertindak dan berbuat, suka membantu orang-orang yang
membutuhkan secara moril atau materiil, mau mengembangkan
potensi diri atau intelektualitas denii mencapai kehidupan yang baik
dan bermanfaat.
Berdasarkan kajian di atas, maka dapat dipahami bahwa iman
dan takwa adalah merupakan dua karakteristik yang harus dimiliki
setiap muslim. Kepercayaan akan membawa muslim pada keyakinan
dan keteguhan akan agamanya, dan tidak akan mudah terjerumus
dalam hal-hal yang mengarahkan pada kesyirikan dan kemurtadan.
Sedangkan taqwa merupakan karakteristik yang akan membawa umat
Islam pada kepatuhan terhadap Tuhan agar menjalankan segala
perintah, menjauhi larangan serta berusaha menjadi manusia yang
memiliki kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Kedua nilai
tersebut, dalam agama membutuhkan pandangan kemutlakan akan
kebenaran dalam agama. Keyakinan terhadap Tuhan, Rasul, Malaikat,
Kitab, Ketentuan Allah dan hari akhir membutuhkan adanya
kemutlakan kepercayaan bahwa semua itu benar adanya. Disinilah
kemudian terjadinya perbedaan yang mendasar antara agama dan ilmu
pengetahuan
Selanjutnya, istilah ‘iptek’ merupakan kependekan dari ‘ilmu
pengetahuan dan teknologi’, Istilah ini merupakan merupakan
perpaduan antara ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, dimana
keduanya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Sains
merupakan sumber teknologi dan teknologi merupakan aplikasi sains.
Baiquni (1997: 63) mendefinisikan sains atau ilmu pengetahuan
sebagai himpunan rasional kolektif insan, tentang alam yang diperoleh

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

5
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

melalui konsensus para pakar. Sedangkan teknologi adalah sebagai


himpunan pengetahuan terapan manusia tentang proses-proses
pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam
kegiatan yang produktif ekonomis.
Teknologi yang merupakan penerapan konsep ilmiah, yang
tidak hanya bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan
pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi bertujuan
memanipulasi faktor- faktor yang terkait dengan gejala-gejala tersebut,
untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi, sehingga
teknologi bisa berfungsi sebagai sarana memberikan kemudahan bagi
kehidupan manusia. Dengan kata lain, teknologi adalah penerapan
sains secara sistematis untuk mempengaruhi dan mengendalikan alam
di sekeliling kita, dalam suatu proses produktif ekonomis untuk
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia (Ali Anwar
Yusuf, 2000: 279 – 280).
Dari paparan diatas, dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan
memiliki cara yang berbeda dalam mendapatkan kebenaran.
Kebenaran dalam ilmu pengetahuan mensyaratkan adanya bukti
empiris. Dalam kasus kepercayaan terhadap Tuhan, tentu akan sulit
untuk membuktikan keberadaan Tuhan secara empiris. Itulah
sebabnya keduanya sering dipandang sebagai konsep dikotomis, yang
memiliki perbedaan sudut pandang yang cukup tajam.

2. Hubungan Antara Imtaq Dan Iptek


Secara bahasa integrasi memiliki arti pembauran hingga
menjadi kesatuan yg utuh atau bulat. Dengan demikian, Integrasi dapat
dimaknai sebagai proses memadukan satu konsep tertentu dengan
sebuah konsep lain, sehingga menjadi suatu kesatuan yang koheren
dan tidak bisa dipisahkan atau proses pembauran hingga menjadi satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
Imtaq atau iman dan taqwa, pada dasarnya keduanya
merupakan gambaran karakteristik nilai-nilai keagamaan (ke-Islaman)
yang harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai penganut agama Islam.
Dengan demikian, konsep pengintegrasian imtaq dan iptek ini dapat
dipandang dari sisi perpaduan antara dimensi agama dan ilmu
pengetahuan menjadi satu kesatuan yang utuh.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

6
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Dalam sejarahnya, telah terjadi pendikotomian keilmuwan


terhadap agama dan ilmu pengetahuan. Keduanya dipandang memiliki
kutub masing-masing yang terpisah secara ekstrim. Keduanya telah
terjebak dalam subyektivitasnya masing-masing, terutama dalam hal
klaim kebenaran. Ilmuwan menganggap bahwa kebenaran versi agama
adalah kebenaran imajiner dan itu tidak lebih dari sekedar mimpi,
Sebaliknya, kaum agamawan menyebut kebenaran sains adalah
kebenaran emosional, tidak konprehensif karena hanya bersifat materi
dan tidak dapat mengantarkan pada kebahagiaan hakiki. Barbour
menyebut hubungan sains dan agama ini sebagai sebuah konflik (Ian
G. Barbour, 2002: 54).
Pendikotomian ini pada akhirnya merambah ke wilayah
pendidikan. tujuan pendidikan Islam yang hanya diorientasikan
kepada kehidupan akhirat semata dan cenderung bersifat defensive,
telah diidentikkan dengan Barat, dan dianggap sebagai ancaman serius
yang dapat mencermarkan agama Islam. Hal ini pula yang menjadi
salah satu sebab munculnya dikhotomi ilmu dalam pendidikan Islam:
ilmu dunia/sekuler (Barat) dan ilmu akhirat/ agama (Islam) (Haidar
Bagir, 1999: 123). Faruqi sebagaimana dikutip oleh Abuddin (2002:
151 – 152) mengungkapkan bahwa pendikotomian ini merupakan
simbol kejatuhan umat Islam. Dikotomi keilmuan dianggap sebagai
penyebab kemunduran berkepanjangan umat Islam yang sudah
berlangsung sejak abad ke-16 hingga abad ke-17 yang dikenal sebagai
abad stagnasi pemikiran Islam. Dikotomi ini pada kelanjutannya
berdampak negatif terhadap kemajuan umat.
Islam pada dasarnya tidak memandang ilmu agama (imtaq)
dan ilmu umum (iptek) terpisah, karena keduanya berasal dari sumber
yang satu, yaitu Allah swt. Pengetahuan dalam agama adalah
pengetahuan yang bersumber langsung dari Allah swt, dalam bentuk
wahyu yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw sebagai
rasulnya. agama merupakan ajaran (dokrin) yang sumbernya dari
Tuhan, sehingga kebenaran timbul mengikuti proses wahyu yang
datang dari Tuhan melalui suatu perantara, adapun ketika wahyu itu
sudah turun, maka manusia dapat mencari kebenaran agama dengan
mempelajari sumber utama dari agama yang dimaksud, dalam hal ini
Kitab Suci, ( Al Qur’an, Sunnah dan Ijtihad).

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

7
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Sedangkan pengetahuan dalam bentuk iptek, pada dasarnya


juga berasal dari Allah, yang didapat oleh manusia melalui alam,
akal/nalar manusia yang diciptakan oleh Allah swt. Agama Islam
menghendaki umatnya selalu belajar, termasuk mempelajari alam.
Seperdelapan ayat-ayat al Qur’an atau ± 750 ayat adalah ayat-ayat
kauniyah yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan gejala-gejala alam
yang semuanya merangsang, menegur dan mendorong umat Islam
untuk melakukan kegiatan yang menuju pada pengembangan sains
(Milya Sari, 2002: 72).
Hubungan antara agama dan sains sendiri pada dasarnya
memiliki hubungan yang saling mendukung satu sama lain.
Sebagaimana yang dihelaskan Bagir dkk (2005: 45 – 46)
mengemukakan bahwa ilmu mampu membantu agama merevitalisasi
diri dengan beberapa cara.
a) Kesadaran kritis dan sikap realistis yang dibentuk oleh ilmu
sangat berguna untuk mengelupaskan sisi sisi ilusoris agama,
bukan untuk menghancurkan agama, melainkan untuk
menemukan hal-hal yang lebih esensial dari agama. Dalam
praksisnya, banyak hal dalam kehidupan beragama yang mungkin
saja bersifat ilusoris, yang membuat agama-agama bersifat
oversensitive sehingga mudah menimbulkan konflik yang
akhirnya justru menggerogoti martabat agama sendiri tanpa
disadari.
b) Kemampuan logis dan kehati-hatian mengambil kesimpulan yang
dipupuk dalam dunia ilmiah menjadikan kita mampu menilai
secara kritis segala bentuk tafsir baru yang kini makin hiruk pikuk
dan membingungkan.
c) Lewat temuan-temuan barunya, ilmu dapat merangsang agama
untuk senantiasa tanggap memikirkan ulang keyakinan-
keyakinannya secara baru dengan begitu menghindarkan agama
itu sendiri dari bahaya stagnasi dan pengaratan.
d) Temuan-temuan ilmu pengetahuan dan teknologi pun dapat
memberi peluang-peluang baru bagi agama untuk makin
mewujudkan idealism-idealismenya secara konkret, terutama
yang menyangkut kemanusiaan umum.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

8
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Sebaliknya, Agama pun sebetulnya dapat membantu ilmu agar


tetap manusiawi dan selalu menyadari persoalan-persoalan konkret
yang harus dihadapinya. Manfaat agama dalam membantu ilmu antara
lain:
a) Agama dapat selalu mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-
satunya jalan menuju kebenaran dan makna terdalam kehidupan
manusia. Dalam dunia manusia, terdapat relitas pengalaman
batin yang membentuk makna dan nilai. Hal itu merupakan
wilayah yang tidak banyak disentuh oleh ilmu, wilayah yang
ambigu tetap riil.
b) agama dapat juga selalu mengingatkan ilmu dan teknologi untuk
senantiasa membela nilai kehidupan dan kemanusiaan bahkan di
atas kemajuan pengetahuan itu sendiri.
c) Ketiga, agama dapat membantu ilmu memperdalam penjelajahan
di wilayah kemungkinankemungkinan adikodrati atau
supranatural. Apalagi jika wilayah-wilayah itu memang
merupakan ujung tak terelakkan dari aneka pencarian ilmiah
yang serius saat ini. Keempat, agama pun dapat selalu menjaga
sikap mental manusia gar tidak mudah terjerumus kedalam
mentalitas pragmatis instrumental, yang menganggap bahwa
sesuatu dianggap bernilai sejauh jelas manfaatnya dan dapat
diperalat untuk kepentingan manusia.
Dari berbagai paparan diatas, dapat dipahami bahwa hubungan
antara imtaq dan iptek harusnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang
dikotomis, justru sebaliknya keduanya saling memberikan manfaat
yang sama pentingnya. Pada kenyataannya konsep pendikotomian
telah gagal dalam upaya membangun umat. Agama yang terejawantah
dalam nilai keimanan dan ketaqwaan dalam diri seseorang akan
mengelola bumi dengan bijak. Sedangkan sains akan menuntut
manusia untuk meningkatkan kehidupan ke arah yang lebih baik.

Pengintegrasian IMTAK Dan IPTEK dalam Pembelajaran


Pembelajaran merupakan bagian penting dari sebuah kegiatan
pendidikan. Dick dan Carey (2006: 205) mendefinisikan pembelajaran
sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara
terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

9
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

jenis media. Hal senada juga disampaikan Gagne sebagaimana dikutip


oleh Pribadi (2011: 9), bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar.
Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa
pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan atau aktivitas, yang
dilakukan, yaitu membuat pembelajar mengalami proses belajar.
Dalam hal ini lebih detail Yamin (2011: 69) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional
dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan
pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap
komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku. Dengan
demikian, kegiatan pembelajaran akan meliputi kegiatan mengelola
komponen komponen yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran tidak akan
menitikberatkan pada apa yang dipelajari, tetapi menitikberatkan pada
aktivitas atau kegiatan yan harus dilakukan, untuk mencapai tujuan
yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara
penyampaian pelajaran dan cara mengelola pembelajaran.
Dalam kaitan dengan kurikulum, maka pembelajaran berfungsi
sebagai implementasi yang telah dituangkan dan ditafsirkan secara
bersama-sama serta dilaksanakan. Proses pembelajaran mempunyai
tujuan agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang
diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran
perlu dirancang secara sistematik dan terstruktu baik. Dalam hal ini,
seorang pengajar harus membuat perencanaan yang baik terhadap
pembelajarannya, agar peserta didik dapat menguasai atau mencapai
target yang telah ditetapkan dengan melibatkan strategi ikut
mengiringi dalam setiap prosesnya.
Konsep pengintegrasian iptek dan imtaq dalam pembelajaran
pada dasarnya merupakan konsep turunan dari keinginan untuk
mengintegrasikan pendidikan Islam secara keseluruhan. Allah
menciptakan manusia untuk menjadi kholifah dimuka bumi, yang akan
membentuk peradaban yang baik dan tinggi. Alqur’an telah
memberikan referensi tentang pentingnya ilmu, untuk dapat

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

10
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

dikembangkan manusia menuju peradapan yang lebih baik.


Sebagaimana tercantum dalam Qs. Al Mujadalah ayat 11

       

        

       

       

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan


kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan harusnya


menjadi bagian dari seseorang dalam memperkuat keimanan dan
ketaqwaanya, karena Allah telah menjanjikan derajat yang lebih tinggi
bagi orang yang berilmu pengetahuan. Islam tidak membedakan antara
antara agama dan ilmu pengetahuan lainnya. Keduanya saling
melengkapi dan harus dipelajari secara langsung sebagai sebuah
sistem pendidikan yang terintegrasi, yang tujuan akhirnya adalah
kebaikan di dunia dan akhirat kelak.
Dalam pengintegrasian ini, mungkin kita harus sependapat
dengan Soewardi (2001: 1 – 24) yang berpandangan bahwa abad 20
merupakan akhir dari Sains Barat Sekuler (SBS) yang telah melahirkan
krisis global dan menghasilkan 3R (Renggut, Resah, Rusak). Abad ini
adalah momentum menuju lahirnya Sains Tauhidullah atau sains
Islami. Sains tauhidullah tiada lain adalah alternatif terhadap SBS yang
kini sudah hampir kandas. Islamisasi sains bukanlah mengislamkan
sains, akan tetapi mencari kelanjutan SBS yang pada penghujung abad
20 sampai pada 3 R. Karakteristik utama sains tauhidullah adalah

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

11
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

naqliyah memandu aqliyah atau wahyu yang memandu fitrah atau akal
manusia. Kecenderungan akan lahir dan berkembangnya sains
tauhidullah tersebut tentunnya harus berimplikasi pada proses
transfer of knowledge semua disiplin ilmu yang menjadi muatan
kurikulum pada satuan pendidikan, terlebih bagi madrasah yang
menjadikan agama Islam sebagai identitas kelembagaan.
Dengan demikian, pengimplementasian pengintegrasian imtaq
dan iptek dalam pembelajaran membutuhkan adanya seperangkat
kurikulum yang mendukung baik dalam proses pelaksanaan
pembelajaran itu sendiri maupun kegiatan diluar proses
pembelajaran. Pengintegrasian imtaq dan iptek, sebagai satu kesatuan
ini dicontohkan sauri, sebagaiman kegiatan-kegiatan berikut ini.
1. Penataan sarana fisik sekolah yang mendukung proses
internalisasi nilai IMTAK dalam pembelajaran.
2. Pendirian sarana Ibadah yang memadai
3. Membiasakan membaca al quran/tadarus setiap mengawali
PBM
4. Membiasakan memperdengarkan lantunan-lantunan Al qur’an
setiap ketika akan masuk kelas, jam istirahat dan jam pulang
melalui radio kelas.
5. Pembinaan Al quran dan Al Hadist secara rutin
6. Adanya pola pembinaan keagamaan guru secara terprogram
dan terpola serta adanya Wakil Kepala yang secara khusus
membidangi program pembinaan Iman dan Taqwa Guru dan
Siswa.
7. Membiasakan menghubungkan setiap pembahasan disiplin
ilmu tertentu dengan perspektif ilmu agama (AL qur’an dan
Hadist)
8. Membiasakan shalat berjamaah.
9. Mengupayakan adanya kuliah dhuha dan kuliah tujuh menit
setiap ba’da shalat dzuhur.
10. Dibiasakanya shalat jumat berjamaah di sekolah (Imam dan
Khotib oleh Guru secara bergiliran) dan dibuatnya buletin
jumatan serta adanya kajian keislaman setiap ba’da jumatan
11. Program keputrian bagi Guru perempuan
12. Membudayakan ucapan salam di lingkungan sekolah

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

12
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

13. Memberikan hukuman bagi siswa yang berbuat pelanggaran


seperti kesiangan dengan hukuman hapalan Al qur’an.
14. Adanya program BP yang berbasis nilai-nilai Iman dan Taqwa
15. Membiasakan menghentikan semua aktifitas setiap tiba waktu
shalat dan adanya petugas keamanan sekolah bagi siapapaun
yang tidak mengerjakan shalat berjamaah.
16. Adanya ketauladanan (Personal Image) dan kontrol sosial dari
kepala sekolah terhadap prilaku guru.
17. Adanya penataan yang tertib tentang tempat guru akhwat dan
ikhwan
18. Dibuatkanya tata tertib kerja secara bersama (sebagai acuan
dan alat kotrol) yang memperhatikan nilai-nilai IMTAQ.
19. Kajian rutin tentang dunia profesi keguruan dalam perspektif
agama Tablig akbar secara rutin
20. Pembinaan Tulis dan Baca Qur’an (TBQ) bagi Guru
21. Slogan-slogan motivasi di lingkungan sekolah
22. dan lain-lain
Pengimplementasian diatas, membutuhkan komitmen yang
kuat dari stakeholder internal sekolah dan juga membutuhkan
dukungan dari stakeholder eksternal sekolah.

Faktor Kunci Sukses Pengintegrasian IMTAQ dan IPTEK Dalam


Pembelajaran
Dalam konteks pendidikan formal, pendidikan budi pekerti
selama ini dibebankan pada mata pelajaran PAI dan PKn. Kedua mata
pelajaran tersebut tak jarang menjadi “kambing hitam” ketika terjadi
perilaku menyimpang di kalangan siswa. PAI dan PKn dianggap telah
gagal membentuk siswa menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.
Padahal, jika kita mau objektif dan merenung, pembinaan budi pekerti
bukan hanya tugas guru PAI dan PKn, tetapi tugas semua guru di
sekolah dan dapat diintegrasikan dalam berbagai kegiatan di sekolah
serta bekerjasama dengan orang tua siswa/masyarakat.
Mempercayakan pendidikan pembinaan Imtaq peserta didik
hanya kepada satu mata pelajaran mengandung kelemahan. Baik dari
segi hakikat pendidikan nasional sebagai suatu sistem maupun hakekat
proses pendidikan yang ideal, yaitu yang mampu mengembangkan

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

13
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

semua dimensi kepribadian peserta didik secara utuh seperti yang


dinyatakan dalam GBHN dan UU Sisdiknas (Dedi Supriadi, 2004: 121).
Misalnya, seorang guru olah raga, selain mengajarkan teknik-
teknik olah raga juga menyelipkan nilai-nilai sportivitas sebagai ruh
dari olah raga. Seorang guru fisika, biologi, atau geografi ketika
menjelaskan tentang tata surya, makhluk hidup, atau bumi, disertai
atau diperkuat dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan
hal tersebut. Seorang guru ekonomi, ketika menjelaskan tentang
perdagangan dan distribusi barang dapat menyelipkan nilai imtaq
berupa dilarang mengurangi timbangan, menjunjung tinggi kejujuran
dalam berdagang, dilarang memonopoli, dan dilarang melakukan
penimbunan barang yang berakibat menyengsarakan banyak orang.
Seorang guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bukan hanya
mengajarkan bagaimana menguasai perangkat TIK, tetapi perlu
ditekankan bahwa teknologi perlu digunakan untuk kebaikan umat
manusia, bukan sebaliknya, merusak umat manusia dan lingkungan.
Disisi lain, Pendidikan kita saat ini lebih berorientasi hasil pada
ranah kognitif berupa hafalan-hafalan, sementara ranah afektif belum
diperhatikan secara serius sehingga para siswa mengalami degradasi
moral dan kemunduran dalam budi pekerti. Tidak jarang ada siswa
yang mendapat nilai tinggi tetapi dicapai dengan cara nyontek, sikap
dan perilakunya pun kurang terpuji. Tidak heran jika hasil pendidikan
yang hanya mengejar nilai menghasilkan generasi yang kurang peka
terhadap lingkungan. Akibatnya banyak lembaga pendidikan
menghasilkan kekerasan alias premanisme di lingkungan sekolah.
Keimanan dan ketaqwaan siswa merupakan core tujuan
pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, lembaga
pendidikan sekolah yang efektif dinilai merupakan salah satu wahana
yang sangat efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan alasan
karena melalui proses pendidikan di sekolah peserta didik akan
memperoleh bukan saja aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi
juga sikap. Dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan siswa
melalui lembaga pendidikan sekolah, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengembangkan lima strategi,
yakni (1) optimalisasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, (2)
integrasi Iptek dan Imtaq dalam proses pembelajaran, (3) pelaksanaan

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

14
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

kegiatan ekstra kurikuler berwawasan Imtaq, (4) penciptaan situasi


yang kondusif dalam kehidupan sosial di sekolah, dan (5)
melaksanakan kerjasama antara sekolah dengan orangtua dan
masyarakat.
Sesuai dengan perubahan struktur organisasi Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, dipandang perlu
dibangun paradigma baru yang relevan dengan program peningkatan
Imtaq dengan melibatkan seluruh komponen sekolah, termasuk
pemangku kepentingan sekolah atau stakeholders pendidikan.
Paradigma baru ini kemudian dikenal dengan Pemberdayaan Sekolah
Berwawasan Imtaq, yang kegiatannya meliputi (1) semiloka
peningkatan Imtaq Siswa, (2) Integrasi Imtaq-Iptek dalam proses
pembelajaran di sekolah, (3) Bulletin/Poster Religiusitas, (4) Lomba
Karya Tulis Peningkatan Imtaq, dan (5) Pemberian Subsidi
Pemberdayaan Sekolah Berwawasan Imtaq.
Dalam pengintegrasian imtaq dan iptek tersebut memang
menjadi peran seluruh stakeholder untuk bisa mensukseskannya.
Berikut merupakan faktor pendorong kesuksesan yang harus
diperhatikan dalam upaya mengintegrasikan imtaq dan iptek dalam
pembelajaran (Lubis, 2009: 51 – 60):
1. Tenaga Pendidik Dan Kependidikan
Guru dan para pegawai administratif yang berada dilingkungan
pendidikan, harusnya telah siap untuk mengubah pemikiran dan sikap
mereka untuk menerima dan memahami pengintegrasian iptek dan
imtaq sebagai satu kesatuan yang holistik. Integrasi ini bukan hanya
untuk murid (student-oriented), tetapi juga untuk guru (teacher
oriented). Guru harusnya juga dilatih untuk mengubah paradigma
berpikir dan sikap mereka agar menunjukkan perilaku yang baik
sesuai dengan nilai-nilai Islam yang nantinya akan menjadi contoh atau
teladan bagi murid-muridnya. Dengan demikian, kriteria dalam
pengambilan guru kedepannya, harus seimbang tidak hanya melihat
pencapaian akademiknya, tetapi juga melihat harus memiliki good
personality.
Untuk mendukung hal ini, guru-guru yang dihasilkan oleh
kampus-kampus, harusnya telah mengenal dan memahami paradigma

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

15
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

pengintegrasian iptek dan imtaq ini, sehingga nantinya mereka dapat


mendorong peningkatan dan perkembangan mental yang baik pada
anak didik mereka. Selain itu, kurikulum juga harus dianalisis agar
mengarah pada filsafat pengintegrasian imtaq dan iptek tersebut,
sehingga guru-guru memiliki kesempatan untuk berinovasi,
mencurahkan aspirasi, dan memiliki role-model yang baik dalam
kegiatan mengajar mereka.
Pengintegrasian iptek dan imtaq tidak akan efektf jika guru
tidak diberikan latihan yang cukup mengenai cara-cara mengajar
materi yang terintegrasi. oleh karena guru merupakan katalisator
dalam sebuah sistem pendidikan, maka merekalah yang harusnya
pertama kali memahami konsep, filosofi dan tujuan dari
pengintegrasian iptek dan imtaq ini dalam kegiatan pembelajaran yang
mereka lakukan. Guru harus benar-benar terlatih dengan baik
bagaimana menjadi lebih inovatif dalam mempersiapkan materi
belajar mereka. Ini harusnya tidak hanya sekedar menjadi teori tetapi
benar-benar ide yang dapat terimplementasi dengan baik.
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan, pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Tugas tenaga kependidikan sebagaimana disebutkan pada
pasal 39 ayat 1 adalah melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan pada ayat 2
disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38
tahun 1992 Bab II pasal 3 ayat 1, tenaga kependidikan terdiri atas

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

16
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,


peneliti dan pengembangan di bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar dan penguji. Pada ayat 2 dipertegas
bahwa tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Selanjutnya, ayat 3 mengemukakan bahwa pengelola satuan
pendidikan terdiri dari kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan
pimpinan satuan pendidikan di luar sekolah.
Sebagai bagian dari SDM yang ada di lembaga pendidikan,
pendidik merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan Islam.
Proses pendidikan Islam tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
peran guru atau pendidik. Secara institusional, kemajuan suatu
lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh pimpinan lembaga tersebut
daripada oleh pihak lain. Tetapi, dalam proses pembelajaran, guru
memiliki peran yang lebih daripada metode atau materi. Sebagaimana
ungkapan A. Malik Fadjar, “Al-thariqah ahammu min al-maddah
walakinna al-mudarris ahammu min al-thariqah”. Yang artinya, metode
lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada
metode (Qomar, 2007: 129).
Peran penting guru dalam pendidikan merupakan potensi
besar dalam memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan Islam,
atau dapat menghancurkannya. Ketika guru benar-benar berlaku
profesional dan dapat mengelola pendidikan dengan baik, maka
mereka akan bersemangat dalam menjalankan tugasnya bahkan rela
melakukan inovasi-inovasi pembelajaran untuk mewujudkan
kesuksesan pembelajaran peserta didik. Tetapi, jika para guru
terlantar akibat tindakan pimpinan, maka mereka justru akan menjadi
penghambat paling serius terhadap proses pendidikan Islam (Qomar,
2007: 129). Maka, dalam hal ini, peran pemimpin sangat penting dalam
mengelola guru-guru yang ada di sekolah bersangkutan. Sebagai
puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan
otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, kepala sekolah
memiliki peran sentral dalam pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan (Baharuddin, 2010: 63).
Selain itu pegawai administratif juga memiliki peran yang tidak
kalah pentingnya, utamanya dalam membangun budaya berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan. Para pegawai dapat menanamkan nilai-nilai

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

17
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

keIslaman seperti kedisiplinan, menjaga kebersihan, bertutur kata


yang sopan dan sebagainya. dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
mengintegrasikan imtaq dan iptek dalam pembelajaran menjadi tidak
hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi seluruh stakeholder
sekolah.
2. Textbook (buku)
Buku memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Selama ini, buku-buku yang ada memang masih belum
mengintegrasikan Imtaq dalam materinya. Pengintegrasian ini bisa
melalui penambahan materi penanaman nilai-nilai kemanusiaan, atau
bahkan bisa mengarah pada penyertaan ayat-ayat al-Qur’an yang
sesuai dengan tema ilmu pengetahuan yang diajarkan. Dalam hal ini
menteri pendidikan memiliki peranan yang penting dalam membuat
dan mendistribusikan buku-buku yang telah teritegrasi.
3. Peran Penting Guru
Tugas seorang guru adalah mendidik dan mengajar siswa.
Dalam Islam, tugas guru sangatlah mulia, bahkan dapat disebut sebagai
penerus misi nabi Muhammad SAW. Dalam mengintegrasikan iptek
dan imtaq, tugas guru memberikan tambahan nilai-nilai dalam setiap
mata pelajaran yang diajarkan. Guru harus melengkapi pribadi mereka
dengan pengetahuan, ketrampilan, personality, sikap dan perilaku
yang baik untuk menjadikan dirinya contoh (role model) bagi siswa-
siswanya.
Selain empat kompetensi tersebut, ada kompetensi lain yang
harus dimiliki oleh para pendidik, yaitu kompetensi moral dan
spiritual (Mulyasa, 2010: 35). Secara konseptual, unjuk kerja guru
menurut Depdikbud (Yamin, 2011: 4 – 5) mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Kemampuan profesional mencakup: (1) Penguasaan materi
pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang
diajarkannya itu. (2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan
dan wawasan kependidikan dan keguruan. (3) Penguasaan
proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan
diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawa tugasnya sebagai guru.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

18
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup: (1) Penampilan sikap


yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
(2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dianut oleh seorang guru. (3) Penampilan yang
merupakan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.
Syarat menjadi guru harus sehat jasmani dan rohani,
menunjukkan bahwa tugas guru adalah tugas yang berat lahir dan
batin. Guru tidak mungkin dapat melakukan pembelajaran kalau selalu
dalam keadaan sakit jasmani, atau guru memiliki penyakit yang
menular yang akan menjangkiti siswa-siswanya, kesehatan jasmani
akan menopang keberhasilan guru mengajar di kelas. Jadi, guru
dituntut prima, cekatan dan berwibawa dalam memberi pembelajaran.
Disamping itu, tidak dibenarkan menjadi guru bagi orang yang tidak
sehat secara rohani (Yamin, 2011: 80 – 81).
4. Kegiatan Ekstrakurikuler Yang Mendukung
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud
dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam
program kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler
yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya
bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional
(supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan
dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan
pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan
perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense
akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui
partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

19
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja


sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan
potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial
yang besar.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat
operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu
disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender
pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53 ayat
(2) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan) serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester
oleh satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 79 ayat (2)
butir b Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan).
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai
perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan
sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat
yang dikembangkan oleh kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut,
maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang terkait dengan
tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki
fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir, yang dapat
dijelaskan sebagaiman berikut:
a. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta
didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan
pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan
pelatihan kepemimpinan.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

20
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

b. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi


untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas
pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi
nilai moral dan nilai sosial.
c. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan
sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau
atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta
didik.
d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik
melalui pengembangan kapasitas.
Dengan dilaksanakannnya kegiatan ekstrakurikuler, maka
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik. Serta dapat mengembangkan bakat dan
minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju
pembinaan manusia seutuhnya.

Implementasi Integrasi IMTAQ dan IPTEK di Lingkungan Lembaga


Pendidikan Islam SMP Plus Al-Kaustar Malang
1. Sekilas mengenai SMP Plus Al-Kautsar Malang
SMP Plus Al-Kautsar Malang merupakan salah satu bagian
bagian dari yayasan Pelita Hidayah yang bergerak dalam bidang
pendidikan selain TK Plus Al Kautsar Malang (1999) yang berlokasi di
Jl. LA. Sucipto 99 Malang dan SD Plus Al Kautsar (2004) yang berlokasi
di Jl. Simpang LA. Sucipto 22/ 338 Malang. SMP Plus Al Kautsar berdiri
pada tahun pelajaran: 2010/2011 dengan surat keputusan (SK) Kepala
Dinas Pendidikan Kota Malang Nomor: 421.8/4394/35.73.307/2010,
tanggal 19 Juli 2010 dan mendapat sertifikat dengan Nomor Pokok
Sekolah Nasional (NPSN): 20570708 pada tanggal 20 September 2010.
Sekolah ini merupakan sekolah yang pertama berbasis IT untuk
sekolah tingkat menengah pertama di Kota Malang dan sedang
mengembangkan menuju sekolah sehat (green school). Pendirian SMP

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

21
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Plus Al-Kautsar Malang seiring dengan tuntutan dan kebutuhan


masyarakat Kota Malang dalam menyongsong era Information
Technology (IT) dan SMP Plus Al-Kautsar dipersiapkan sebagai model
sekolah yang berbasis IT yang terpadu dan menyeluruh dengan
fasilitas internet dan intranet dalam pembelajaran dan manajemen
administrasi sehingga diharapkan mampu mewujudkan tingkat
efisiensi dan efektifitas dalam berbagai aspek kegiatan pendidikan. Hal
ini tercermin dari taglinne yang digunakan yaitu “Bernuansa Islami,
Berbasis IT, dan Berwawasan Lingkungan”.
Visi sekolah SMP Plus Al-Kautsar Malang adalah terwujudnya
lulusan sekolah yang beriman ,berilmu, dan beramal shaleh ,unggul
dalam prestasi dan memiliki daya saing dalam bidang IPTEK serta
berwawasan lingkungan. Sedangkan misi sekolah SMP Plus Al-Kautsar
Malang adalah 1) Menumbuh kembangkan sikap, perilaku, dan amaliah
keagamaan islam di sekolah; 2) Menumbuhkan semangat belajar ilmu
keagamaan islam; 3) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran
secara aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat
berkembang secara optimal,sesuai potensi yang dimiliki; 4)
Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya saing
yang sehat kepada seluruh warga sekolah baik dalam prestasi
akademik maupun non akademik; 5) Menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat, bersih, dan indah; 6) Mendorong, membantu dan
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan
minatnya, sehingga dapat dikembangankan secara lebih optimal dan
memiliki daya saing yang tinggi; 7) Mengembangakan life skills setiap
aktivitas pendidikan; 8) Mengembangkan sikap kepekaan terhadap
lingkungan; 9) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga sekolah, komite sekolah dan stakeholders dalam
pengambilan keputusan; dan 10) Mewujudkan sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Tujuan sekolah SMP Plus Al-Kautsar Malang adalah
mempersiapkan diri sebagai sekolah terpadu, yang menyelaraskan
kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat dan mengembangkan
kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ dan IQ) dan
penguasaan ruhiyah vertical atau Spiritual Quotient (SQ) terhadap
peserta didik dalam proses pembelajaran yang berimbang dan

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

22
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

bermutu, sehingga diharapkan akan mampu menghasilkan ouput yang


bermutu secara akademik, karakteristik, spiritualistik dan mampu
mengantarkan para alumninya pada kemajuan di masa mendatang
yang bertumpu pada 3 (tiga) konsep tersebut. Sehingga dapat
menhasilkan lulusan yang tidak hanya dibekali kompetensi duniawi
melainkan juga dibarengi kematangan akhlaq.
Sebagai sekolah yang berbasis ICT atau banyak menggunakan
perangkat informasi dan teknologi di setiap kegiatan pembelajaran
maupun yang lain, SMP Plus Al-Kautsar Malang dilengkapi berbagai
sarana dan prasarana yang mendudkungnya. Sarana dan prasarana
yang terdapat di SMP Plus Al-Kautsar Malang yang berbasis ICT dalam
area akademik maupun administrasi diantaranya: ruang server, server,
personal computer (PC) unttuk guru dan karyawan, laptop untuk
masing-masing siswa, proyektor LCD di tiap kelas, wifi-reuters, audio,
cctv, dan printer. Disamping itu sumber daya manusia yaitu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan juga diberikan pembekalan
kemampuan untuk dapat memiliki kompetensi penguasaan dasar
perangkat ICT.
2. Implementasi Pengintegrasian Imtaq dan Iptek di SMP Plus Al-
Kautsar Malang
Penerapan iptek dalam pembelajaran di SMP Plus Al-Kautsar
Malang meliputi bidang kurikulum, strategi pembelajaran, materi
pembelajaran, dan penilaian. Penerapan iptek dengan penggunaan
perangkat ICT meliputi: pengelolaan dan pengaturan jadwal
pembelajaran, materi pembelajaran dan materi ujian yang terintegrasi
dengan web sekolah, dan sistem ujiandan penilaian secara online.
Sedangkan penerapan iptek dalam administrasi meliputi bidang: tata
kelola sekolah, manajemen keuangan, manajemen sarana dan
prasarana, data pokok pendidikan, perpustakaan dan keamanan.
Penerapan iptek dengan penggunaan perangkat ICT meliputi:
pengelolaan data dan informasi di sekolah memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, pengelolaan berbagai laporan keuangan
dengan program komputer khusus, inventarisasi sarana prasarana
dengan komputerisasi, pengelolaan data akademik , guru dan siswa
yang terintegrasi dalam satu sistem, penggunaan sistem perpustakaan
dan keamanan (cctv) yang terkomputerisasi.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

23
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Tidak hanya menerapkan iptek dan berbasis pada penggunaan


perangkat komunikasi dan teknologi SMP Plus Al-Kautsar Malang juga
berupaya mengintegrasikan imtaq dalam berbagai kegiatan yang ada.
Hal ini tercermin dari visi, misi, dan tujuan sekolah SMP Plus Al-
Kautsar Malang yng tidak hanya menekankan penguasaan iptek akan
tetapi juga pengintegrasian imtaq dan imtek dalam pembelajarannya.
Berikut merupakan beberapa tinjauan pengintegrasian imtaq dan iptek
di SMP Plus Al-Kautsar Malang adalah:
a. Menciptakan lingkungan sekolah yang islami
Usaha untuk mengintegrasikan imtaq dan iptek di SMP Plus
Al-Kautsar Malang didasarkan pada tagline yang dipergunakan
yaitu “Bernuansa Islami, Berbasis IT, dan Berwawasan
Lingkungan”. Upaya pengintegrasian dilakukan diawali dengan
menciptakan lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai
keislaman. Beberapa bentuk upaya pengintegrasian imtaq dan
iptek adalah: pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan
serta penanaman perilaku yang islami pada para siswa baik di
dalam dan di luar pembelajaran.
Pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam
pembelajaran di kelas masing-masing dimaksudkan untuk
meminimalisir pergaulan lawan jenis dan mengantisipasi hal-hal
yang tidak diiinginkan. Sebab menurut kepala sekolah hal ini
disesuaikan dengan usia remaja yang identik dengan pubertas.
Sehingga dibutuhkan pembatasan tertentu. sedangkan penanaman
perilaku yang islami sering dilakukan para pendidik dengan cara
mengingatkan siswa-siswi ketika bergurau diluar batas antara
lawan jenis ketika istirahat ataupun ketika pada saat
pembelajaran yang diadakan di luar kelas. Mengingat seringkali
pembelajaran dilaksanakan di tempat selain kelas seperti
perpustakaan, ruang media, luar kelas atau alam terbuka.
b. Membentuk sumber daya manusia yang islami
Upaya pengintegrasian imtaq dan iptek di SMP Plus Al-Kautsar
Malang juga dilakukan dalam tinjauan sumber daya manusianya.
Hal ini meliputi pembuat kebijakan (kepala sekolah), tenaga
pendidik, dan peserta didik. Kebijakan yang dibuat oleh kepala
sekolah dalam hal penerapan iptek seperti kewajiban

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

24
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

menggunakan laptop pribadi untuk masing-masing siswa dan


akses internet dalam setiap pembelajaran sebagai salah satu
sumber pembelajaran, tentu membawa dampak tersendiri.
Sehingga dibutuhkanlah penerapan imtaq yang diintegrasikan
dalam kegiatan para siswa yang bertujuan untuk meminimalisir
dampak ditimbulkan dari penerapan iptek. Bentuk
pengintegrasian imatq dan iptek diantaranya adalah pembuatan
berbagai kebijakan yang mengarah pada pengintegrasian imtaq
dan iptek oleh kepala sekolah yang tercermin dalam visi, misi, dn
tujuan sekolah. Kemudian diadakannya kegiatan rutin pembacaan
al-Qur’an setiap hari nya sebelum pelajaran dimulai, kegiatan
rutin mengkaji al-Qur’an (tadabbur), serta fasilitas tahfidz bagi
tenaga pendidik dan siswa.
Pengintegrasian imtaq dan iptek oleh kepala sekolah tampak
pada kebijakan yang dibuat diantaranya adalah visi sekolah yaitu:
terwujudnya lulusan sekolah yang beriman ,berilmu, dan beramal
shaleh ,unggul dalam prestasi dan memiliki daya saing dalam
bidang IPTEK serta berwawasan lingkungan. Visi sekolah
selanjutnya terewajantahkan dalam misi, dan tujuan sekolah yaitu
mempersiapkan diri sebagai sekolah terpadu, yang menyelaraskan
kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat dan
mengembangkan kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ
dan IQ) dan penguasaan ruhiyah vertical atau Spiritual Quotient
(SQ) terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran yang
berimbang dan bermutu serta pada berbagai kebijakan-kebijakan
sekolah yang dibuat.
Pengintegrasian imtaq dan iptek dalam tinjauan tenaga
pendidik adalah dengan mengadakan kajian rutin bagi tenaga
pendidik. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas khasanah
pengetahuan agama bagi para pendidik. Disamping itu disediakan
fasilitas tahfidz bagi para pendidik. Hal ini dimaksudkan agar
memberikan contoh bagi para anak didik untuk dapat
menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan al-
Qur’an.
Sedangkan pengintegrasian imtaq dan iptek dalam tinjauan
perserta didik adalah dilakukannya pembacaan Al-Qur’an setiap

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

25
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

harinya sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan baca al-Qur’an


dilaksanakan di jam ke-0 dengan mendatangkan guru khusus
dengan metode ummi. Hal ini dimaksudkan agar siswa-siswi juga
merasa akrab dengan al-Qur’an dan menumbuhkan kewajiban
untuk mempelajarinya disamping ilmu pengetahuan umum.
Disamping itu kegiatan mengkaji al-Qur’an (tadabbur)
dimaksudkan untuk lebih memberi pemahaman siswa akan
hukum-hukum Alloh swt, khususnya membahas perkembangan
iptek dalam tinjauan Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk
membentengi pada siswa terhadap dampak negatif yang
diakibatkan iptek seperti penayalahgunaan internet dan
sebagainya. bentuk pengintegrasian imtaq dan iptek yang lain
adalah pembacaan doa sebelum dan sesudah diadakannya
pembelajaran dan pembinaan ekstrakurikuler yang mendukung
seperti kaligrafi dan lainnya.

Kesimpulan
1. Hubungan antara imtaq dan iptek harusnya tidak dipandang
sebagai sesuatu yang dikotomis, justru sebaliknya keduanya saling
memberikan manfaat yang sama pentingnya. Pada kenyataannya
konsep pendikotomian telah gagal dalam upaya membangun
umat. Agama yang terejawantah dalam nilai keimanan dan
ketaqwaan dalam diri seseorang akan mengelola bumi dengan
bijak. Sedangkan sains akan menuntut manusia untuk
meningkatkan kehidupan ke arah yang lebih baik.
2. Pengimplementasian integrasi imtaq dan iptek tidak hanya
dilakukan pada saat proses pembelajaran, tetapi harus
dilaksanakan dalam seluruh aktivitas kegiatan pendidikan, dan ini
membutuhkan komitmen yang kuat dari stakeholder internal
sekolah dan juga membutuhkan dukungan dari stakeholder
eksternal sekolah.
3. Terdapat empat faktor kunci kesuksesan pengintegrasian Imtaq
dan Iptek dalam Pembelajaran, yaitu tenaga pendidik dan
kependidikan yang kompeten dalam ikut mendorong kesuksesan
integrasi; textbook atau buku yang terpadu dalam
mengintegrasikan nilai-nilai keimanan dan ilmu pengetahuan;

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

26
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

peran penting guru sebagai role model bagi siswa-siswanya; dan


adanya ekstrakurikuler yang mendukung.
4. Upaya pengintegrasian imtaq dan iptek di pembelajaran dapat
dilakukan dalam dua tinjauan yaitu lingkungan yang islami dan
sumber daya yang islami. Lingkungan yang islami dapat terwujud
diantaranya dengan cara pemisahan antara siswa laki-laki dan
siswa perempuan dalam pembelajaran. Disamping itu monitoring
dan pengawasan pergaulan yang sesuai dalam Islam ditanamkan
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Sedangkan dalam tinjauan
sumberdaya islami dapat melalui (i)pembuat kebijakan (kepala
sekolah) yang membuat kebijakan-kebijakan yang
mengintegrasikan imtaq dan iptek yang tercermin dalam visi, misi
dan tujuan sekolah; (ii)tenaga pendidik mengikuti kajian rutin
(tadabbur) Al-Qur’an dan penyediaan tahfidz Qur’an bagi para
pendidik; serta (iii) bagi anak didik terdapat kegiatan baca Al-
Qur’an setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai serta kajian
rutin (tadabbur) Al-Qur’an yang membahas perkembangan iptek
dalam tinjauan hukum-hukum al-Qur’an, serta melakukan doa di
setiap permulaan dan akhir dari pembelajaran.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

27
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata dkk. 2002. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum.
Jakarta. Raja Grafindo
Ailala, Yoga. 2014.
http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-
dan-taqwa-dalam-islam.html, diakses tanggal 07 Oktober
2014.
Bagir, Haidar. 1999. Sains Islami: Suatu Alternatif. Jurnal Ulumul Qur
'an.
Bagir, Zainal Abidin dkk. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama, Interpretasi
dan Aksi. Bandung: Mizan Pustaka Persada
Baharuddin & Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam:
Transformasi Menuju Sekolah/Madrasah Unggul, (Malang:
UIN-MALIKI Press).
Baiquni, Ahmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.
Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa.
barbour, Ian G. 2002. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj.
E.R. Muhammad. Bandung: Mizan.
Daryanto. 2007. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo,.
Dick, Walter, Low Carey dan J.O. Cerey. 2006. The Systematic Design of
Instruction. New York: Pearson.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Pembinaan Pendidikan Agama Dan Akhlak Mulia,
Pemberdayaan Sekolah Berwawasan Imtaq, (jakarta, 2007),
hlm. ii
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depatemen
Agama RI. 1995. Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam
dan Teknologi . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Elfindri. 2011. Pendidikan Sebagai Barang Ekonomi. Bandung: Lubuk
Agung.
Herman, Soewardi. 2001. Mempersipakan Sains Tauhidullah. Bandung:
Bakti Mandiri.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

28
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

Irsyadunnas. 2003. 'Amar dalam Al-Qur'an (Kajian tentang Ayat-ayat


Taqwa), Jurnal Penelitian Agama. Vol. Xii, No. 3, pp: 504-517,
hlm. 506.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kamus versi online/daring
(dalam jaringan). http://kbbi.web.id/integrasi , diakses
tanggal 07/11/2014
Lubis, Maimun Aqsha et al. 2009. Integrated Islamic Education in
Brunei Darussalam: Philosophical Issues and Challenges,
Journal of Islamic and Arabic Education 1(2), , pp: 51-60
Mulyasa, E. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. (Jakarta: PT Bumi
Aksara).
Pribadi, A. Benny. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat
Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru
Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Penerbit Erlangga.
Sari, Milya. 2002. Pemahaman Ayat-ayat Al Qur’an Melalui Sains dan
Teknologi. Jurnal Ilmiah Ta’dib. Vol. 8, No. 8 (Januari-Juni).
STAIN Batusangkar.
Sofyan Sauri, Deksripsi Nilai Iman Dan Takwa Dalam Pembelajaran,
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARA
B/195604201983011-
SOFYAN_SAURI/makalah2/INTEGRASI_IMTAK_DAN_IMPTEK
_DALAM_PEMBELAJARAN.pdf.
Supriadi, Dedi. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung
Remaja: Rosda Karya.
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Yamin, Martinis. 2011, Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada.
Yusuf, Ali Anwar. 2000. Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam
Terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. Bandung: Pustaka Setia.

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

29
Soelaiman - Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Pembelajaran

J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam


Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016

30

Anda mungkin juga menyukai