Anda di halaman 1dari 34

TACHEOMETRY

ILMU UKUR TANAH 2


TACHEOMETRY

TACHEOS CEPAT
METRON PENGUKURAN
( Artinya : Mempercepat Pengukuran )
Tacheometry adalah Suatu Metode Pengukuran Jarak
Menggunakan Kelengkapan Optis Yang Ada Pada Alat THEODOLIT

Sistim Tacheometry :
Sudut Paralaktis Posisi Rambu Sistim Tacheometry
Berubah Vertikal Tangential
Tetap Vertikal Stadia
Berubah Horisontal Substence Bar
Tetap Horisontal Optical Wedge
(Baji Optis)

Sudut Paralaktis :
Sudut yang diukur dari Alat Ukur ke arah Garis basis Pendek yang
dibentuk pada sebuah Rambu Ukur
Tacheometry TANGENTIAL

Metode ini jarang digunakan sebab kurang teliti, namun


mudah dipahami dalam pelaksanaan pengukuran.

Prosedur Pengukuran :
Theodilite dipasang pada titik A dan Catat Tinggi Alat (i)

Teropong di Atur sehingga sudut vertikal Terbaca :


00 00 00/ 00g 00cg 00ccg
Catat bacaan rambu yang diletakan vertikal pada titik B (C)

Sekrup Pengunci lingkaran vertikal dikendorkan dan bidik


Rambu B (D) Catat bacaan tersebut, dan sudut
vertikalnya ().

Perbedaan antara bacaan kedua rambu adalag (C-D)


Harga selisih benang (S).
Tacheometry Tangential (lanjutan)

S
T
C
i

B
d

tan = S/d Jarak Datar ( d ) = S /tan



Beda Tinggi t = i - C

S = selisih bacaan benang tengah (C D)


d = jarak horisontal
= sudut paralaktis
Tacheometry Tangential (lanjutan)

S
C
h
B
T E
t
i

A
d

RUMUS DASAR :
Pada DTE DE = TE tan Jarak Datar :
CTE CE = TE tan d = S/(tan - tan )

TE = d; S = DE CE Beda Tinggi :
S = d (tan - tan ) t = i + d tan h
Tacheometry Tangential (lanjutan)
T
E

i

t S

C
h

d B

RUMUS DASAR :
Pada DTE DE = TE tan Jarak Datar :
CTE CE = TE tan d = S/(tan - tan )

Beda Tinggi :
TE = d; S = CE DE t = i - d tan h
S = d (tan - tan )
Tacheometry Tangential (lanjutan)

T
E S

i
D

h
A
t

d B

RUMUS DASAR :
Pada TEC CE = d tan Jarak Datar :
TED ED = d tan d = S/(tan + tan )

S = CE + ED Beda Tinggi :
S = d (tan + tan ) t = i - d tan h
Tacheometry Tangential (lanjutan)

Method Of Reducing Calculations

RUMUS DASAR :
1. Jarak Datar :
d = S/(tan tan )

2. Beda Tinggi :
t = i d tan h

Untuk mempercepat perhitungan, dapat dipakai prosedur


seperti di bawah ini :
- Selisih benang (S) diambil sama.
- Nilai (tan tan ) diambil tetap
- Bidikan setinggi alat : t = i d tan h i = h
t = d tan
Tacheometry Tangential (lanjutan)

Kesalahan2 Dalam Tacheometry Tangential :

1. GROSS ERRORS
Salah baca Rambu Ukur
Salah baca Sudut Vertikal
Salah Pencatatan

2. SYSTIMATIC ERRORS
Tidak tegaknya Rambu Ukur
Perbedaan Refraksi
Tacheometry STADIA

D
T

C S

i
E
V
A

d B

d = m.S + k
Tacheometry Stadia (lanjutan)

1. RAMBU UKUR GARIS BIDIK

C D

h
V
B
T d2
d1
E t
i

A d

Data Pengukuran :
1. Tinggi Theodolite ( i )
2. Bacaan Rambu Ukur (ba; bt; bb)
3. Sudut Vertikal ( )
Tacheometry Stadia (lanjutan)

RUMUS DASAR
TC = m.S + k
Pada TCE TE = TC cos
d = m.S.cos + k.cos

Pada BCD CD = BC.sin


d2 = bt.sin

Maka : d = d1 + d2 = m.S.cos + k.cos + bt.sin

t = i + V h V = m.S.sin + k.cos
h = bt.cos
Tacheometry Stadia (lanjutan)

2. RAMBU UKUR BIDANG HORISONTAL

C S

h
V
B
T
D t
i

A d

m Pada : Cmm Cm = Cm.cos


m Cnn Cn = Cn.cos mn = mn.cos
= S.cos

Jarak miring : TC = m.S.cos + k
C S

Pada : TCD TD = TC.cos


n CD = TC.sin
n Jarak datar : TD = d = m.S. cos2 + k.cos
Beda Tinggi : t = i V h
V = m.S. cos . sin + k.sin
h = bt
SUBSTENSE BAR
Substense bar terdiri dari 2 lengan
yang terbuat dari logam campuran
yang dihubungkan dengan sebuah
engsel/sendi, hingga dapat dilipat.
Alat ini dilengkapi dengan titik
bidik di ujungnya yang berjarak
2m, dan di tengahnya. Selain itu
dilengkapi pula dengan nivo dan
teropong pembidik. Alat ini
dipasang diatas tripod.
Pada ABC, CB = panjang bar
= b/2 = 1 m
Sudut ABC = 90 dan <CAB = /2
Tan /2 = CB/AB
AB =CB/Tan/2=1/ Tan/2=Ctg/2
Lihat T B1 B11
B1 B11 = H = D tan
L=I+Hh
Tacheometry Stadia (lanjutan)

Contoh Soal :
DATA HASIL PENGUKURAN TACHEOMETRY :

HITUNG : a. Jarak AB; BC; CD; DE.


b. Tinggi B;C;D;E; jika Tinggi A = + 250

Catatan : m = 100 k=0


Optical Wedge
Sistem Optical Wedge (Baji Optis)

Alat ini berupa prisma gelas berbentuk baji/pasak dipasang


didepan lensa obyektif, menutupi 1/3 luas lensa obyektif.

Sinar-sinar yang tidak melalui prisma berjalan


sebagaimana biasanya dan sinar yang melalui prisma akan
dibiaskan.

Prisma dibuat sedemikian rupa sehingga pergeseran b


sama dengan 1/100 dari jarak D, sehingga bila ada 2 benda
berjarak 100 meter dari prisma dan berdampingan
denganjarak 1 meter, dari teropong benda tersebut
kelihatan berimpit.

Peralatan lain yang dirancang untuk keperluan ini adalah


rambu ukur khusus.
Baji Optis dan rambu
horisontal.
Baji Optis ( Optical Wedge )
Prosedure Pengukuran
Pasang Teodolite dan rambu ukur diatas titik.
Pasang Baji Optis dan pemberat pada Teodolite
Bidik rambu ukur dan atur shg kedua
bayangan skala rambu dan vernier terlihat
bersamaan. Dalam hal ini vernier digeser
secara optis sebesar 1/100 dari jarak miring
antara Teodolite dan rambu
Sebelum bidikan dibaca skala vernier dan
skala rambu diatur dalam keadaan koinsidensi.
Dengan memutar paralel plate micrometer.
Rambu Ukur Optical Wedge
Bacaan pada Rambu Ukur
Bacaan pada rambu Ukur
Bacaan rambu = 42,00 cm
Bacaan vernier = 1,20 cm
Bacaan Micrometer = 0,04 cm
----------------------------------------------------
Jarak Miring = 43,24 cm x 100
= 43,24 m

Jarak Datar ( H ) = Jarak miring x


cos
Beda Tinggi ( L) = i+Vh
KET :
= sudut miring dr bidang horisontal
i = tinggi alat teodolite
h = tinggi rambu ukur
V = jarak datar x tan
Lokasi Pengukuran

TB
Selamat Menjalankan
Aktifitas Semoga berhasil

Anda mungkin juga menyukai