Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
dr. Hediana ferlani, Sp.A
STATUS PASIEN
Nama : An. JS
TTL : Semarang, 8 April 2006
Usia : 7 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin: Laki- Laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pejaten Raya no. 43 RT 1/Rw
3 kel. Ragunan kec. Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Masuk RS : 14 September 2013
No. RM : 511492
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama : Tn. Z Nama : Ny. EW
Usia : 37 Usia : 31
tahun tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Pendidikan :
SMP SMP
Pekerjaan : Pekerjaan : Ibu
Supir rumah tangga
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara Autoanamnesis
dan Alloanamnesa (Ibu Pasien)
Keluhan Utama : bengkak pada mata,
muka, perut dan kedua kaki sejak 1 hari
SMRS
Keluhan Tambahan : demam, sakit
pinggang bagian kanan, muntah, BAK
kemerahan, BAB mencret.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Anak laki-laki umur 7 tahun dengan berat badan 22 kg
datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan
bengkak pada mata, muka, dan kedua kaki sejak 1 hari
SMRS. Demam disertai nyeri pinggang sebelah kanan
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Pasien mengaku mual
disertai muntah 2 kali berupa makanan tanpa disertai
lendir dan darah sejak 1 hari SMRS.
Buang air kecil berwarna kuning dengan bercak
kemerahan disertai nyeri sebanyak 1 botol aqua 600
ml. Buang air besar mencret sebanyak 2 kali berwarna
kuning kecoklatan tanpa disertai lendir dan darah.
Nafsu makan baik tetapi minum sedikit. Batuk dan
pilek disangkal oleh pasien. Sesak nafas disangkal
pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit alergi alergi udara dingin (+) alergi obat -
obatan (-)
Penyakit kejang pernah diderita saat usia pasien 2 tahun.
Riwayat Kehamilan :
Kehamilan : Ante Natal Care dilakukan di RSUD Pasar Rebo.
Selama hamil ibu pasien rutin memeriksakan kandungan
setiap satu bulan sekali. Ibu pernah mengkonsumsi obat-
obatan tetapi tidak pernah mengkonsumsi jamu dan
alkohol saat kehamilan. Perdarahan saat kehamilan (+)
saat usia kehamilan 1 bulan dan 3 bulan, demam saat
kehamilan (-), Hipertensi dalam kehamilan (-), kejang saat
kehamilan (-).
Kelahiran : Lahir saat usia kandungan 28
minggu dengan penolong bidan. BB 1900 gr,
PB 48 cm, LK dan nilai Apgar tidak diketahui.
Tidak ada kelainan bawaan.
Kepala : Normocephal
Mata : conjungtiva anemis +/+, Skelera Ikterik
-/-
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks:
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri,
pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
retraksi sela iga (-)
Palpasi : fremitus taktil dan fremitus vokal normal
Perkusi : sonor di kedua hemitoraks
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 4 linea midclavicula
sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, simetris, sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : tegang, tidak teraba masa, nyeri tekan
(+) pada bagian pinggang atas kanan, tidak ada
pembesaran hepar dan lien.
Perkusi : redup diseluruh quadran perut
PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Lasix 2 x 20 gr
Paracetamol 3 x II
Prednison 80 mg/hari
Albumin 20% 100 cc
Kalmet 1 amp
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad Sanactionam : bonam
Tanggal
16 September 2013 17 September 2013 18 September 2013
demam (-), sakit pinggang (-), demam (-), sakit pinggang (-), demam (-), nyeri pinggang (-),
S bengkak pada mata, muka dan bengkak pada mata, muka dan bengkak pada mata, muka, perut dan
perut (+) bengkak sedikit lebih perut (-), mual (-), muntah (-), Batuk kedua kaki (-), mual (-), muntah (-),
kecil, mual (-), muntah (-), (-), pilek (-), sesak nafas (-), BAB (-) Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-),
Batuk (-), pilek (-), sesak nafas tidak mencret, BAK tidak ada darah BAB (-) tidak mencret, BAK tidak ada
(-), BAB (-) tidak mencret, BAK warna bening, nafsu makan baik, darah warna kekuningan, nafsu
tidak ada darah sebanyak 1 minum makan baik, minum
botol aqua, nafsu makan baik,
minum
KU : sedang, Kesadaran : cm KU : sedang, Kesadaran : cm KU : baik, Kesadaran : cm
O HR: 80 x/menit , RR : 36 HR: 108 x/mnt, RR : 32x/mnt, suhu : HR: 72 x/menit , RR : 28 x/menit
x/menit suhu : 35, 2oC 35,5oC suhu : 35, 5oC
Kepala : Normocephal, Mata : Kepala : Normocephal, Mata : Kepala : Normocephal, Mata :
conjungtiva anemis +/+, conjungtiva anemis -/-, Skelera conjungtiva anemis -/-, Skelera Ikterik
Skelera Ikterik -/- , Leher : Ikterik -/- , Leher : kelenjar getah -/-, Leher : kelenjar getah bening tidak
kelenjar getah bening tidak bening tidak membesar membesar
membesar Toraks: Paru-paru: Inspeksi : bentuk Toraks: Paru-paru: Inspeksi : bentuk
Toraks:Paru-paru : Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, dada simetris kanan dan kiri,
bentuk dada simetris kanan pernapasan simetris dalam keadaan pernapasan simetris dalam keadaan
dan kiri, pernapasan simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga statis dan dinamis, retraksi sela iga
dalam keadaan statis dan (-). Palpasi : fremitus taktil dan (-). Palpasi : fremitus taktil dan
dinamis, retraksi sela iga (-). fremitus vokal normal. Perkusi : fremitus vokal normal. Perkusi : sonor
Palpasi : fremitus taktil dan sonor di kedua hemitoraks. di kedua hemitoraks. Auskultasi :
fremitus vokal normal. Perkusi : Auskultasi : suara napas vesikuler, suara napas vesikuler, ronki (-/-),
sonor di kedua hemitoraks. ronki (-/-), wheezing (-/-). Jantung: wheezing (-/-). Jantung: Inspeksi :
Auskultasi : suara napas Inspeksi : iktus kordis tampak . iktus kordis tampak . Palpasi : iktus
vesikuler, ronki (-/-), wheezing Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 4 kordis teraba di ICS 4 linea
(-/-). Jantung : Inspeksi : iktus linea midclavicula sinistra. Perkusi : midclavicula sinistra. Perkusi : batas
kordis tampak. Palpasi : iktus batas jantung normal. Auskultasi : jantung normal. Auskultasi : BJ I dan II
kordis teraba di ICS 4 linea BJ I dan II reguler, murmur (-), reguler, murmur (-), gallop (-).
midclavicula sinistra. Perkusi : gallop (-). Abdomen: Inspeksi : Abdomen : Inspeksi : bentuk datar,
batas jantung normal. bentur agak cembung, simetris, simetris, asites (-), sikatrik (-).
Auskultasi : BJ I dan II reguler, asites (-), sikatrik (-) . Auskultasi : Auskultasi : bising usus normal.
murmur (-), gallop (-) . bising usus normal. Palpasi : tegang, Palpasi : tegang, tidak teraba masa,
Abdomen: Inspeksi : bentuk tidak teraba masa, nyeri tekan di nyeri tekan di abdomen kanan bawah
cembung, simetris, asites (+), empat kuadran perut, tidak ada di atas pinggang (-), tidak ada
A Sindrom Nefrotik Sindrom Nefrotik Sindrom Nefrotik
HL, kalmet, albumin 100 Albumin 20% 100 ml Albumin 2 x100 cc, Ceftriaxone
cc, IVFD Nacl 100 & FFP tappering off albumin 50 cc, 2 x 1 gr, Lasix 2 x 20 gr,
P
213 cc, Ceftriaxone 2 x 1 Prednison 80 mg/hari : 3-3-2, Prednison 80 mg/hari : 3-3-2
gr, Lasix 2 x 20 gr, Lasix 1 x20 gr, Ceftriaxone 2x
Paracetamol, Diuresis/8 1 gr
jam, TV/8 jam
TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom Nefrotik
Definisi
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari(1) :
Proteinuria masif (40 mg/m 2 lpb/jam atau
>50 mg/kgBB/24jam, atau rasio
albumin/kreatinin pada urin sewaktu
>2mg/mg atau dipstik 2+)
Hipoalbuminemia 2.5 g/dl
Edema
Dapat disertai hiperkolesterolemia (>200
mg/dL).
Etiologi
Klasifikasi sindrom nefrotik berdasarkan etiologi dapat dibagi
menjadi(2,3,4):
Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal, resisten terhadap pengobatan, gejalanya adalah
edema pada masa neonatus. Pencangkokan ginjal pada masa
neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya penderita meninggal dalam bulan pertama
kehidupan.
Sindrom nefrotik sekunder
Etiologi berasal dari penyakit sistemik diluar ginjal antara lain
sebabkan oleh:
- Malaria kuartana atau parasit lain
- Penyakit kolagen seperti lupus eritematosa sistemik dan
henoch schonlein purpura
- Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis,
thrombosis vena renalis.
- Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, air raksa.
Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
Klasifikasi kelainan histopatologis pada sindrom nefrotik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi Komisi Internasional
(1982). Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan
dengan pemeriksaan mikroskop cahaya, ditambah dengan
pemeriksaan mikroskop elektron dan imunofluoresensi. Churg
dkk, membagi dalam 4 golongan,yaitu:
a. Kelainan minimal
Dengan mikroskop cahaya glomerulus tampak normal, sedangkan
dengan mikroskop elektron tampak foot processus sel epitel
berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat
igG atau immunoglobulin beta-1C pada dinding kapiler
glomerulus. Golongan ini lebih banyak terdapat pada anak dari
pada orang dewasa. Prognosis lebih baik dibandingkan dengan
golongan lain.
b. Kelainan non minimal
- Glomerulosklerosis fokal segmental : Pada kelainan ini mencolok
adanya sklerosis glomerulus. Sering disertai dengan atrofi
tubulus. Prognosis baik.
- Glomerulonefritis proliferatif
- Glomerulonefritis membranoproliferatif
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai
membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-1C atau beta
1 A rendah. Prognosis tidak baik.
- Glomerulonefritis proliferative eksudatif difus.
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel
polimorfonukleus. Pembengkakan sitoplasma endotel
yang menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini
sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah
infeksi dengan streptococcus yang berjalan progresif
dan pada sindrom nefrotik. Prognosis jarang baik,
tetapi kadang-kadang terdapat penyembuhan setelah
pengobatan yang lama.
- Dengan penebalan batang lobular (lobular stalk
thickening)
Terdapat proliferasi sel mesangial yang tersebar dan
penebalan batang lobular.
- Dengan bulan sabit (crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel
mesangial dan proliferasi sel epitel simpai (kapsular)
dan visceral. Prognosis buruk.
- Lain-lain
Misalnya perubahan proliferasi yang tidak khas.
Patogenesis
Proteinuria
Proteinuria dianggap sebagai kelainan primer pada
sindroma nefrotik, sedangkan kelainan lain dianggap
sekunder terhadap proteinuria. Laju ekskresi protein
untuk mendiagnosa penyakit sindroma nefrotik
adalah 1 gr/24 jam, sedangkan penelitian lain
menganjurkan angka 50 mg/kgBB/24 jam dan 40
mg/m2/jam. Haycook menggunakan angka 100
mg/m2/24 jam untuk mendiagnosis proteinuria massif
pada penderita sindroma nefrotik. Mekanisme
menerangkan terjadinya proteinuria belum jelas,
tetapi diduga yang berperan pada kelainan ini adalah
kelainan imunologis(5).
Manifestasi Klinis
hipovolemia
2. Thrombosis akibat hiperkoagulabilitas
3. Infeksi
4. Hambatan pertumbuhan