Anda di halaman 1dari 23

TB HIV DAN TB Anak dan TB

ditempat kerja

WHO 2004 interim policy on


collaborative TB HIV policy
1. Establish NTP-NACP collaborative mechnism
2.Decrese burden of TB among PLHIV

a. Establish Intensified TB case finding


b. Introduce INH preventive therapy
c. Ensure TB infection control in healthCare
3. Decrease burden of HV among TB patients
a. Provide HIV testing and counselling
b. Introduce HJV prevention methods
c. Introduce cotrimoxazole prevention therapy
d. Ensure HIV AIDS care and support
e. Introduce ARV

Recommendation 1 :
TB screening for adults and
adolescents
Adults
and adolescents living with HIV should be
screened with a clinical algorithm and those who do
not report any one of;
current cough,
fever,
weight loss or
night sweats
are unlikely to have active TB and should be offered
IPT.
(Strong recommendation, moderate quality
evidence)

Mulai therapy ART, setelah

therapy opportunistic
selesai

Scoring system TB anak

TB Diagnosis: total score > 6

Tuberculin skin test


Mantoux 0.1 ml PPD RT23 2TU/PPDS 5TU

(intermediate strength) intradermal


Reading time: 48-72 hours post injection
Measurement: palpation induration
measure transversal diameter in millimeter
even 0 mm
induration diameter:
< 10 mm: negative
10 mm: positive
5 mm: positive (immunocompromise
patient)

TST interpretation
TST negative:
- No TB infection
or disease
- Anergy
- Incubation
periods
- Technical error
- Human error

Anergy:
- Severe TB
- Severe malnutrition
- Long use steroid
- Viral infection: morbili
- Severe bacterial
infection:
pertusis, difteria
- Malignancy
- Chemotheraphy
- HIV patient/AIDS

TB ditempat kerja
1 Des. 2009 Pem. dahak SPS 3+
30 Okt 2010 Nn. RM meninggal stlh dirawat di

RS X, komplikasi peny. ginjal.


Pegawai rumah tangga/adm. di RS X, bertugas
mengantar minuman utk manajemen/peg adm
RS X
2 teman se-ruangan di-D/ TB oleh SpP dan
mendapat OAT.
Nn. RM, 29 th, batuk berdahak 3 minggu, tidak
nafsu makan, BB turun 2 bulan terakhir. D/ TB
paru BTA pos 29 Jan 2009, mendapat OAT KDT
dr SpP. Riw. berobat tidak teratur.

Diskusi
Patogenesis TB pada Nn. RM (reaktivasi
atau penularan pada dewasa)
2. Kalau dianggap penularan baru,
identifikasi apa sajakah risiko internal
dalam diri seseorang yang bisa
menyebabkan seseorang mengalami TB?
3. Apa sajakah kemungkinan risiko di
tempat kerja?
4. Saran bagi RS terkait langkah-langkah
pencegahan infeksi TB di tempat kerja.
1.

Inhalasi
M.
tuberculosis

Fagosit oleh
makrofag di
alveolus
paru

Kuman
mati
Kuman hidup &
berkembang
biak
Pembentukan
fokus primer

Kompleks
primer;
terbentuk imunitas
selular spesifik
Imunitas tidak
optimal

Sakit TB
(TB
primer)

Imunitas
optimal

Infeksi TB
(TB laten)
Imunitas
turun,
reaktivasi

Patofisiologi TB

Sakit TB
(TB
pasca
primer)

Destruksi/lisis
makrofag
Penyebaran
limfogen
Limfangiti
s
Limfadeniti
s
Penyebaran
hematogen

Lesi di hepar, lien,


ginjal, tulang, otak,
dll.

(TB ekstra
paru)

Risiko infeksi TB di RS
Risiko infeksi TB dan skit TB pada petugas

kesehatan di negara berkembang 5,77 dan


5,71 kali dibanding populasi umum
Sabah Malaysia prevalensi TB pada petugas

kesehatan di RS 280?100.000 sdangkan


pada populsi umum 157/ 100.000

Pengendalian infeksi TB
Kementerian Kesehatan:
Patients safety PPI (kewaspadaan

standar dan kewaspadaan transmisi


airborne)
Health workers safety K3RS, kesehatan
& keselamatan kerja pegawai yg bekerja
di tempat berisiko tinggi terpajan
Kolaborasi TB-HIV dan Programmatic
Management Drug-resistant Tuberculosis
(PMDT)

Dasar kbijakan infeksi TB


Infeksi TB transmisi airborne
(Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, SK Menkes No.
270 tahun 2007; Pedoman Pelaksanaan PPI RS SK Menkes No.
387 tahun 2007)

M.tb

hazard biologis di tempat kerja fasyankes

(Pedoman K3 RS, SK Menkes No. 432 tahun 2007; Standar


K3RS SK Menkes No. 1087 tahun 2010)

TB termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja

(Lampiran Kep.Pres. No. 22 th 1993)

Kegiatan Kolaborasi TB/HIV (SK Menkes No. 1278 tahun


2009)

PPI TB
Di Indonesia, PPI TB di RS dan sarana pelayanan

kesehatan lainnya, bagian dari PPI RS

Tujuan PPI:
Mencegah pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung, dan
pasien lain
Menurunkan penyebaran infeksi
Tindakan PPI meliputi kewaspadaan standar dan

kewaspadaan berdasarkan cara penularan (transmisi)

Penularan M.tb (kuman TB / TB MDR) terjadi melalui

transmisi airborne pilar pengendalian infeksi TB:


manajerial & administratif, lingkungan/teknis, dan
perlindungan diri petugas

PPI TB di RS
Pengendalian Manajerial:

Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS


Tim pelaksana PPI
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI

Pengendalian Administratif a.l.:

Rencana pengendalian infeksi (RPI),


Standar prosedur operasional (SPO),
Triase pasien batuk, etika batuk ruang tunggu
Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko

Pengendalian Lingkungan/Teknis:

Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan

kuman di permukaan benda terkontaminasi;

Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan

ultra violet

Perlindungan Petugas:

Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas


Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan

dan tingkat risiko

Pengendalian risiko ditempat


Prinsip:
praktek
Asesmen risiko:
Manajerial
Administratif
Lingkungan:

ventilasi,
arah pergerakan
udara
posisi duduk
pasien-dokter
Perlindungan diri
Etika batuk &
higiene respirasi

Jumlah kasus BTA positif


ditemukan?
Ventilasi?
Ruang tunggu
Ruang periksa
Kamar mandi/WC
Daya tahan tubuh
Imunosupresi, DM,
HIV, ginjal?
Anak-anak (balita),
malnutrisi/gizi kurang?

Rekomendasi WHO
Untuk ruangan dengan risiko tinggi

penularan melalui udara: minimal 12


ACH
yang berarti: 80 liter/detik/pasien
untuk ruangan dengan volume 24 m3
udara yang diganti sebanyak 12x
volume ruangan dalam 1 jam
ACH = air changes per hour

Anda mungkin juga menyukai