Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI LOW BACK

PAIN (STUDI KASUS : UMKM PENGGILINGAN PADI)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:

VIANITA MYRTHA SAPUTRI


D 600 180 145

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
ANALISIS POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI LOW BACK PAIN
(STUDI KASUS : UMKM PENGGILINGAN PADI)

Abstrak

Industri Penggilingan padi berperan sangat penting bagi penduduk indonesia


dengan penduduk yang mayoritas mengkonsumsi beras. UMKM Penggilingan Padi
Manunggal Sumber Rejeki sebagai salah satunya. Aktivitas yang dilakukan pada
UMKM tersebut yaitu pengeringan padi, pecah kulit dan pemutihan beras, proses
akhir (packing), dan penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat risiko yang diakibatkan oleh postur kerja saat melakukan aktivitas
menggunakan metode OWAS dan usulan perbaikan guna mengurangi keluhan
nyeri punggung belakang (low back pain) yang dialami pekerja. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah deskriptif observasional dengan teknik pengambilan sampel
yaitu sampling jenuh sebanyak 5 responden. Hasil perhitungan dengan
menggunakan metode OWAS yang dilakukan di UMKM Penggilingan Padi
Manunggal Sumber Rejeki menunjukkan bahwa 1 kegiatan termasuk kedalam
kategori 4 yaitu sangat berbahaya dan perbaikan perlu dilakukan sekarang juga, 3
kegiatan masuk kedalam kategori 3 yaitu berbahaya dan perbaikan perlu dilakukan
secepat atau sesegera mungkin, 5 kegiatan masuk kedalam kategori 2 yaitu
berbahaya dan perlu adanya perbaikan dimasa mendatang, serta 4 kegiatan masuk
kedalam kategori 1 yaitu aman atau tidak ada masalah dan tidak perlu adanya
perbaikan. Untuk itu diperlukan perbaikan postur kerja pekerja, usulan desain
peralatan kerja, dan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Kata kunci: Low Back Pain, Postur Kerja, Metode OWAS

Abstract

The rice milling industry plays a very important role for the indonesian population
with the majority of the population consuming rice. MSMEs milling Manunggal
Source of Fortune as one of them. The activities carried out at the MSMEs are rice
drying, breaking skin and bleaching rice, the final process (packing), and storage.
This study aims to determine the level of risk caused by work posture when
carrying out activities using the OWAS method and proposed improvements to
reduce complaints of low back pain experienced by workers. The type of research
carried out was descriptive observational with a sampling technique, namely
saturated sampling of 5 respondents. The results of this study show that 1 of
activities are included in category 4, namely very dangerous and repairs need to
be carried out right now, 3 of activities fall into category 3, namely dangerous and
repairs need to be carried out as soon as possible, 5 of activities enter the district 2
which is dangerous and needs improvement in the future, and 4 of activities fall into
category 1, namely safe or no problems and no need for improvement. For this
reason, it is necessary to improve the work posture of workers, propose the design
of work equipment, and make Standard Operating Procedures (SOPs).

Keywords: Low Back Pain, Working Posture, OWAS Method.

1
1. PENDAHULUAN
Menurut data Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI)
penggilingan padi hingga tahun 2009 jumlah penggilingan padi di Indonesia mencapai
110.000 unit dan 85% di antaranya adalah penggilingan padi kecil (Fitriyah dan
Herodian, 2011). Terdapat beberapa aktivitas pada penggilingan padi yaitu pengeringan
padi, pecah kulit dan pemutihan beras, proses akhir (packing), dan penyimpanan.
Dengan pembagian jumlah pekerja disetiap stasiun kerjanya yaitu 2 pekerja di stasiun
kerja pengeringan padi, 1 pekerja di stasiun kerja pecah kulit dan pemutihan, 1 pekerja
di stasiun kerja packing, dan 1 pekerja di stasiun kerja penyimpanan. Untuk mencapai
hasil yang optimal, perlu diperhatikan performansi pekerjanya. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut
(Andrian dan Renilaili, 2021). Menurut Susihono (2012 dikutip dalam Sulaiman dan
Purnama Sari 2018) postur kerja merupakan titik yang menentukan analisa keefektifan
dari suatu pekerjaan. Humantech (1995 dikutip dalam (Fathimahhayati dkk., 2021)
menjelaskan bahwa salah satu faktor cedera pada sistem muskuloskeletal adalah postur
yang janggal dan peralatan kerja yang digunakan kurang mendukung postur kerja
pekerja. Postur kerja janggal adalah postur kerja yang dilakukan dengan posisi tubuh
menjauh dari posisi alami seperti punggung yang terlalu membungkuk, tangan dalam
posisi terangkat, posisi jongkok, posisi badan memutar, dan lain-lain disebabkan oleh
karakteristik aktivitas, alat kerja, dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Dari wawancara yang telah dilakukan, pekerja memiliki keluhan MSDs
khususnya bagian low back pain. Menurut Noor Zairin H (2012 dikutip dalam Umami
dkk. 2014) nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan sindroma klinik yang
memiliki gejala utama berupa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di bagian tulang
punggung bagian bawah. Menurut Inoue (2003 dikutip dalam Umami dkk. 2014)
penyebab utama nyeri punggung merupakan peregangan otot dan bertambahnya usia
yang akan mengakibatkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin
berkurang.
Adapun keluhan Low Back Pain (LBP) dilakukan dengan melakukan penyebaran
kuesioner Nordic Body Map (NBM). Nordic Body Map (NBM)adalah salah satu
metode pengukuran dengan menggunakan kuesioner checklist ergonomic. untuk

2
penilaian rasa sakit yang dikeluhkan dari serangkaian identifikasi yang dilakukan untuk
mengetahui ketidaknyamanan kerja yang dialami oleh pekerja bersangkutan yang ada di
lapangan (Bambang dan Atmojo, 2020). Setelah dilakukan penyebaran kuisioner nordic
body map terhadap keluhan otot/ sendi (MSDs) yang dirasakan oleh 5 pekerja diperoleh
hasil bahwa keluhan tertinggi pada kategori sakit terdapat pada bagian low back pain
yaitu pada bagian punggung sebanyak 4 pekerja dan pada bagian pinggang sebanyak 2
pekerja. Dengan stasiun kerja yang memiliki tingkat risiko keluhan MSDs tertinggi pada
bagian punggung yaitu pada stasiun kerja pengeringan padi sebanyak 2 pekerja, stasiun
kerja pecah kulit sebanyak 1 pekerja, dan stasiun kerja packing sebanyak 1 pekerja
mengeluhkan keluhan MSDs dengan kategori sakit. Sedangkan pada bagian pinggang
yaitu stasiun kerja pengeringan padi sebanyak 1 pekerja dan stasiun kerja pecah kulit
sebanyak 1 pekerja. Dari keluhan tersebutlah yang mendasari penulis untuk melakukan
analisis postur kerja pada pekerja penggilingan padi dengan metode Ovako Working
Posture Analysis System (OWAS) guna mengurangi low back pain. Alasan peneliti
menggunakan metode OWAS karena Ovako Working Posture Analysis System
merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi postur kerja yang tidak aman yang
mengakibatkan cidera musculoskeletal, khususnya penyakit (low back pain) dan OWAS
adalah suatu metode terbaik untuk memperbaiki postur badan yang tidak baik dengan
mengoreksi posisi punggung pekerja (Ramadhani dan Rukman, 2019). Oleh karena itu
penelitian ini akan meneliti tentang risiko kerja yang diakibatkan oleh postur kerja saat
melakukan aktivitas menggunakan metode OWAS dan usulan perbaikan guna
mengurangi keluhan nyeri punggungbelakang (low back pain) yang dialami pekerja.
2. METODE
2.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UMKM Penggilingan Padi Manunggal Sumber Rejeki dan
dilaksanakan pada bulan Februari 2022 sampai selesai.
2.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yaitu diawali dengan melakukan studi lapangan, studi literatur,
melakukan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan penentuan tujuan penelitian.
Tahapan selanjutnya yaitu pengumpulan data, dimana metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara, dokumentasi dan pengukuran langsung. Pengumpulan data
dengan wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan

3
permasalahan yang diangkat seperti tugas pekerja dan proses produksi. Pengumpulan
data dengan dokumentasi dilakukan dengan mengambil foto atau video yang terjadi
selama aktivitas produksi berlangsung di UMKM Penggilingan Padi Manunggal
Sumber Rejeki yang digunakan untuk mempermudah dalam melakukan analisis postur
kerja. Dan yang terakhir pengumpulan data dengan pengukuran langsung dilakukan
dengan mengukur berat beban yang diangkut oleh setiap pekerja dengan populasi yang
digunakan yaitu seluruh pekerja di UMKM Penggilingan Padi Manunggal Sumber
Rejeki.
Pengolahan data menggunakan Ovako Working Posture Analysis System
(OWAS) dengan Software Ergofellow sebagai berikut.
2.2.1 Merekam dan Mengambil Gambar Sikap Kerja.
Pada langkah ini dilakukan dokumentasi pada seluruh proses produksi dan pengambilan
gambar dilakukan dari sisi samping pekerja guna mengamati bagian punggung, lengan,
dan kaki pekerja
2.2.2 Mengklasifikasi Sikap Bagian Tubuh
Mengklasifikasikan sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa yang terdiri dari
(Sanjaya dan Vidyantoro, 2019):
1. Sikap Punggung

Gambar 1. Klasifikasi sikap kerja bagian punggung


2. Sikap Lengan

Gambar 2. Klasifikasi sikap kerja bagian lengan

4
3. Sikap Kaki

Gambar 3. Klasifikasi sikap kerja bagian kaki


4. Berat Beban
Berat beban terdiri dari tiga jenis yaitu beban kurang dari 10 kg, beban 10 kg – 20
kg, dan beban lebih dari 20 kg.
2.2.3 Memasukkan Data Postur Kerja pada Software Ergofellow.
Tampilan postur kerja pada software ergofellow terdapat pada gambar 4.

Gambar 4. Tampilan Software Ergofellow


2.2.4 Menentukan kategori postur kerja.
Menurut Andy Wijaya (2008 dikutip dalam Anggraini dan Pratama, 2012) kategori
penilaian Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Kategori Penilaian OWAS
Nilai Kategori Aksi Kategori
1 Tidak perlu dilakukan perbaikan
2 Perlu dilakukan perbaikan
3 Perbaikan perlu dilakukan secepat atau sesegera mungkin
4 Perbaikan perlu dilakukan sekarang juga

5
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Penilaian Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) digunakan untuk
menentukan sikap kerja oleh pekerja sesuai dengan sistem penilaian yang didasarkan
pada gambar yang telah diambil Dengan 4 pekerja yang dijadikan sebagai objek kajian.
Gambar tersebut kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan software
ergofellow. Penggunaan software ergofellow memudahkan mendapatkan skor untuk
perbaikan postur kerja yang kurang baik serta meminimalisir adanya kesalahan dalam
perhitungan. Adapun beberapa kegiatan dalam penggilingan padi meliputi pengeringan,
pecah kulit dan pemutihan, packaging, serta penyimpanan. Berikut ini adalah penjelasan
bagian kerja dan elemen kegiatan yang ada dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Bagian kerja dan elemen kegiatan pekerja
No Stasiun kerja Nomor Postur Kerja Elemen Kegiatan
1 Pengeringan 1 Mengeringkan padi
2 Pecah kulit dan 2 Mengambil padi
pemutihan 3 Menuangkan padi kedalam troli
4 Membawa padi ke mesin conveyor
5 Menuangkan padi ke mesin conveyor
6 Mengambil beras
7 Membawa beras
8 Menuang beras
3 Packing 9 Memasukkan beras ke dalam karung
(Pengemasan) 10 Menjahit karung
11 Mengangkat karung beras
4 Penyimpanan 12 Membawa karung beras
13 Meletakkan karung beras

3.2 Pengolahan Data


Tahapan pengeringan padi/padi merupakan proses tahapan pertama yang dilakukan oleh
pekerja. Dimulai dari padi yang basah kemudian dilakukan proses pengeringan selama
kurang lebih 1-2 hari sebelum dilakukan proses pecah kulit. Pada tahap ini postur tubuh
pekerja membungkuk ke depan, posisi tangan memegang sorok di bawah level bahu
sambil berjalan, dengan berat padi yang di dorong kurang dari 10 kg. Postur tubuh
pekerja dapat dilihat pada gambar 5.

6
Gambar 5. Tahapan Pengeringan Padi
Setelah dilakukan identifikasi postur kerja pada pekerja maka dilanjutkan dengan
pengolahan data menggunakan Software Ergofellow untuk mengetahui tingkat risiko
yang terjadi pada postur tersebut. Hasil penilaian dengan menggunakan software
ergofellow terdapat pada gambar 6.

Gambar 6. Output Software Ergofellow Tahapan Pengeringan Padi


Berdasarkan gambar 6 analisis perhitungan OWAS dengan menggunakan
software Ergofellow didapatkan kode OWAS = 2-1-7-1 dan result action level = 2 yaitu
pada sikap ini postur kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan) dan perlu adanya perbaikan
dimasa yang akan datang.
Setelah dilakukan perhitungan pada seluruh kegiatan di UMKM Manunggal
Sumber Rejeki maka diperoleh rekapitulasi hasil nilai akhir perhitungan postur kerja
dengan menggunakan software Ergofellow untuk 13 elemen kegiatan postur kerja
seperti tabel 3.

7
Tabel 3. Nilai Akhir Postur Kerja OWAS
Nomor Nilai
Action
Postur Elemen Kegiatan Akhir Tindakan
Code
Kerja OWAS
1 Mengeringkan padi 2-1-7-1 2 Perlu dilakukan perbaikan
2 Perbaikan perlu
Mengambil padi 4-1-4-1 4
dilakukan sekarang juga
3 Menuangkan padi Perlu dilakukan
2-1-2-1 2
kedalam troli perbaikan
4 Membawa padi ke mesin
1-1-7-3 1 Aman
conveyor
5 Menuangkan padi ke
1-3-2-3 1 Aman
mesin conveyor
6 Perbaikan perlu
Mengambil beras 2-1-4-2 3 dilakukan secepat atau
sesegera mungkin
7 Membawa beras 1-3-7-2 1 Aman
8 Perlu dilakukan
Menuang beras 2-1-2-2 2
perbaikan
9 Memasukkan beras ke Perlu dilakukan
2-1-2-2 2
dalam karung perbaikan
10 Menjahit karung 2-1-2-1 2 Perlu dilakukan perbaikan

11 Mengangkat karung 2-1-4-3 3 Perbaikan perlu dilakukan


beras secepat atau
sesegera mungkin
12 Membawa karung beras 1-1-7-3 1 Aman
13 Meletakkan karung 2-1-2-3 3 Perbaikan perlu dilakukan
beras secepat atau sesegera
mungkin

3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa 1 kegiatan termasuk ke dalam kategori 4 yaitu
tingkat risiko sangat tinggi, sangat berbahaya, dan perbaikan perlu dilakukan sekarang

8
juga, 3 kegiatan masuk kedalam kategori 3 yaitu tingkat risiko tinggi, berbahaya, dan
perbaikan perlu dilakukan secepat atau sesegera mungkin, 5 kegiatan masuk kedalam
kategori 2 yaitu tingkat risiko sedang, berbahaya, dan perlu adanya perbaikan dimasa
mendatang, serta 4 kegiatan masuk kedalam kategori 1 yaitu tingkat risiko rendah, aman
atau tidak ada masalah, dan tidak perlu adanya perbaikan. Hasil perhitungan ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Wiranto dkk. (2019) dalam penelitian mengenai
Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorder Pada Pekerja
Penggilingan Padi Kabupaten Penajam Paser Utara menunjukkan bahwa pada kegiatan
mengambil padi dan mengangkat bak beras dan menuang beras ke karung berada pada
kategori 3 yaitu tingkat risiko tinggi dan perlu dilakukan perbaikan secepatnya. Namun
hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Randany dan Masrofah
(2021) Analisis Sistem Kerja dan Postur Tubuh Pekerja Karyawan Bagian Gudang
Penyimpanan Beras Menggunakan Metode OWAS menunjukkan bahwa pada kegiatan
mengangkat karung beras berada pada kategori 3 yaitu tingkat risiko tinggi dan
perbaikan perlu dilakukan secepatnya. Mayoritas kegiatan yang memilikirisiko tinggi dan
sangat tinggi disebabkan karena posisi kerja yang kurang tepat seperti membungkuk
sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Menurut Tarwaka
(2009 dikutip dalam Nur dkk., 2016) posisi seperti ini mengakibatkan tulang belakang
membungkuk ke depan. Kondisi ini bila dilakukan berulang dan terus menerus dapat
menyebabkan gangguan pada bagian pinggang dan punggung berupa keluhan nyeri,
karena bagian punggung terus mengalami pembebanan. Menurut Helander (2006
dikutip dalam Nur dkk., 2016) pada saat mengangkat beban dengan membungkuk, gaya
dari beban yang diangkat menjadi 10 kali lebih besar dirasakan pada tulang belakang.
Maka perlu diberikan perbaikan untuk mengurangi tingkat risiko guna mengurangi
keluhan nyeri punggung bawah(low back pain) yang dialami pekerja.
3.3 Usulan Perbaikan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, aktivitas produksi
penggilingan padi di UMKM Penggilingan Padi Manunggal Sumber Rejeki memiliki
risiko cedera bagi tubuh pekerja khususnya pada bagian low back pain dan memerlukan
perbaikan. Usulan perbaikan diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kategori nilai
OWAS. Adapun usulan perbaikan yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut.

9
Tabel 4. Usulan Perbaikan
Nomor Nilai Akhir Nilai Akhir
Action
Postur Elemen Kegiatan OWAS Tindakan OWAS
Code
Kerja (Sebelum) (Sesudah)
1 Mengeringkan padi 2 2-1-7-1 Melakukan perbaikan 1
pada posisi punggung
dari membungkuk
menjadi lurus.
2 Mengambil padi 4 4-1-4-1 Membuat desain 1
sekop ergonomis
3 Menuangkan padi 2 2-1-2-1 Membuat sekop 1
kedalam troli ergonomis
4 Membawa padi ke 1 1-1-7-3 - 1
mesin conveyor
5 Menuangkan padi ke 1 1-3-2-3 - 1
mesin conveyor
6 Mengambil beras 3 2-1-4-2 Melakukan perbaikan 2
pada posisi punggung
dari membungkuk
menjadi lurus dan
posisi kaki menekuk/
jongkok
7 Membawa beras 1 1-3-7-2 - 1
8 Menuang beras 2 2-1-2-2 Melakukan perbaikan 1
pada posisi punggung
dari membungkuk
menjadi lurus.
9 Memasukkan beras ke 2 2-1-2-2 Membuat desain meja 1
dalam karung sebagai landasan
pijakan
10 Menjahit karung 2 2-1-2-1 Membuat desain meja 1
sebagai landasan
pijakan
11 Mengangkat karung 3 2-1-4-3 Melakukan perbaikan 2
beras pada posisi punggung
dari membungkuk
menjadi lurus dan
posisi kaki menekuk/
jongkok
12 Membawa karung 1 1-1-7-3 - 1
beras
13 Meletakkan karung 3 2-1-2-3 Melakukan perbaikan 2
beras pada posisi punggung
dari membungkuk
menjadi lurus dan
posisi kaki menekuk/
jongkok

10
3.3.1 Usulan Postur Kegiatan Mengeringkan Padi
Kegiatan mengeringkan padi termasuk kedalam kategori 4 dengan tingkat risiko sangat
tinggi, sangat berbahaya, dan perbaikan perlu dilakukan sekarang juga. Usulan
perbaikan pada kegiatan mengeringkan padi yaitu dengan melakukan perbaikan postur
tubuh dari posisi punggung membungkuk menjadi posisi punggung lurus, kedua lengan
berada dibawah bahu, kaki berjalan, dan berat beban kurang dari 10kg maka akan
didapatkan action code 1-1-7-1 dengan result action level 1 yang berarti aman atau
tidak perlu adanya perbaikan. Perubahan postur tubuh dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Postur kerja mengeringkan padi sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
3.3.2 Usulan Postur Kegiatan Mengambil Padi
Kegiatan mengambil padi termasuk kedalam kategori 3 dengan tingkat risiko tinggi,
berbahaya, dan perbaikan perlu dilakukan secepat atau sesegera mungkin. Usulan
perbaikan yang diberikan berupa desain sekop ergonomis. Perhitungan data dimensi
bagian tubuh diperoleh dari website antropometri indonesia yang dapat mewakili semua
sampel yang ada. Data dimensi tubuh yang digunakan adalah Tinggi Siku Berdiri
(TSB), Panjang Lengan Bawah (PLB), Panjang Tangan (PT), dan Lebar Bahu (LB).
Data dimensi bagian tubuh yang digunakan dalam perancangan sekop dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Ukuran Sekop Ergonomis
Perhitungan Ukuran
Dimensi Dimensi Hasil
No Nilai
Antropometri Produk Persentil Perhitungan
Persentil
1 TSB Tinggi 50th 95,65 136,18
2 PLB Tinggi 50th 40,53
3 PT Diameter 5th 11,64 3,7
sekop
4 LB Jarakantar 50th 31,32 31,32
handle

11
Ukuran tinggi sekop menggunakan persentil 50 dan diameter sekop menggunakan
persentil 5. Persentil 50 merupakan ukuran rata-rata tinggi sekop sesuai dengan rata-rata
tinggi responden/ sampel, sedangkan persentil 5 merupakan ukuran genggaman tangan
terkecil responden dengan asumsi jika responden yang paling kecil bisa memegang,
maka responden yang lain juga mampu melakukannya (Sokhibi dkk., 2018).
Penggabungan dimensi TSB dan dimensi PLB pada tinggi sekop dengan tujuan untuk
toleransi bagi pekerja ketika mengambil padi dengan posisi tangan lurus, maka posisi
punggung akan tetap lurus tidak membungkuk. Berikut merupakan gambaran sekop
ergonomis sebagai usulan perbaikan kegiatan yang dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Sekop Ergonomis


Perbandingan postur kerja mengambil padi sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan
terdapat pada gambar 9.

Gambar 9. Postur kerja mengambil padi sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
Dari penambahan desain sekop ergonomis tersebut maka postur tubuh menjadi
posisi punggung lurus, kedua lengan berada dibawah bahu, kedua kaki lurus, dan berat
beban kurang dari 10kg maka akan didapatkan action code 1-1-2-1 dengan result action
level 1 yang berarti aman atau tidak perlu adanya perbaikan. Adapun usulan postur
kedua kaki lurus menurut Astuti dan Suhardi (2007 dikutip dalam Nur dkk., 2016) posisi
kaki ini memberikan kestabilan dalam bekerja, sehingga tubuh tidak mudah tergelincir.
Bebarapa keuntungan dalam sikap kerja berdiri antara lain berat badan dapat digunakan

12
untuk mengerahkan kekuatan, kaki dapat bekerja lebih efektif dalam meredam getaran,
dan berdiri mengurangi aktivitas otot.
3.3.3 Usulan Postur Kegiatan Mengangkat dan Meletakkan Karung Beras
Pada kegiatan mengangkat dan meletakkan karung beras termasuk kedalam kategori 3
dengan tingkat risiko tinggi, berbahaya, dan perbaikan perlu dilakukan secepat atau
sesegera mungkin. Usulan perbaikan yang diberikan yaitu perbaikan postur tubuh dari
posisi punggung membungkuk menjadi menjadi posisi punggung lurus, kedua lengan
berada dibawah level bahu, kedua kaki jongkok, dan berat beban lebih dari 20kg maka
akan didapatkan action code 1-1-4-3 dengan result action level 2 yang berarti perlu
dilakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Perbandingan postur kerja sebelum dan
sesudah dilakukan perbaikan terdapat pada gambar 10.

Gambar 10. Postur kerja mengangkat dan meletakkan karung beras sebelum dan
sesudah dilakukan perbaikan.
3.3.4 Usulan Postur Kegiatan Mengambil dan Menuang Beras
Pada kegiatan mengambil dan menuang beras termasuk kedalam kategori 2 dengan
tingkat risiko sedang, berbahaya, dan perlu adanya perbaikan dimasa mendatang.
Usulan perbaikan yang diberikan yaitu perbaikan postur tubuh dari posisi punggung
membungkuk menjadi menjadi punggung lurus, kedua lengan berada dibawah level
bahu, kedua kaki jongkok, dan berat beban 10kg – 20kg maka akan didapatkan action
code 1-1-4-2 dengan result action level 2 yang berarti perlu dilakukan perbaikan dimasa
yang akan datang. Sedangkan pada kegiatan menuang beras menjadi posisi punggung
lurus, kedua lengan berada dibawah bahu, kedua kaki lurus, dengan berat beban 10kg –
20kg maka akan didapatkan action code 1-1-2-2 dengan result action level 1 yang
berarti aman atau tidak perlu adanya perbaikan.

13
Gambar 11. Postur kerja mengambil beras sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.

Gambar 12. Postur kerja menuang beras sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
3.3.5 Usulan Postur Kegiatan Memasukkan Beras ke dalam Karung
Pada kegiatan memasukkan beras kedalam karung dan menjahit karung termasuk
kedalam kategori 2 dengan tingkat risiko sedang, berbahaya, dan perlu adanya perbaikan
dimasa mendatang. Usulan perbaikan yang diberikan yaitu penambahan meja ergonomis
dengan ukuran P x L x T = 45 x 45 x 21 cm. Perhitungan tinggi meja ergonomis
diperoleh dari TSB (website antropometri indonesia) dikurangi dengan tinggi karung,
sedangkan panjang dan lebar diperoleh dari lebar karung beras. Gambaran meja
ergonomis sebagai usulan perbaikan kegiatan terdapat pada gambar 13.

Gambar 13. Meja Ergonomis

14
Perbandingan postur kerja memasukkan beras sebelum dan sesudah dilakukan
perbaikan terdapat pada gambar 14.

Gambar 14. Postur kerja memasukkan beras sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
Perbandingan postur kerja menjahit karung sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan
terdapat pada gambar 15.

Gambar 15. Postur kerja menjahit karung sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
Dengan menggunakan alat bantu tersebut kegiatan memasukkan beras kedalam
karung dan menjahit karung menjadi posisi punggung lurus, kedua lengan berada
dibawah bahu, kedua kaki lurus, dan berat beban lebih dari 10kg maka akan didapatkan
action code 1-1-2-2 dengan result action level 1 yang berarti aman atau tidak perlu
adanya perbaikan.
3.3.6 Usulan Postur Kegiatan Menuang Padi
Kegiatan menuang padi ke dalam trolli termasuk kedalam kategori 2 dengan tingkat risiko
sedang, berbahaya, dan perlu adanya perbaikan dimasa mendatang. Usulan perbaikan
yang diberikan yaitu desain sekop ergonomis. Dengan detail perhitungan yang dapat
dilihat pada tabel 4.4 dan ilustrasi gambar pada gambar 16 Penambahan desain sekop

15
ergonomis tersebut maka postur tubuh menjadi posisi punggung lurus, kedua lengan
berada dibawah bahu, kedua kaki lurus, dan berat beban kurang dari 10kg maka akan
didapatkan action code 1-1-2-1 dengan result action level 1 yang berarti aman atau tidak
perlu adanya perbaikan. Perbandingan postur kerja menuang padi sebelum dan sesudah
dilakukan perbaikan terdapat pada gambar 16.

Gambar 16. Postur kerja menuang padi sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
3.3.7 Usulan Perumusan Standar Operational Prosedur (SOP)
Usulan yang terakhir yaitu perumusan SOP. Perumusan SOP dilakukan setelah
observasi secara langsung mengenai postur kerja pekerja dan mengacu pada keluhan
yang dirasakan pekerja. Diperlukan suatu standar kerja diperusahaan untuk menjaga
konsistensi kinerja perusahaan, maka itu diperlukan SOP (Setiawan, 2018). Menurut
Prokscha (2016 dikutip dalam Muhlisin dkk., 2018) SOP adalah instruksi penggambaran
dari pendokumentasian atas kegiatan yang dilakukan secara berulang pada sebuah
organisasi. SOP adalah petunjuk atau instruksi tertulis yang mengidentifikasi kegiatan
dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai keseragaman kinerja. Adapun
menurut Gasperz (2002 dikutip dalam Setiawan 2018) disebutkan bahwa fungsi SOP
yaitu untuk menjelaskan semua konsep dan teknik, serta persyaratan yang dibutuhkan,
yang terdapat dalam setiap aktivitas perusahaan yang disampaikan ke dalam suatu
bentuk yang langsung dapat diterapkan oleh karyawan dalam pelaksanaan aktivitas kerja
perusahaan sehari- hari. Pengaturan standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja
industri bertujuan untuk menjaga lingkungan kerja industri yang sehat, menciptakan
pekerja yang sehat dan produktif, serta mencegah timbulnya gangguan kesehatan,
penyakit akibat kerja, dan kecelakaan kerja (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2016). SOP Terlampir.

16
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data perhitungan dengan menggunakan metode OWAS
menunjukkan bahwa 1 kegiatan termasuk kedalam kategori 4 yaitu sangat berbahaya
dan perbaikan perlu dilakukan sekarang juga, 3 kegiatan masuk kedalam kategori 3
yaitu berbahaya dan perbaikan perlu dilakukan secepat mungkin, 5 kegiatan masuk ke
dalam kategori 2 yaitu berbahaya dan perlu adanya perbaikan dimasa mendatang, serta 4
kegiatan masuk kedalam kategori 1 yaitu aman dan tidak perlu adanya perbaikan.
Adapun usulan perbaikan yang diberikan untuk mengurangi keluhan low back
pain yang dialami oleh pekerja berupa perubahan postur tubuh pada kegiatan
mengeringkan padi dan menuang beras diberikan perbaikan postur kerja posisi
punggung membungkuk menjadi lurus. Pada kegiatan mengambil beras, mengangkat
karung, dan meletakkan karung diberikan perbaikan postur kerja posisi punggung dari
membungkuk menjadi lurus dan posisi kaki menekuk/ jongkok. Kegiatan mengambil
padi dan menuangkan padi ke dalam trolli diberikan perbaikan desain peralatan kerja
berupa sekop ergonomis, sedangkan pada kegiatan memasukkan beras ke dalam karung
dan menjahit karung diberikan desain peralatan kerja berupa meja ergonomis.
Pemberian rekomendasi SOP postur kerja untuk menjaga lingkungan kerja industri yang
sehat, menciptakan pekerja yang sehat dan produktif, serta mencegah timbulnya
gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan kerja.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang diberikan adalah pihak UMKM
dapat merealisasikan usulan alat bantu yang diberikan berupa sekop dan meja
ergonomis sehingga tingkat risiko MSDs dapat berkurang, pekerja dapat menerapkan
usulan postur kerja yang diberikan untuk mengurangi keluhan low back pain yang
dirasakan, pekerja dapat menerapkan SOP agar postur tubuh tetap terjaga selama
bekerja, pihak UMKM dapat memberikan pelatihan untuk penerapan metode cara
angkut yang benar agar pekerja terhindar dari masalah kesehatan dan keamanan saat
bekerja, dan beberapa usulan perbaikan yang diberikan belum dilaksanakan secara
langsung sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan dan kesesuaian usulan perbaikan terhadap kegiatan yang dilakukan
para pekerja yang mengalami keluhan low back pain.

17
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, D. dan Renilaili (2021) “Pengukuran Tingkat Risiko Ergonomi Dengan
Menggunakan Metode Ovako Working Analysis System ( OWAS ) Untuk
Mengurangi Risiko Muscoleskeletal Measurement of Ergonomic Risk Levels
Using the Ovako Working Analysis System ( OWAS ) Method to Reduce
Muscoleskele,” INTEGRASI:Jurnal Teknik Industri, 6(1), hal. 32–37.
Anggraini, W. dan Pratama, M. (2012) Analisis Postur Kerja Dengan Menggunakan
Metode Ovako Working Analysis System (Owas) Pada Stasiun Pengepakan
Bandela Karet (Studi Kasus Di Pt. Riau Crumb Rubber Factory Pekanbaru),
Jurnal Sains.
Bambang, E. dan Atmojo, T. (2020) “Analisis Nordic Body Map Terhadap Proses
Pekerjaan Penjemuran Kopi Oleh Petani Kopi,” Jurnal Mahasiswa Teknik
Industri, 3(1).
Fathimahhayati, L.D., Pawitra, T.A., Tambunan, W. dan Hartono, M. (2021) “Working
posture analysis on oyster mushroom farmers using OWAS method in Lempake,
Samarinda, East Kalimantan,” 18(1), hal. 1–11.
Fitriyah, A. dan Herodian, S. (2011) Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan
Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016) “Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri.”
Muhlisin, I., Darmawan, I., Yunan, U. dan Septo, K. (2018) “Analisis Dan Perancangan
Standar Operasional Prosedur ( Sop ) Service Operation Menggunakan Iso 20000
Dan Itilv3 Dengan Metodologi Pdca ( Plan , Do , Check , Act ) Pada Unit Kerja
Sistem Informasi Bagian It Support Pt Len Industri ( Persero ) Analysis and,”
Proceeding of Engineering, 5(3), hal. 7097–7105.
Nur, R.F., Lestari, R. dan Mustaniroh, S.A. (2016) “Analisis Postur Kerja pada Stasiun
Pemanenan Tebu dengan Metode OWAS dan REBA, Studi Kasus di PG Kebon
Agung, Malang Working Posture Analysis on Sugar Cane Harvesting Station
Using OWAS and REBA, a Case Study in PG Kebon Agung, Malang,” Jurnal
Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 5(1), hal. 39–45.
Ramadhani, M. dan Rukman (2019) “Jurnal Teknik Dan Keselamatan Transportasi
Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan Makassar Installing Wheels With
The Ovako Work Posture Analysis,” Jurnal Teknik dan Keselamatan Transportasi,
hal. 130–139.
Randany, M.R. dan Masrofah, I. (2021) “Analisis sistem kerja dan postur tubuh pekerja
karyawan bagian gudang penyimpanan beras menggunakan metode owas,” hal. 1–10.
Sanjaya, K.T. dan Vidyantoro, A.D. (2019) “Analisa Perbaikan Postur Kerja Dengan
Menggunakan Metode OWAS (Ovako Work Analysis System) Dengan
Perancangan Fasilitas Di Bagian Penyortiran Batu Gamping PT. Timbul Persada,”
2(2), hal. 39–46.
Setiawan, D. (2018) “Analisa Standar Operasional Prosedur CV. Apotek Lawang Gali,”
Jurnal AGORA, 6, hal. 1–7.

18
Sokhibi, A., Alifiana, M.A. dan Ghozali, M.I. (2018) “Perancangan Troli Ergonomi
pada Aktivitas Pengangkutan Beras di Penggilingan Padi,” Jurnal Sistem dan
Manajemen Industri, 2(2), hal. 111. doi:10.30656/jsmi.v2i2.840.
Sulaiman, F. dan Purnama Sari, Y. (2018) Analisis Postur Kerja Pekerja Proses
Pengeasahan Batu Akik Dengan Menggunakan Metode Reba.
Umami, A.R., Hartanti, R.I. dan PS, A.D. (2014) Hubungan antara Karakteristik
Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low
Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis (The Relationship Among Respondent
Characteristic and Awkward Posture with Low Back Painin Batik Workers).
Wiranto, A., Ramdan, I.M. dan Lusiana, D. (2019) “Musculoskeletal Disorder Pada
Pekerja Menurut National Institute of Berdasarkan data Bereau of Labor Statistic
U . S Department of Menurut data Labour Force,” Jurnal Husada Mahakam,
IV(8), hal. 439–452.

19

Anda mungkin juga menyukai