Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Aset Wakaf

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim


terbesar di dunia. Dengan fakta tersebut, Indonesia
memiliki potensi yang besar dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat dan pengembangan
perekonomian nasional. Salah satu wujudnya adalah
melalui instrumen wakaf.

Untuk memosisikan aset wakaf kepada peran sosialekonomi yang lebih besar, setidaknya tiga poin di bawah
ini dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan aset wakaf.
Pertama, Diperlukan paradigma baru
Sebuah paradigma menjadikan manfaat aset wakaf bukan saja
untuk kepentingan ibadah atau sosial semata (membangun masjid,
panti asuhan, atau untuk tanah pekuburan), namun juga harus bisa
membangun ekonomi untuk kemaslahatan yang lebih besar,
khususnya mengentaskan masyarakat dari kubangan kemiskinan.
Cara pandang masyarakat yang masih tradisional tentang wakaf
perlu diubah. Pengelolaan wakaf produktif yang profesional harus
terus digalakkan.
Seperti pengembangan unit-unit usaha yang lebih variatif yang
hasilnya nanti diperuntukkan bagi kemaslahatan umat. Indonesia
seyogianya belajar dari negara-negara yang pengelolaan aset
wakaf produktifnya dikelola dengan profesional.

Kedua, Perlunya meningkatkan kapasitas Nadzir.


Nadzir, selaku pemegang amanat memelihara dan mengelola
harta wakaf, perlu memiliki pemahaman lebih maju dan
produktif. Tak sekadar memahami ilmu agama dan amanah, ia
juga mesti memiliki jiwa wirausaha ( entrepreneurship)
sehingga menjadi lokomotif bagi pengembangan dan
pemberdayaan aset wakaf.
Ketua Badan Wakaf Indonesia, KH. Thalhah Hasan pernah
mengatakan, Para nadzir atau pengelola wakaf yang
profesional hanya berjumlah 30 persen, sementara 70 persen
sisanya kurang profesional. Berdasarkan data ini wajar dalam
pendayagunaan wakaf di Indonesia kurang produktif.

Ketiga, Perlunya menggali potensi wakaf tunai


Wakaf tunai menawarkan banyak kemudahan. Dengan adanya wakaf tunai,
umat Islam akan lebih mudah memberikan kontribusi dalam wakaf tanpa
harus menunggu modal dalam jumlah besar seperti mewakafkan tanah atau
properti lainnya.
Wakaf tunai tidak boleh disalurkan sampai habis, melainkan harus
diinvestasikan pada sektor yang menguntungkan. Keuntungan inilah yang
akan dinikmati oleh masyarakat atau digunakan untuk membangun aset
wakaf yang sudah ada atau untuk membeli aset wakaf baru.
Terkait dengan jumlah wakaf tanah yang sangat besar di Indonesia ini, yang
belum dikelola secara produktif, maka wakaf tunai ini dapat dijadikan modal
usaha untuk pengelolaan tanah tersebut.
Wakaf produktif tersebut dapat dija dikan sebagai lahan pertanian modern,
pendirian sentra-sentra pendidikan dan kesehatan, pembangunan dan
pengelolaan hotel islam atau sentra-sentra usaha lainnya.

PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN


HARTA BENDA WAKAF (Psl 32-38 UUW)
PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf
kepada Instansi yang berwenang paling lambat 7 hari kerja
sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.
PPAIW menyerahkan:
a. salinan akta ikrar wakaf;
b. surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen
terkait lainnya.
Kmdn Instansi yang berwenang menerbitkan bukti
pendaftaran harta benda wakaf disampaikan oleh PPAIW
kepada Nazhir.
Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan
pendaftaran harta benda wakaf kemudian mengumumkan
kepada masyarakat harta benda wakaf yang telah terdaftar.

PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF


(Pasal 40-41 UUW)
Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:
a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar; atau
g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
Kecuali :
untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan syariah.
Setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan
Badan Wakaf Indonesia.

ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar


sekurang kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN


HARTA BENDA WAKAF (Pasal 42-44 UUW)
Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.
Dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.
Dilakukan secara produktif.
Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga
penjamin syariah.
Nazhir dilarang melakukan perubahan peruntukan harta
benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari BWI
apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat
dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan
dalam ikrar wakaf.

Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pasal 4761 UUW


Untuk memajukan & mengembangkan perwakafan nasional
Sbg lembaga independen dalam melaksanakan tugasnya.
Berkedudukan di ibukota Negara dan dapat membentuk
perwakilan di Provinsi dan/atau Kab/Kota sesuai kebutuhan
Harus memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. dewasa;
d. amanah;
e. mampu secara jasmani dan rohani;
f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum;
g. memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di bidang
perwakafan dan/atau ekonomi, khususnya di bidang ekonomi syariah;
h. mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengembangkan
perwakafan nasional.

Tugas dan wewenang BWI: (Ps. 49 UUW)


1. melakukan pembinaan terhadap nazhir dlm mengelola
dan mengembangkan harta benda wakaf;
2. melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf berskala nasional dan internasional;
3. memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf;
4. memberhentikan dan mengganti Nazhir;
5. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf;
6. memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah
dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


WAKAF PRODUKTIF

1. perencanaan (planning),
2. pengorganisasian (organizing),
3. pengimplementasian (directing
pengendalian dan
4. pengawasan (controlling).

Anda mungkin juga menyukai