Anda di halaman 1dari 26

PENENTUAN BEDA TINGGI DENGAN

TRIGONOMETRIS & BAROMETRIS


TRIGONOMETRIS
Beda Tinggi
• Beda tinggi antara dua titik, dihitung dari
besaran sudut tegak dan jarak
• Sudut tegak dari pengukuran dengan alat
theodolit.
• Jarak diperoleh dari pengukuran jarak
menggunakan pita ukur, substense bar, atau
pengukuran jarak secara elektronik (EDM)
• Penentuan beda tinggi dengan cara
trigonometris
Cara Trigonometris
• Tegakan theodolit di A. Ukur tingginya sumbu
mendatar dari A misalnya t.
• Tegakan target di B. Ukur tingginya target dari
B misalnya l.
• Ukur sudut tegak m (sudut miring) atau z
(sudut zenith)
• Ukur jarak mendatar D atau jarak Dm (dengan
EDM)
Cara Trigonometris

• hAB = (TB + BB’) + B’B” – TB


• hAB = D tan (m) + t – l = D cot (z) + t – l
Kondisi Teropong Miring D” D
θ

Oby
A
C C”
C’
θ
B’ O’ datar
D’
Dm O

Q
Ti
Δh
R
P Dt

Pengukuran jarak Optis Teropong Miring


Dari Gbr diatas :
f
Dm (
= )( D" C" ) + AB’
i
Karena D”C” ≈ DC Cos θ, maka :

Dm = (
f DC Cos θ + AB’ atau
)
i
Dm = 100 ( ba – bb ) Cos θ + D’

Pada pemetaan yang diperlukan adalah jarak datar (Dt), maka :

Dt = 100 ( ba – bb ) Cos2 θ + D’ Cos θ, atau

Dt = 100 ( ba – bb ) Cos2 θ + D”-------------------- ( iv )

Mengingat faktor D’ tidak akan melebihi 50 cm, maka rumus jarak optis antara dua
titik menjadi :

Dt = 100 ( ba – bb )Cos2 θ ----------------------- ( v )


BEDA TINGGI
Beda tinggi ( Δh ) antara Titik P dan Q dapat dihitung sebagai berikut :

Δh = RQ = PB’ + O’B – OB

Δh = PB’ + Dm Sin θ – OB

Δh = [ 100 ( ba – bb ) Cos θ. Sinθ + D’ Sin θ ] + PB’ – OB


100
Δh = [ ( ba – bb ) Sin2θ + D“’ ] + PB – OB ---- ( v )
2
Dimana PB’ merupakan tinggi alat ( Ti ) dan OB bacaan benang

tengah pada rambu ( bt ). Sehingga rumus ( v ) dapat ditulis :

100
Δh = [ ( ba – bb ) Sin2θ + D’ ] + Ti – bt, atau
2

Δh = Dt Tan θ + ( Ti – bt ) ........................ ( vi )
Tinggi Gedung

• Bila pengukuran antara A & B terhalang oleh


sesuatu, seperti Gambar, maka:
Caranya
• Misalkan pembacaan dengan garis bidik
mendatar ke rambu A adalah b, maka
• hAB = b + D tan (m)
• Bila tinggi A adalah HA, maka tinggi B adalah
HB.
• HB = HA + hAB

• Diasumsikan titik A & dasar gedung sejajar


BAROMETRIS
• Peristiwa (fenomena) alam menunjukkan
bahwa makin tinggi suatu tempat makin kecil
tekanannya.
• Hubungan antara tekanan dan ketinggian
adalah tidak sederhana, tetapi tergantung
dari temperatur, kelembaban, dan percepatan
gaya berat (gravity)
• Hubungan antara perubahan tekanan dengan
perubahan tinggi.
Hukum Boyle dan Charles
• PV = RT → R: Konstanta Gas
• Sementara hubungan massa m dengan volume V
dan kepadatan 
• m=V
• Untuk satu satuan massa, maka V = 1/, maka
• P=RT
• Bila perubahan tekanan udara adalah dp untuk
satu satuan luas sesuai dengan perubahan tinggi
dH, maka:
• dp = - g  dH
Perubahan tekanan
vs
Perubahan ketinggian

• Bila kedua persamaan di atas digabung, maka


RT dp
dH = −
g p

– dengan M: Modulus log Brigg = 0,4342945


h dalam Kondisi Standar
• Pada kondisi standar: - Ps = 101325 N/m2
Ps T  p2  - s = 1,2928 kg/m3
h=− log 
M s g s T s  p1  - Gs = 9,80665 N/kg
101.325 N/m2
= 18402.6457 m
0,4342945 1,2928 kg/m3 9,80665 N/kg

 p2 
h = −18402,6m log 
T
Ts  p1 
Prosedur Pengukuran
• Ada beberapa metode yang dapat
dilakukan, walaupun hanya
membahas 2 metode, yaitu:
1. Metode pengukuran tunggal
2. Metode pengukuran simultan
Pengukuran tunggal
• Titik A, B, C., D akan ditentukan tingginya
• Alat ukur yang dipakai
– 1 barometer, &
– 2 thermometer

• Anggap titik A sudah diketahui


• Catat tekanan & Temperatur di titik A
• Terus menuju B,C,D kemudian ke C,B lalu
ke A (Jadi kita sudah ukur BCDCBA)
• Tidak lupa ukur tekanan udara
Pengukuran Simultan
• Pencatatan tekanan dan temperatur udara di
dua titik yang akan ditentukan beda tingginya
dilakukan pada saat yang bersamaan
• Alat barometer dan thermometer yang
digunakan sebanyak dua buah Barometer dan
thermometer pertama ditempatkan di titik
yang diketahui tingginya sedangkan yang lain
di bawa ke titik-titik yang akan diukur.
Prosedurnya
Contoh Hasil Datanya
Koreksi Pembacaan
• Perhatikan bacaan Barometer I dan II di titik A
• Karena Barometer II jadi alat ukur, maka
Barometer I disesuaikan
• Pada pukul 6:50 → 679,7 – 681,1 = -1,4 mmHg
• Pada pukul 12:05 → 679,2 – 680,3 = -1,1 mmHg
• Rata2 selisih: -1,25 mmHg
• Pembacaan Barometer I ditambah (-1,25 mmHg)
Bisa Ditulis

• Untuk menentukan beda tinggi (h)


• h = -(18402,6)m.(T/273) log(P2/P1)
• T = temperatur rata2 dua stasiun (STA)
Beda Tingginya

hAD
Tinggi (H)
Rata2 beda tinggi di STA

Anda mungkin juga menyukai