Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Edukasi Sains

Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36


https://doi.org/10.24246/juses.v7i1p29-36

Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.) serta Uji Aktivitas terhadap Candida albicans
Hartiwi Diastuti1,*, Zeni Lutfi Mufida1, Purwati1
1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Soedirman, Jawa
Tengah 53122

*email korespondensi: hartiwi.diastuti@unsoed.ac.id

Received: 25 Juli 2023; Revised: 12 Oktober 2023; Accepted: 19 Oktober 2023; Published: 1 Februari 2024

ABSTRAK

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk bahan pembuatan jamu dan pengobatan tradisional seperti mengobati demam, luka,
dan nyeri perut. Senyawa metabolit sekunder dari rimpang bangle diketahui memiliki berbagai macam aktivitas
biologi, salah satunya adalah sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
senyawa bioaktif dari fraksi etil asetat rimpang bangle serta menguji aktivitasnya terhadap jamur Candida albicans
dengan metode difusi sumuran. Tahapan isolasi senyawa meliputi maserasi sampel menggunakan pelarut aseton yang
selanjutnya ekstrak aseton diekstraksi partisi cair-cair dengan campuran n-heksana:metanol (1:1), kemudian fraksi
metanol dipartisi kembali dengan etil asetat:air (1:1), fraksi etil asetat selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi
kolom cair vakum dengan elusi bergradien menggunakan campuran pelarut n-heksana dan etil asetat yang
ditingkatkan kepolarannya, dan pemisahan senyawa menggunakan kromatografi sentrifugal dengan eluen n-
heksana:etil asetat (7:3). Senyawa hasil isolasi diuji fitokimia, kemudian diidentifikasi komponennya menggunakan
Liquid Chromatography-Mass Spectrometer (LC-MS). Uji fitokimia menunjukkan bahwa isolat memberikan hasil positif
pada uji flavonoid. Hasil analisis LC-MS memperlihatkan bahwa isolat mengandung komponen utama yang
teridentifikasi sebagai flavenochromane C pada waktu retensi 6,65 menit, dengan luas area 77,51%, rumus molekul
C21H20O6 dan berat molekul 369,13. Hasil pengujian antijamur diketahui isolat menunjukkan aktivitas yang lemah
terhadap C. albicans dengan zona hambat 5,25 mm.

Kata-kata kunci: Candida albicans; Flavonoid; LC-MS; Zingiber cassumunar Roxb.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berbagai jenis tanaman, yang sebagian besar dapat
digunakan sebagai bahan obat-obatan. Berbagai macam tanaman obat telah digunakan oleh masyarakat
Indonesia secara turun-temurun sebelum ditemukannya obat sintetik yang sekarang telah umum
digunakan. Penggunaan tumbuhan alami sebagai obat telah memiliki khasiat yang terbukti secara empiris
dan lebih aman dikarenakan memiliki efek samping yang rendah (Sudradjat, 2016).
Bangle atau panglai yang memiliki nama latin Zingiber cassumunar Roxb merupakan salah satu
tanaman obat dari famili Zingiberaceae, yang tumbuh di Asia tropik seperti di Indonesia, Malaysia, dan
Thailand. Bagian tanaman bangle yang sering digunakan adalah rimpangnya. Rimpang bangle oleh
masyarakat biasa digunakan dalam sediaan obat tradisional/jamu. Secara empiris, bangle memiliki khasiat
sebagai obat demam, nyeri perut, luka, masuk angin, sakit kepala, peluruh dahak, laksan (pencahar),
sembelit, sakit perut, cacingan, hepatitis, serta untuk wanita setelah bersalin, pengecil perut, dan
pelangsing tubuh (Evizal, 2013).
Berbagai penelitian terkait aktivitas biologi ekstrak maupun minyak atsiri rimpang bangle sudah
dilakukan, diantaranya sebagai antibakteri (Taechowisan dkk., 2018; Tandirogang dkk., 2022), antioksidan
(Sari dkk., 2020), antiinflamasi (Wulansari dkk., 2018 ; Priprem dkk., 2016), antidiabetes (Yuniarto &
Selifiana, 2018), analgesik (Bajuber dkk., 2020), aktivitas antijamur (Thaweboon et al., 2018; Bin Jantan
dkk., 2003), repellent dan larvasidal (Li et al., 2020) serta dapat digunakan sebagai suplemen untuk
mencegah dan mengurangi paparan Covid-19 (Musdja, 2021).
Hasil analisis fitokimia ekstrak rimpang bangle diketahui mengandung golongan senyawa tannin,
alkaloid, steroid, terpenoid, dan flavonoid, sedangkan senyawa bioaktif yang berhasil diisolasi dari rimpang
bangle di antaranya adalah cassumunarin A, B dan C yang merupakan turunan kurkuminoid, terpinen-4-ol,
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

alpha and beta-pinene, sabinene, mirsene, terpinene, limonene, p-cimene, terpinolene, dimer fenil
butanoat, dan (E)-4-(3’,4’-dimetoksifenil)-but-3-en-l-ol (Verma, 2018). Komponen minyak atsiri rimpang
bangle diketahui mengandung senyawa monoterpene sebagai komponen mayor dan seskuiterpen (Li dkk.,
2020).
Penelitian mengenai aktivitas rimpang bangle sebagai antijamur belum banyak dilakukan, padahal
beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak rimpang bangle potensial sebagai antijamur. Penelitian
sebelumnya terkait aktivitas antijamur dari rimpang bangle menyatakan bahwa ekstrak etanol (70%)
rimpang bangle menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi terhadap Trichophyton rubrum (Khusnul et al.,
2021). Penelitian lainnya melaporkan bahwa minyak atsiri rimpang bangle memiliki aktivitas terhadap
beberapa jamur yaitu Saccharomyces cerevisiae, Cryptococcus neoformans, dan Candida albicans (Bin
Jantan et al., 2003).
Penelitian mengenai pengujian aktivitas antijamur khususnya terhadap C. albicans dari senyawa
hasi isolasi ekstrak rimpang bangle belum banyak ditemukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
isolasi senyawa bioaktif fraksi etil asetat dari rimpang bangle serta uji aktivitasnya terhadap jamur C.
albicans dengan metode difusi sumuran.

EKSPERIMEN

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan antara lain peralatan gelas, timbangan analitik, grinder, kain saring,
rotary evaporator (IKA RV 10), lampu UV 254 dan 366 nm, kromatografi cair vakum, kromatografi radial,
autoklaf, crock borer, cawan petri, jarum ose, mikropipet, dan laminar flow.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi rimpang bangle yang diambil dari daerah Pemalang, Jawa
Tengah. Aseton teknis, metanol teknis, n-heksana teknis, etil asetat teknis dan kloroform p.a (Merck) yang
akuades, plat KLT silika gel, silika gel Merck 60, FeCl3 5%, uap I2, Dragendorff, dan AlCl3 5%, medium SDA
(Saboraud Dextrose Agar), SDB (Saboraud Dextrose Broth), Candida albicans, dan ketokonazol.

Instrumen

Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan Liquid Chromatography-Mass


Spectrometer (LC-MS: Xevo G2-XS QTOF) sehingga diperoleh informasi mengenai tingkat kemurnian atau
jumlah senyawa dalam isolat dan struktur kimia dari senyawa hasil isolasi.

Prosedur Kerja

Preparasi Sampel

Rimpang bangle segar seberat 7,8 kg dicuci bersih kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan. Sampel yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan grinder.

Isolasi Senyawa Bioaktif (Diastuti et al., 2020)

Sampel halus dari rimpang bangle seberat 1 kg diekstraksi secara maserasi dengan pelarut aseton
selama 3x24 jam. Setiap 24 jam ekstrak disaring dan diganti pelarutnya dengan yang baru. Ekstrak aseton
yang didapatkan selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak aseton bebas pelarut
dipartisi dengan campuran pelarut n-heksana:metanol (1:1) menggunakan corong pisah. Fraksi n-heksana
dan metanol masing-masing ditampung dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Fraksi metanol
pekat yang didapatkan dipartisi kembali dengan pelarut etil asetat dan akuades (1:1). Fraksi etil asetat
ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan fraksi etil asetat.
Seberat 10 gram fraksi etil asetat difraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum (KCV) dengan
fase diam silika gel dan eluen bergradien yaitu n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 10:0, 9:1,
8:2, 7:3, 6:4, 5:5 dan 0:10. Hasil fraksinasi selanjutnya dianalisis dengan KLT dan fraksi-fraksi yang
memperlihatkan spot yang sama digabungkan. Fraksi yang memiliki massa banyak serta dapat memisahkan
senyawa dengan baik berdasarkan hasil KLT kemudian diuji aktivitasnya terhadap C. albicans. Fraksi yang
memiliki aktivitas paling tinggi dan fraksi terbaik hasil analisis KLT selanjutnya dipisahkan dengan
kromatografi sentrifugal menggunakan eluen yang sesuai. Senyawa hasil isolasi selanjutnya dianalisis

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 30
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

dengan KLT, diuji fitokimia dan diidentifikasi komponennya dengan LC-MS, yang selanjutnya diuji
aktivitasnya terhadap C. albicans.

Uji Fitokimia (Harborne, 1987)

Uji flavonoid
Plat KLT yang telah disiapkan ditotol sampel uji kemudian dilakukan elusi menggunakan eluen
terbaik. Bercak noda yang dihasilkan dideteksi menggunakan uap ammonia atau disemprot dengan
menggunakan reagen AlCl3. Adanya bercak kuning yang dihasilkan setelah disemprot reagen AlCl3 atau
perubahan fluoresensi bercak setelah diberi uap ammonia menunjukkan bahwa senyawa tersebut
termasuk golongan senyawa flavonoid

Uji alkaloid
Plat KLT yang telah disiapkan, ditotol sampel uji kemudian dilakukan elusi menggunakan eluen
terbaik. Bercak noda yang dihasilkan dideteksi dengan disemprot reagen Dragendorff. Adanya bercak
berwarna biru yang terlihat di bawah sinar UV menunjukkan bahwa senyawa tersebut termasuk golongan
senyawa alkaloid.

Uji fenolik
Plat KLT yang telah disiapkan, ditotol sampel uji kemudian dilakukan elusi menggunakan eluen
terbaik. Bercak noda yang dihasilkan dideteksi dengan disemprot reagen FeCl3 5%. Adanya bercak berwarna
hijau kehitaman menunjukkan bahwa senyawa tersebut termasuk golongan senyawa fenolik.

Uji terpenoid
Plat KLT yang telah disiapkan, ditotol sampel uji kemudian dilakukan elusi menggunakan eluen
terbaik. Bercak noda yang dihasilkan diberi uap I2. Adanya bercak berwarna coklat menunjukkan bahwa
senyawa tersebut termasuk golongan senyawa terpenoid.

Uji Aktivitas Antijamur (Pangalinan et al., 2011)

Peremajaan biakan jamur


Media SDA seberat 0,65 g dalam 10 mL akuades dipanaskan di atas hot plate sampai mencair,
kemudian dituang ke dalam 3 buah tabung reaksi, diletakkan dalam keadaan miring dan dibiarkan
memadat. Selanjutnya koloni jamur diambil dari biakan murni yang tersedia, dilakukan secara aseptis
dengan jarum ose dan digoreskan pada media agar miring lalu diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam.

Pembuatan inokulum jamur


Pembuatan inokulum jamur C. albicans dilakukan dengan cara mensuspensikan 1 ose jamur C.
albicans hasil tahap peremajaan ke dalam 25 mL media SDB. Lalu diinkubasi pada suhu 37 ℃ selam 24 jam.
Lalu diukur absorbansinya dan diencerkan dengan media SDB hingga absorbansi 0,39 atau setara dengan
125.107 cfu/mL.

Uji daya hambat


Metode uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar. Cawan petri yang telah berisi
15 mL media SDA dibiarkan memadat. Setelah padat dibuat sumur difusi pada setiap petri dengan
menggunakan cork borrer dengan diameter 5 mm. Inokulum jamur C. albicans dalam media SDB dituangkan
ke permukaan media padat secara merata. Setiap sumur diisi dengan 50 µL sampel uji dengan konsentrasi
1000 ppm. Daya hambat sampel uji terhadap jamur C. albicans diamati dengan mengukur zona hambat di
sekitar sumuran.

HASIL DAN DISKUSI

Ekstraksi Sampel
Sampel bangle diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi atau perendaman. Proses
ekstraksi dengan metode ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mudah dilakukan dan tidak perlu
pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan yang digunakan menjadi rusak atau terurai (Susanty &
Bachmid, 2016). Serbuk rimpang bangle sebanyak 1 kg dimaserasi menggunakan pelarut aseton selama

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 31
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

3x24 jam dan setiap 24 jam ekstrak disaring lalu diganti dengan pelarut yang baru. Ekstrak aseton yang
didapatkan dipisahkan dari residu dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak aseton pekat
yang didapatkan berwarna coklat kemerahan, seberat 84,3 g (8,43%).
Ekstrak aseton yang didapatkan selanjutnya dipartisi menggunakan pelarut n-heksana dan metanol
(1:1). Partisi ekstrak menggunakan dua pelarut bertujuan untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat
kepolarannya, berdasarkan prinsip like dissolve like yaitu senyawa yang bersifat nonpolar akan terlarut
dalam pelarut nonpolar yaitu n-heksana dan senyawa yang bersifat polar akan terlarut dalam pelarut polar
yaitu metanol (Verdiana et al., 2018). Fraksi n-heksana dan metanol dipekatkan menggunakan rotary
evaporator dan diperoleh fraksi n-heksana berwarna coklat (20,63 g) dan fraksi metanol berwarna coklat
kehitaman (36,57 g).
Fraksi metanol pekat selanjutnya dipartisi kembali menggunakan pelarut etil asetat dan air (1:1).
Penggunaan air sebagai pelarut bertujuan untuk melarutkan senyawa yang bersifat sangat polar dan
menghilangkan pengotor sehingga didapatkan senyawa semipolar dalam fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat
lalu dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Fraksi etil asetat yang didapatkan berwana coklat, seberat
12,37 g.

Fraksinasi dan Uji Aktivitas antijamur Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle
Fraksinasi ekstrak bertujuan untuk memisahkan senyawa yang ada dalam sampel berdasarkan
polaritasnya menjadi kelompok senyawa yang lebih sederhana. Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan
metode kromatografi cair vakum (KCV). KCV merupakan salah satu metode fraksinasi dengan fasa diam
berupa kolom dan fasa gerak berupa eluen yang dialirkan dengan bantuan pompa vakum (Harris, 1982)
Penggunaan metode KCV memiliki waktu pemisahan yang lebih cepat dan dapat memisahkan sampel
dalam jumlah yang banyak (Septyaningsih, 2010).
Fraksinasi fraksi etil asetat dengan KCV menggunakan fasa diam silika gel dan variasi eluen n-
heksana dan etil asetat dengan berbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, dan 5:5. Hasil fraksinasi fraksi etil asetat
rimpang bangle menghasilkan 15 fraksi. Hasil fraksinasi selanjutnya dianalisis KLT dengan eluen n-
heksana:etil asetat (7:3). Fraksi-fraksi yang menunjukkan noda yang sama digabungkan, dari 15 fraksi
diperoleh 6 fraksi hasil gabungan yaitu F1 (76,7 mg), F2 (826,7 mg), F3 (267,6 mg), F4 (756,9 mg), F5 (634,8
mg), dan F6 (1875,5 mg). Berdasarkan hasil KLT pada ke 6 fraksi gabungan tersebut lalu dipilih dua fraksi
dengan pemisahan yang baik dan bobot massa yang lebih dari 500 mg. Dua fraksi utama yang dipilih yaitu
F2 dan F6 yang selanjutnya diuji aktivitasnya terhadap jamur C. albicans.
Fraksi etil asetat dan fraksi utama hasil KCV (F2 & F6) diuji aktivitasnya terhadap jamur C. albicans
dengan menggunakan metode difusi sumuran. Penggunaan metode difusi sumuran dalam uji aktivitas
antimikroba memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dalam mengukur luas zona hambat yang terbentuk,
karena isolat mikroba tidak hanya beraktivitas di atas permukaan media namun juga sampai ke bawah
(Haryati et al., 2017). Pengukuran zona hambat dilakukan setelah diinkubasi selama 48 jam, dengan indikasi
positif berupa terbentuknya zona bening di sekitar sumuran. Pelarut DMSO 20% v/v digunakan sebagai
kontrol negatif. Hasil pengukuran zona hambat dari sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Zona hambat fraksi etil asetat terhadap C. albicans
Sampel Zona hambat (mm)
Fraksi etil asetat 6,55
F2 -
F6 11,09
DMSO (20%) -

Ukuran kekuatan suatu senyawa antimikroba dapat ditentukan berdasarkan nilai zona hambatnya.
Menurut Morales dkk. (2003) aktivitas zona hambat antimikroba dikelompokkan menjadi empat kategori,
yaitu aktivitas lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (>10-20 mm), dan sangat kuat (>20-30 mm).
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sampel fraksi etil asetat dan F6 memiliki aktivitas antijamur,
sedangkan F2 tidak memiliki aktivitas antijamur yang ditandai dengan tidak adanya zona bening yang
terbentuk di sekitar sumuran. Nilai zona hambat fraksi etil asetat adalah 6,55 mm sehingga dapat
dikategorikan sebagai senyawa antimikroba dengan daya hambat sedang dan F6 sebagai senyawa
antimikroba yang memiliki daya hambat kuat dengan nilai zona hambat 11,09 mm.

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 32
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

Pemisahan dan uji Aktivitas Antijamur Fraksi F6


Pemisahan fraksi F6 dilakukan dengan kromatotron atau kromatografi sentrifugal. Prinsip kerja
kromatotron sama seperti kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya
sentrifugal (Hostettmann & Marston, 1994). Hasil analisis KLT diperoleh eluen terbaik untuk pemisahan
yaitu n-heksana: etil asetat (7:3). Hasil pemisahan diperoleh 16 fraksi Fraksi yang menunjukkan noda yang
sama digabungkan, sehingga diperoleh 3 fraksi gabungan yaitu FK1 (78 mg), FK2 (67 mg), dan FK3 (278 mg).
Profil KLT fraksi gabungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Profil KLT FK1, FK2 dan FK 3 dengan lampu UV 254nm (a) dan UV 366 nm (b), eluen n-heksana:etil asetat
(6:4)

Hasil analisis KLT memperlihatkan bahwa fraksi FK3 belum murni, namun memperlihatkan satu
noda utama, dengan nilai Rf 0,43. Fraksi FK3 selanjutnya dilakukan uji antijamur terhadap C. albicans. Pada
uji ini dilakukan juga pengujian terhadap kontrol positif yaitu ketokonazol dan kontrol negatif yaitu pelarut
sampel DMSO 20% (v/v). Hasil uji antijamur diketahui bahwa FK3 memperlihatkan aktivitas lemah terhadap
C. albicans dengan zona hambat 5,25 mm, sedangkan ketokonazol memiliki aktivitas sedang terhadap C.
albicans dengan zona hambat 8,19 mm.

Uji Fitokimia
Uji atau skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan untuk memberikan gambaran golongan
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi menggunakan pereaksi tertentu. Fraksi FK3 dielusi menggunakan n-
heksana: etil asetat (6:4), kemudian disemprot dengan pereaksi tertentu untuk setiap golongan senyawa,
sehingga menghasilkan warna yang spesifik pada setiap pengujian. Hasil uji fitokimia FK3 disajikan pada
Tabel 2, yang memperlihatkan bahwa fraksi FK3 diduga positif mengandung senyawa flavonoid dengan
indikasi terbentuknya warna kuning setelah direaksikan dengan AlCl3 5%.
Tabel 2. Hasil uji fitokimia fraksi FK3
Metabolit sekunder Pereaksi Warna teramati Literatur (Harborne, 1987) Indikasi
Flavonoid AlCl3 5% Kuning Kuning Positif
Alkaloid Dragendroff Kuning muda Merah Negatif
Fenolik FeCl3 5% Coklat Hijau kehitaman Negatif
Terpenoid Uap I2 Kuning muda Coklat Negatif

Analisis LC-MS
Identifikasi senyawa menggunakan LC-MS bertujuan untuk mengetahui jumlah senyawa yang
ditunjukkan dalam bentuk puncak kromatogram dan berat molekul dari komponen-komponen yang
terkandung dalam sampel. Hasil analisis LC-MS diketahui bahwa fraksi FK3 mengandung sedikitnya tujuh
komponen dengan tiga puncak utama, yaitu pada waktu retensi 3,86; 5,71; dan 6,65 menit (Gambar 2 dan
Tabel 3). Puncak tertinggi ditunjukkan oleh puncak 3 dengan waktu retensi 6,65 menit dan luas area
76,51%. Hasil analisis spektrum massa diketahui bahwa senyawa tersebut memiliki berat molekul 369,13.
Senyawa puncak 3, berdasarkan library data, teridentifikasi sebagai flavenochromane C (Gambar 3) dengan
m/z 369,13 dan rumus molekul C21H20O6. Flavenochromane C adalah golongan flavonoid terprenilasi,
dimana terdapat substituen prenil (C-5) yang terikat pada salah satu atau kedua inti aromatik flavonoid.

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 33
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

Gambar 2. Kromatogram FK3 hasil analisis LC-MS

Tabel 3. Komponen utama hasil analisis LC-MS


Waktu retensi (menit) m/z Nama senyawa Rumus molekul Luas area (%)
3,86 225,11 Pogostone C12H16O4 2,33
5,71 383,18 Ethylnotopterol C23H26O5 6,96
6,65 369,13 Flavenochromane C C21H20O6 77,51

Gambar 3. Struktur Flavenochromane C

KESIMPULAN

Hasil isolasi senyawa metabolit sekunder dari fraksi etil asetat rimpang Z. casumunar Roxb. yang
dianalisis dengan LC-MS menunjukkan bahwa isolat mengandung 3 senyawa utama dengan komponen
mayor merupakan senyawa golongan flavonoid yang teridentifikasi sebagai flavenochromane C dengan
rumus molekul C21H20O6 dan berat molekul 369,13. Hasil uji aktivitas antijamur terhadap C. albicans
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat, fraksi F6, dan isolat FK3 memiliki aktivitas sedang dan lemah dengan
zona hambat berturut-turut yaitu: 11,097; 6,55; & 5,25 mm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Laboratorium Pusat Penelitian Kimia – BRIN Serpong
Tangerang yang telah memfasilitasi analisis sampel menggunakan LC-MS, dengan nomor surat B-
616/III/KS.01.01/1/2021.

DAFTAR PUSTAKA

Bajuber, Q., Indiastuti, D. N., & Kusuma, E. (2020). Efek Analgesik Ekstrak Etanol Zingiber Cassumunar Roxb.
pada Mencit dengan Metode Writhing Test. Jurnal Medik Veteriner, 3(1), 45.
https://doi.org/10.20473/jmv.vol3.iss1.2020.45-50

Bin Jantan, I., Mohd Yassin, M. S., Chin, C. B., Chen, L. L., & Sim, N. L. (2003). Antifungal Activity of The
Essential Oils of Nine Zingiberaceae Species. Pharmaceutical Biology, 41(5), 392–397.
https://doi.org/10.1076/phbi.41.5.392.15941

Diastuti, H., Chasani, M., & Suwandri. (2020). Antibacterial Activity of Benzyl Benzoate and Crotepoxide
from Kaempferia rotunda L. Rhizome. Indonesian Journal of Chemistry, 20(1), 9–15.
https://doi.org/10.22146/ijc.37526

Evizal, R. (2013). Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut
Teknologi Bandung.

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 34
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

Harris. (1982). An Introduction to Chemical Analysis. Savders College Publishing Philadelphia.

Haryati, S. D., Darmawati, S., & Wilson, W. (2017). Perbandingan Efek Ekstrak Buah Alpukat (Persea
americana Mill) terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan Metode Disk dan
Sumuran. Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual,”
September, 348–352.

Hostettmann, K., & Marston, A. (1994). Search for New Antifungal Compounds from Higher Plants. Pure and
Applied Chemistry, 66(10–11), 2231–2234. https://doi.org/10.1351/pac199466102231

Khusnul, K., Aulia, S. R., & Rahmah, L. A. (2021). Pengaruh Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber
purpureum Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Tricophyton rubrum secara in vitro.
Pharmacoscript, 4(2), 141–151. https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v4i2.616

Li, M. X., Ma, Y. P., Zhang, H. X., Sun, H. Z., Su, H. H., Pei, S. J., & Du, Z. Z. (2020). Repellent, Larvicidal And
Adulticidal Activities of Essential Oil from Dai medicinal plant Zingiber cassumunar against Aedes
albopictus. Plant Diversity, 43(4), 317–323. https://doi.org/10.1016/j.pld.2020.11.008

Morales, G., Patricia, S., Mancilla, A., Paredes, A., Loyola, L. A., Gallardo, O., & Jorge, B. (2003). Secondary
Metabolites from Four Medicinal Plants from Northern Chile: Antimicrobial Activity And Biotoxicity
against Artemia salina. Journal of The Chilean Chemical Society, 48(2), 1–5.

Musdja, M. Y. (2021). Potential Bangle (Zingiber montanum J.König) Rhizome Extract as a Supplement to
Prevent and Reduce Symptoms of Covid-19. Saudi Journal of Biological Sciences, 28(4), 2245–2253.
https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2021.01.015

Pangalinan, R., F., Kojong, N., & Yamlean, P. V. Y. (2011). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Kulit Batang
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) terhadap Jamur Candida albicans Secara in Vitro. Pharmacon :
Jurnal Ilmiah Farmasi, 1(1), 7–12.

Priprem, A., Janpim, K., Nualkaew, S., & Mahakunakorn, P. (2016). Topical Niosome Gel of Zingiber
cassumunar Roxb. Extract for Anti-inflammatory Activity Enhanced Skin Permeation and Stability of
Compound D. AAPS PharmSciTech, 17(3), 631–639. https://doi.org/10.1208/s12249-015-0376-z

Sari, N., Nurkhasanah, & Sulistyani, N. (2020). The Antioxidant Effect of Bangle (Zingiber Cassumunar)
Rhizome Extract on Superoxide Dismutase (Sod) Activity In Hyperlipidemic Rats. Research Journal of
Chemistry and Environment, 24(1), 78–81.

Septyaningsih, D. (2010). Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah Merah (Pandanus
conoideus Lamk.). Skripsi, Universitas Sebelas Maret.

Sudradjat, S. E. (2016). Mengenal Berbagai Obat Herbal dan Penggunaannya. Jurnal Kedokteran Meditek,
22(60), 62–71. http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1451/1576

Susanty, S., & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Kadar Fenolik dari
Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.). Jurnal Konversi, 5(2), 87.
https://doi.org/10.24853/konversi.5.2.87-92

Taechowisan, T., Suttichokthanakorn, S., & Phutdhawong, W. S. (2018). Antibacterial and cytotoxicity
activities of phenylbutanoids from Zingiber cassumunar Roxb. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 8(7), 121–127. https://doi.org/10.7324/JAPS.2018.8719

Tandirogang, N., Anitasari, S., Arung, E. T., Paramita, S., & Shen, Y. K. (2022). Evaluations of Antibacterial
Properties of Zingiber purpureum Essential Oil Against 13 Different Gram-positive and Gram-
negative Bacteria. Indonesian Biomedical Journal, 14(3), 303–308.
https://doi.org/10.18585/inabj.v14i3.1967

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 35
Jurnal Sains dan Edukasi Sains, Vol.7, No.1, Februari 2024: 29-36

Thaweboon, S., Thaweboon, B., & Kaypetch, R. (2018). Antifungal, Anti-Inflammatory and Cytotoxic Effects
of Zingiber cassumunar Gel. Applied Enginering, Materials and Mechanic, 773, 360–364.
https://doi.org/https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/KEM.773.360

Verdiana, M., Widarta, I. W. R., & Permana, I. D. G. M. (2018). Pengaruh Jenis Pelarut pada Ekstraksi
Menggunakan Gelombang Ultrasonik terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Lemon
(Citrus limon (Linn.) Burm F.). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan, 7(4), 213–222.

Verma, R. S. (2018). Ethnobotany, phytochemistry and Pharmacology of Zingiber cassumunar Roxb.


(Zingiberaceae). Journal of the Science of Food and Agriculture, 98(1), 1053–1057.
https://doi.org/10.1055/s-0031-1273656

Wulansari, E. D., Wahyuono, S., Marchaban, M., & Widyarini, S. (2018). Topical Anti-inflammatory Activity
of Bangle (Zingiber cassumunar Roxb). Ethanolic Extract in Mice Induced By Carrageenan. Majalah
Obat Tradisional, 23(2), 122. https://doi.org/10.22146/mot.34640

Yuniarto, A., & Selifiana, N. (2018). Aktivitas Inhibisi Enzim Alfa-glukosidase dari Ekstrak Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.) secara In vitro. MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana), 2(1), 22–25.
https://doi.org/10.24123/mpi.v2i1.1299

Diastuti dkk.: Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Etil Asetat Rimpang Bangle ...................................... 36

Anda mungkin juga menyukai