Anda di halaman 1dari 14

TATACARA PENCATATAN HARTA BENDA WAKAF

(Petunjuk Teknis bagi Nadzir Wakaf)


Oleh Drs. H. Nawawi Nurdin, M.Pd.I

ABSTRAK

Perbuatan hukum wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar
wakaf, didaftarkan dan diumumkan. Dalam pelaksanaannya dilakukan
menurut tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk
menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi harta
benda wakaf.
Prosedur pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak ke Kantor Urusan
Agama Kecamatan selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan ke Badan
Pertanahan Nasional;
Sedangkan prosedur pendaftaran wakaf tunai dan benda bergerak selain
uang dilakukan di Lembaga Keuangan Syari`ah Penerima Wakaf Uang untuk
mendapatkan sertifikat wakaf. menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif
atas nama Nazhir; Teknik pelaksanaannya adalah menerima pernyataan
kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam formulir pernyataan
kehendak Wakif; menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan
(wadi'ah) atas nama Nazhir yang ditunjuk Wakif; menerbitkan Sertifikat
Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut kepada Wakif, selanjutnya
mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir.

Kata kunci : Pendaftaran wakaf benda tidak bergerak ke KUA


kecamatan, wakaf benda bergerak ke LKS

A. Pendahuluan
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara
lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
menggali dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam pranata keagamaan
yang memiliki manfaat ekonomis.
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu
meningkatkan peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya
berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak
terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga
dengan cara melawan hukum. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian
atau ketidakmampuan Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf tetapi karena juga sikap masyarakat yang kurang peduli atau belum
1
memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi untuk
kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan untuk memenuhi kebutuhan hukum
dalam rangka pembangunan hukum nasional, Pemerintah telah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun
2006 tentang Wakaf. Pada dasarnya ketentuan mengenai perwakafan berdasarkan
syariah dan peraturan perundang-undangan ( Peraturan Pemerintah No 28 tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik) dicantumkan kembali dalam Undang-
Undang ini, namun terdapat pula berbagai pokok pengaturan yang baru antara lain
sebagai berikut :
Perbuatan hukum wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf
dan didaftarkan serta diumumkan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata
cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
wakaf. Hal ini untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna
melindungi harta benda wakaf, Dalam Undang-Undang tersebut ditegaskan pula
bahwa. Undang-Undang ini tidak memisahkan antara wakaf-ahli yang pengelolaan
dan pemanfaatan harta benda wakaf terbatas untuk kaum kerabat (ahli waris) dengan
wakaf-khairi yang dimaksudkan untuk kepentingan masyarakat umum sesuai dengan
tujuan dan fungsi wakaf.
Ruang lingkup wakaf yang selama ini dipahami secara umum cenderung
terbatas pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, maka dalam
Undang-Undang yang baru bahwa Wakif dapat pula mewakafkan sebagian
kekayaannya berupa harta benda wakaf bergerak, baik berwujud atau tidak berwujud
yaitu uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, hak
sewa, dan benda bergerak lainnya. Dalam hal benda bergerak berupa uang, Wakif
dapat mewakafkan melalui lembaga Keuangan Syariah yaitu Badan Hukum
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bergerak di bidang keuangan syariah, misalnya badan hukum di bidang
perbankan syariah. Dimungkinkannya wakaf benda bergerak berupa uang melalui
Lembaga Keuangan Syariah dimaksudkan agar memudahkan Wakif untuk
mewakafkan uang miliknya.
Peruntukan harta benda wakaf tidak semata-mata untuk kepentingan sarana
ibadah dan sosial tetapi juga diarahkan untuk memajukan kesejahteraan umum
dengan cara mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf. Hal itu
memungkinkan pengelolaan harta benda wakaf dapat memasuki wilayah kegiatan
ekonomi dalam arti luas sepanjang pengelolaan tersebut sesuai dengan prinsip
manajemen dan ekonomi Syariah.
2
Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga yang
merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan profesional Nazhir.
Pembinaan terhadap nazhir dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia atau
perwakilannya di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan tersebut merupakan
lembaga independen yang melaksanakan tugas di bidang perwakafan yang
melakukan pembinaan terhadap Nazhir, melakukan pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf berskala nasional dan internasional, memberikan persetujuan atas
perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf, dan memberikan saran dan
pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang
perwakafan.
Dalam undang-undang wakaf pada “Ketentuan Peralihan” disebutkan bahwa
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, wakaf yang dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum diundangkannya
undang-undang ini, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang
perwakafan tanah milik dinyatakan sah sebagai wakaf menurut Undang-Undang ini.
Wakaf wajib didaftarkan dan diumumkan paling lama 5 (lima) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan. Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perwakafan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau
belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan undang-undang ini.
Oleh karena itu Petunjuk Teknis Pendaftaran Harta Benda Wakaf yang disusun
ini berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977, Undang-Undang
Nomor 41 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006, masing-
masing Prosedur pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak ke Kantor Urusan
Agama Kecamatan selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan ke Badan
Pertanahan Nasional; Prosedur pendaftaran wakaf tunai dan prosedur pendaftaran
wakaf benda bergerak selain uang.
Pedoman ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pembina Nadzir Wakaf dalam
membina dan memberikan petunjuk kepada nadzir wakaf dalam pendaftarannya
sesuai ketentuan yang berlaku.

B. Jenis Harta Benda Wakaf


1. Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak meliputi :
a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan baik
yang sudah maupun yang belum terdaftar;
b. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana
dimaksud pada huruf a;

3
c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan
Peraturan Perundang-undangan.
Hak atas tanah yang dapat diwakafkan terdiri dari:
a. hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar;
b. hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah negara;
c. hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan atau hak milik
wajib mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak milik;
d. hak milik atas satuan rumah susun.
Apabila wakaf untuk selamanya, maka diperlukan pelepasan hak dari
pemegang hak pengelolaan atau hak milik. Hak atas tanah yang diwakafkan
wajib dimiliki atau dikuasai oleh wakif secara sah serta bebas dari segala sitaan,
perkara sengketa, dan tidak dijaminkan.
Benda wakaf tidak bergerak berupa tanah hanya dapat diwakafkan untuk
jangka waktu selama-lamanya. Benda wakaf tidak bergerak dapat diwakafkan
beserta bangunan dan atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah.
Hak atas tanah yang diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah daerah
BUMN/BUMD, dan pemerintah desa atau sebutan lain yang setingkat dengan itu
wajib mendapat izin dan pejabat yang berwenang sesuai Peraturan Perundang
undangan.
2. Benda Bergerak Selain Uang
Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat
berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang. Benda
bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang tidak
dapat dihabiskan karena pemakaian.
Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat
diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian
dapat diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip syariah.

Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan meliputi:


a. kapal;
b. pesawat terbang;
c. kendanaan bermotor;

4
d. mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan;
e. logam dan batu mulia; dan/atau
f. benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya dan
memiliki manfaat jangka panjang.
Menurut Peraturan Perundang undangan bahwa benda bergerak selain
uang yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah sebagai berikut:
a. Surat berharga yang berupa:
1). saham;
2). Surat Utang Negara;
3). obligasi pada umumnya; dan atau
4). surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
b. Hak Atas Kekayaan lntelektual yang berupa:
1). hak cipta;
2). hak merk;
3). hak paten;
4). hak desain industri;
5). hak rahasia dagang;
6). hak sirkuit terpadu;
7). hak perlindungan varietas tanaman; dan/atau
8). hak lainnya.
c. Hak atas benda bergerak lainnya yang berupa:
1). hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau
2). perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda
bergerak.
3. Benda Bergerak Berupa Uang
a. Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.
b. Dalam hal uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing, maka
harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam rupiah.
Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk:
a. hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU)
untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya,
b. menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan;
c. menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU
d. mengisi formulir pernyataan kehendak Wakif yang berfungsi sebagai AIW.
Dalam hal Wakif tidak dapat hadir, maka wakif dapat menunjuk wakil
atau kuasanya. Wakif dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang
5
kepada Nazhir di hadapan PPAIW yang selanjutnya Nazhir menyerahkan AIW
tersebut kepada LKS-PWU. Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa
uang melalui LKS yang ditunjuk oleh Menteri sebagai LKS Penerima Wakaf
Uang (LKS-PWU).
LKS yang ditunjuk oleh Menteri atas dasar saran dan pertimbangan dari
BWI. BWI memberikan saran dan pertimbangan setelah mempertimbangkan
saran instansi terkait. Saran dan pertimbangan dapat diberikan kepada LKS-
PWU yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Menteri;
b. melampirkan anggaran dasar dan pengesahan sebagai badan hukum;
c. memiliki kantor operasional di wilayah Republik Indonesia;
d. bergerak di bidang keuangan syariah; dan
e. memiliki fungsi menerima titipan (wadi'ah).
BWI wajib memberikan pertimbangan kepada Menteri paling lambat 30
(tiga puluh) hari kerja setelah LKS memenuhi persyaratan. Setelah menerima
saran dan pertimbangan BWI dan Menteri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
menunjuk LKS atau menolak permohonan dimaksud.
Lembaga Keuangan Syari`ah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) bertugas:
a. mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS Penerima
Wakaf Uang;
b. menyediakan blangko Sertifikat Wakaf Uang;
c. menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif atas nama Nazhir;
d. menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadi'ah) atas nama
Nazhir yang ditunjuk Wakif;
e. menerima pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam
formulir pernyataan kehendak Wakif;
f. menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut
kepada Wakif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada Nazhir yang
ditunjuk oleh Wakif; dan
g. mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir.
Sertifikat Wakaf Uang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai:
a. nama LKS Penerima Wakaf Uang;
b. nama Wakif;
c. alamat Wakif;
d. jumlah wakaf uang;
e. peruntukan wakaf;
f. jangka waktu wakaf;
6
g. nama Nazhir yang dipilih;
h. alamat Nazhir yang dipilih; dan
i. tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat Wakaf Uang.

Dalam hal Wakif akan melakukan perbuatan hukum wakaf uang untuk
jangka waktu tertentu maka pada saat jangka waktu tersebut berakhir, Nazhir
wajib mengembalikan jumlah pokok wakaf uang kepada Wakif atau ahli
waris/penerus haknya melalui LKS-PWU.
C. Pencatatan Wakaf Benda Tidak Bergerak.
1. Prosedur Wakaf Baru
a.. Perorangan/ Organisasi/ Badan Hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya
(sebagai calon wakif) diharuskan datang sendiri di hadapan Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan Ikrar Wakaf
b. Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu menyerahkan
kepada PPAIW, surat-surat sebagai berikut :
1). Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah;
2). Surat Pernyataan dari Calon Wakif mengenai kebenaran pemilikan tanah
dan tidak dalam sengketa diperkuat oleh Kepala Desa/ Lurah dan Camat
setempat
3). Surat Keterangan pendaftaran tanah;
4). Ijin Bupati/Walikota u.b Kantor Pertanahan Kab/Kota setempat, hal ini
terutama dalam rangka tata kota atau master plan city.
c. PPAIW meneliti surat-surat dan syarat-syarat, apakah sudah memenuhi untuk
pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan), meneliti saksi-saksi dan
mengesahkan susunan nadzir.
d. Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan atau
mengucapkan kehendak wakaf itu kepada nadzir yang telah disahkan. Ikrar
wakaf tersebut diucapkan dengan jelas, tegas dan dituangkan dalam bentuk
tertulis (bentuk W.1). Sedangkan bagi yang tidak bisa mengucapkan (misalnya
bisu) maka dapat menyatakan kehendaknya dengan suatu isyarat dan
kemudian mengisi blanko W.1.
Apabila wakif itu sendiri tidak dapat menghadap Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf (PPAIW), maka wakif dapat membuat ikrar secara tertulis dengan
persetujuan dari Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan kemudian surat
atau naskah tersebut dibacakan dihadapan nadzir setelah mendapat
persetujuan dari Kandepag. Selanjutnya penandatanganan Ikrar Wakaf
(bentuk W.1).

7
e. PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.2) rangkap tiga dengan
dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan selanjutnya dibuatkan
Salinan Akta Ikrar Wakaf (W.2.a) rangkap 4 (empat). selambat-lambatnya
satu bulan setelah dibuat Akta Ikrar Wakaf dikirim tiap-tiap lembar ke BPN
dan lainnya,dengan pengaturan pendistribusiannya sebagai berikut:
1). Akta Ikrar Wakaf
a) Lembar pertama disimpan PPAIW
b) Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran tanah
wakaf ke Kantor Pertanahan Kab/Kota (W.7)
c) Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat
2). Salinan Akta Ikrar Wakaf :
a) Lembar pertama untuk wakif
b) Lembar kedua untuk nadzir
c) lembar ketiga untuk Kandep. Agama Kabupatan/Kota
d) lembar keempat untuk Kepala Desa/ Lurah setempat.
f. Setelah pembuatan Akta, PPAIW mencatat dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf
(bentuk W.4) dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik.
Ilustrasi Proses Ikrar Wakaf

2. Prosedur Pendaftaran Wakaf Lama


a. Wakif/ ahli waris wakif/ Nadzir/ ahli waris wakif/ Masyarakat yang
mengetahui keberadaan tanah wakaf/ Kepala Desa setempat mendaftarkan
wakaf tanah kepada Kepala KUA setempat selaku Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW).
b. Pendaftar wakaf tersebut menyerahkan surat-surat kepada PPAIW, sebagai
berikut :
1). Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah;

8
2). Surat Keterangan Pendaftaran Wakaf Tanah lama (blangko model WD)
3). Surat keterangan Kades/Lurah tentang keberadan tanah wakaf (WK).
4). Surat Keterangan Kepala Desa/ Lurah diperkuat oleh Camat setempat
mengenai kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa;
5). Ijin Bupati/Walikota u.b Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat,
hal ini terutama dalam rangka tata kota atau master plan city.
c. PPAIW meneliti surat-surat dan syarat-syarat, apakah sudah memenuhi
untuk pelepasan hak atas tanah (untuk didaftarkan), meneliti saksi-saksi dan
mengesahkan susunan nadzir.
d. Jika wakif masih hidup dapat dilakukan ikrar kembali wakaf tersebut
dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan atau
mengucapkan kehendak wakaf itu kepada nadzir yang telah disahkan. Ikrar
wakaf tersebut diucapkan dengan jelas, tegas dan dituangkan dalam bentuk
tertulis (bentuk W.1). Sedangkan bagi yang tidak bisa mengucapkan
(misalnya bisu) maka dapat menyatakan kehendaknya dengan suatu isyarat
dan kemudian mengisi blanko W.1.
Apabila wakif itu sendiri tidak dapat menghadap Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf (PPAIW), maka wakif dapat membuat ikrar secara tertulis
dengan persetujuan dari Kandepag yang mewilayahi tanah wakaf dan
kemudian surat atau naskah tersebut dibacakan dihadapan nadzir setelah
mendapat persetujuan dari Kandepag. Selanjutnya penandatanganan Ikrar
Wakaf (bentuk W.1). Selanjutnya dibuatkan Akta Ikrar Wakaf (W2) dan
Salinan Akta Ikrar Wakaf (W2a) sesuai prosedur wakaf baru.
e. Dalam hal pendaftaran wakaf yang wakif sudah tiada, maka selanjutnya
PPAIW membuat Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.3) rangkap
tiga dengan dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan selanjutnya
dibuatkan Salinan Akta pengganti Akta Ikrar Wakaf (W.3.a) rangkap 4
(empat). selambat-lambatnya satu bulan setelah dibuat Akta Ikrar Wakaf
dikirim tiap-tiap lembar ke BPN dan lainnya, dengan pengaturan
pendistribusiannya sebagai berikut:
1). Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (W3)
a) Lembar pertama disimpan PPAIW
b) Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran tanah
wakaf ke Kantor Pertanahan Kab/Kota (W.7)
c) Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat
2). Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (W3a):
a) Lembar pertama untuk wakif
9
b) lembar kedua untuk nadzir
c) lembar ketiga untuk Kandep. Agama Kabupatan/Kota
d) lembar keempat untuk Kepala Desa/ Lurah setempat.
f. Setelah pembuatan Akta, PPAIW mencatat dalam Daftar Akta Pengganti Akta
Ikrar Wakaf ( W.4a) dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik.

3. Prosedur Pendaftaran wakaf ke BPN


a. Kepala KUA Kecamatan setempat atas nama Nadzir Wakaf mendaftarkan
wakaf ke BPN dengan mengisi Blangko W.7 dengan melampirkan dokumen
sebagai berikut:
1). Sertifikat Hak Atas Tanah (bagi yang sudah sertifikat), atau surat-surat
pemilikan tanah (termasuk surat pemindahan hak, surat keterangan
warisan, girik dll) bagi tanah hak milik yang belum bersertifikat.
2). Surat Keterangan dari Lurah setempat yang diketahui Camat bahwa tanah
tersebut tidak dalam sengketa.
3). W.5 atau W.5.a.
4). Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (asli lembar
kedua)
5). Foto Copy KTP Wakif apabila masih hidup.
6). Foto Copy KTP para nadzir.
7). Menyerahkan Materai bernilai Rp. 6.000 (enam ribu rupiah)

b. Proses Sertifikasi Tanah Wakaf


1). Pihak Kantor Pertanahan Kab/Kota menerima berkas persyaratan untuk
proses sertifikasi tanah wakaf, kemudian meneliti kelengkapan persyaratan
administrasi.
2). Pihak Kantor Pertanahan melakukan pengukuran tanah wakaf untuk
dibuatkan Gambar Situasi Tanah.
3). Pihak BPN mencatat wakaf dalam Buku Tanah
4). Selanjutnya memproses dan menerbitkan sertifikat tanah.

D. Harta Benda Wakaf Bergerak Berupa Uang


1. Lembaga Keuangan Syari`ah Penerima Wakaf Uang atas nama Nazhir
mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang. Pendaftaran wakaf uang dari LKS-
PWU ditembuskan kepada BWI untuk diadministrasikan.

10
2. Pengumuman Harta Benda Wakaf: PPAIW menyampaikan AIW kepada kantor
Kementerian Agama dan BWI untuk dimuat dalam register umum wakaf yang
tersedia pada Kantor Kementerian Agama dan BWI.
E. Wakaf Benda Bergerak Selain Uang
1. PPAIW mendaftarkan AlW dari:
a. benda bergerak selain uang yang terdaftar pada instansi yang berwenang;
b. benda bergerak selain uang yang tidak terdaftar dari yang memiliki atau tidak
memiliki tanda bukti pembelian atau bukti pembayaran didaftar pada BWI,
dan selama daerah tertentu belum dibentuk BWl, maka pendaftaran tersebut
dilakukan di Kantor Departemen Agraria setempat.
2. Untuk benda bergerak yang sudah terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti
kepemilikan benda bergerak kepada PPAIW dengan disertai surat keterangan
pendaftaran dari instansi yang berwenang yang tugas pokoknya terkait dengan
pendaftaran benda bergerak tersebut.
3. Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar, Wakif menyerahkan tanda bukti
pembelian atau tanda bukti pembayaran berupa faktur, kwitansi atau bukti
lainnya.
4. Untuk benda bergerak yang tidak terdaftar dan tidak memiliki tanda bukti
pembelian atau tanda bukti pembayaran, Wakif membuat surat pernyataan
kepemilikan atas benda bergerak tersebut yang diketahui oleh 2 (dua) orang
saksi dan dikuatkan oleh instansi pemerintah setempat.
F. Penukaran Harta Benda Wakaf
1. Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali
dengan izin tertulis dari Menteri berdasarkan pertimbangan Badan Wakaf
Indonesia..
Izin tertulis dari Menteri hanya dapat diberikan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. perubahan harta benda wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umum
sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
b. harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf; atau
c. pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan
mendesak.
2. Selain dari pertimbangan, izin pertukaran harta benda wakaf hanya dapat
diberikan jika:

11
a. harta benda penukar memiliki sertifikat atau bukti kepemilikan sah sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan;dan
b. nilai dan manfaat harta benda penukar sekurang-kurangnya sama dengan harta
benda wakaf semula.
3. Nilai dan manfaat harta benda penukar ditetapkan oleh bupati/walikota
berdasarkan rekomendasi tim penilai yang anggotanya terdiri dari unsur:
a. Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
b. Kantor Pertanahan kabupaten/kota;
c. Majelis Ulama Indonesia (MUI) kabupaten/kota;
d. Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota; dan
e. Nazhir tanah wakaf yang bersangkutan.

Nilai dan manfaat harta benda penukar dihitung sebagai berikut:


a. harta benda penukar memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurang-
kurangnya sama dengan NJOP harta benda wakaf; dan
b. harta benda penukar berada di wilayah yang strategis dan mudah untuk
dikembangkan.

Penukaran terhadap harta benda wakaf yang akan diubah statusnya dilakukan
sebagai berikut:
a. Nazhir mengajukan permohonan tukar ganti kepada Menteri melalui Kantor
Urusan Agama Kecamatan setempat dengan menjelaskan alasan perubahan
status/tukar menukar tersebut;
b. Kepala KUA Kecamatan meneruskan permohonan tersebut kepada Kantor
Kementerian Agama kabupaten/kota;
c. Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota setelah menerima
permohonan tersebut membentuk tim dan selanjutnya bupati/walikota
setempat membuat Surat Keputusan;
d. Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota meneruskan permohonan
tersebut dengan dilampiri hasil penilaian dari tim kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama provinsi dan selanjutnya meneruskan
permohonan tersebut kepada Menteri.
e. setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Menteri, maka tukar ganti dapat
dilaksanakan dan hasilnya harus dilaporkan oleh Nazhir ke kantor pertanahan
dan/atau lembaga terkait untuk pendaftaran lebih lanjut.

G. Penutup

12
Penyusunan Petunjuk Teknis Pendaftaran Harta Benda Wakaf ini merupakan
salah satu upaya mempermudah Pembina Nadzir Wakaf untuk memberikan
pembinaan terhadap Nadzir Wakaf dalam mendaftarkan wakaf yang dikelolanya
sesuai ketentuan yang berlaku.
Dalam juknis ini diketengahkan prosedur yang harus ditempuh bagi masyarakat
dan nadzir dalam pendaftaran harta benda wakaf baik wakaf benda bergerak maupun
wakaf benda tidak bergerak.
Mudah-mudahan bahan yang disajikan ini dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya serta mempunyai dayaguna dan hasil guna yang tinggi dalam pembinaan
nadzir wakaf.

Daftar Bacaan

13
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang
nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf.
5. Buku-buku yang berhubungan dengan wakaf.
6. Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional, PT Tatanusa, Jakarta,
2003
7. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji,
Departemen Agama,Jakarta, 2005
8. Fiqih Wakaf, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Departemen Agama,Jakarta, 2005
9. Nadhir Profesional dan Amanah, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Departemen
Agama,Jakarta, 2005
10. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Dirjen Bimas
Islam dan Urusan Haji, Departemen Agama,Jakarta, 2005

14

Anda mungkin juga menyukai