Anda di halaman 1dari 16

ISOMETRI

Suatu pencerminan atau refleksi pada sebuah garis g adalah suatu transformasi yang mengawetkan
jarak atau juga dinamakan suatu isometri. Selain mengawetkan jarak antara dua titik, suatu isometri
memiliki sifat-sifat berikut.

Teorema 4.1
Sebuah isometri bersifat.
a. Memetakan garis menjadi garis
b. Mengawetkan besarnya sudut antara dua garis
c. Mengawetkan kesejajaran dua garis

Bukti :
a. Andaikan g sebuah garis dan T suatu isometri.
Kita akan membuktikan bahwa T ( g)=h adalah suatu garis juga.

B B’

A’
A
h
g

Ambil A ∈ g dan B∈ g.
Maka A ’=T (A )QUOTE ∈ h , B ’=T (B) ∈QUOTE h; melalui A’ dan B’ ada suatu garis, misalnya
h’.
Akan kita buktikan h’ = h.
Untuk ini akan dibuktikan h ' ⊂ h dan h ⊂h '

(i) Bukti h ' ⊂h


'
Ambil X ∈h ' . Oleh karena bidang kita adalah bidang Euclides, kita andaikan ( A ' X ' B '), artinya
' ' ' '
A X + X B = A ' B ' . Oleh karena T suatu transformasi maka ada X sehingga T (X )=X ' dan oleh
karena T suatu isometri maka AX = A ' X ' ; begitu pula AX + XB= AB. Ini berarti bahwa A, X, B
segaris pada g.
Ini berarti lagi bahwa X ' =T ( X )∈ QUOTE h.
Sehingga h ' ⊂h sebab bukti serupa berlaku untuk posisi X’ dengan (X ’ A ’ B ’) atau ( A ’ B ’ X ’).

(ii) Bukti h ⊂h '


Ambil lagi Y ' ∈h .
Maka ada Y ∈ g sehingga T ( Y ) =Y ' dengan Y misalnya (A Y B), artinya Y ∈ g dan AY + YB= AB .
Oleh karena T sebuah isometri maka A' Y ' =AY , Y ' B' =YB , A ' B '= AB
Sehingga A ' Y ' +Y ' B '= A ' B' . Ini berarti bahwa A ' , Y ' , B ' segaris, yaitu garis yang melalui A '
dan B' .
Oleh karena h ' satu-satunya garis yang melalui A ' dan B' maka Y ' ∈h ' . Jadi, haruslah h ⊂h ' .
Bukti serupa berlaku untuk keadaan (Y A B) atau (A B Y). Sehingga h=h ' .
Jadi kalau g sebuah garis maka h=T ( g)adalah sebuah garis.
b. Ambil sebuah ∠ ABC .
Akan ditunjukkan m(∠ ABC)=m(∠ A ' B ' C ')

A A’

B B’
C C’
(a) (b)
Andaikan A' =T ( A ) , B' =T ( B ) , C '=T ( C).
Menurut (a), maka A '´ B' dan B'´C ' adalah garis lurus.
∠ ABC=⃗ BA ∪ ⃗ ∠ A B C =⃗
B ' A ' ∪⃗
' ' '
Oleh karena BC maka B'C' sedangkan
' ' ' ' ' '
A B = AB , B C =BC , C A =CA
Sehingga ∆ ABC ≅ ∆ A ' B ' C ' . Jadi, ∠ A' B' C' =∠ ABC .
Sehingga suatu isometri mengawetkan besarnya sebuah sudut.

c.

a b’
b a’

Kita harus memperlihatkan a ' ∥ b '


Andaikan a’ memotong b’ di sebuah titik P’ jadi P ' ∈a ' dan P ∈b ' . Oleh karena T sebuah
transformasi, maka ada P sehingga T ( P ) =P ' dengan P ∈a dan P ∈b .
Ini berarti bahwa a memotong b di P; jadi bertentangan dengan yang diketahui bahwa a ∥ b .
Maka pengandaian a’ memotong b’ salah.
Jadi haruslah a ' ∥ b ' .

Akibat : salah satu akibat dari sifat (b) Teorema 1.3 ialah bahwa apabila a ⊥ b maka T (a)⊥ T (b)
dengan T sebuah isometri.

Contoh: Diketahui garis g ≡ {( x , y )∨ y=−x } dan garis h ≡ { ( x , y )∨ y=2 x−3 }.


Apabila M g adalah refleksi pada garis g tentukanlah persamaan garis h' =M g (h)
Jawab :
Y
Oleh karena M g sebuah refleksi pada
g jadi suatu isometri, maka menurut h
teorema sebelumnya, h’ adalah sebuah g
garis. h’
O
X
X
X
X X

X
Garis h’ akan melalui titik potong antara h dan g misalnya R, sebab M g ( R )=R .
Jelas bahwa R=(1 ,−1); h akan pula melalui Q' =M g ( Q )
3 ' 3
Oleh karena Q=( , 0) maka Q =(0 ,− )
2 2
Dengan demikian persamaan h ’ adalah:
'
h ={( x , y)∨x −2 y −3=0}

Tugas:
1. Diketahui garis g dan h seperti dapat dilihat pada gambar. Dengan menggunakan jangka dan
'
penggaris lukislah garis g =M h ( g ) dengan M h sebuah pencerminan pada garis h.
Jawab:

2. Diketahui garis-garis s, t, u dan titik A,B seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. T adalah
sebuah isometri dengan B=T ( A) dan u=T ( s). kalau t ⊥ s , lukislah t ' =T (t ).
Jawab:

s
A

3. Diketahui garis t, lingkaran l dengan pusat D dan segitiga ABC seperti pada gambar.
a) Lukislah M t ( ∆ ABC )
b) Hubungan apakah antara ∆ ABC dan M t ( ∆ ABC )?
c) Lukislah M t ( l )
Jawab:
a)
B

C
t
A
b) Perhatikan ∆ ABC dan ∆ A ' B ' C '
Karena A' =M t ( A ) ⇒OA ' =OA
' '
B =M t ( B ) ⇒ OB =OB
' '
C =M t (C ) ⇒OC =OC
Diperoleh m(∠ ABC)=m(∠ A ’ B ’ C ’)
AB=OA +OB=OA ’+ OB ’= A ’ B ’
m(∠ BAC)=m(∠B ’ A ’C ’)
Berdasarkan teorema, (Sd S Sd) maka ∆ ABC ≅ ∆ A ' B ' C ' .
c)

4. Diketahui garis t.
a) Lukislah sebuah ∆ ABC sehingga M t ( ∆ ABC )=∆ ABC (artinya: oleh M t , ∆ ABC dan hasil
refleksi pada t berimpit)
b) Lukislah sebuah lingkaran yang berimpit dengan petanya oleh M t .
c) Lukislah sebuah segi empat yang berimpit dengan petanya oleh M t .
Jawab:
a) b) c)

t
t t

5. Diketahui garis g={(x , y)∨x+2 y=1 } dan h={(x , y )∨x=−1 }.


'
Tulislah sebuah persamaan garis g =M h ( g ).
Jawab:
Y Karena Mh sebuah refleksi pada h, maka
g’ merupakan isometri.
Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri
C
memetakan garis menjadi garis”, dan
1
g' =M h ( g ), maka g’ adalah sebuah garis.
2
X
A’(-3,0) D A(1,0)
h:x = -1

Titik A(1,0) merupakan titik potong antara garis g dan sumbu X.


Titik C merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi C ∈ g dan C ∈ h .
Karena C ∈ h maka M h (C )=C
Jadi g’ akan melalui titik C, dan g’ akan Karena isometri maka DA ’=AD =2
'
melalui A =M h ( A ) Jadi, AA ’=AD + DA ’=2+2=4
 Koordinat titik C Misal titik A ’ (x ’ , y ’)
g ≡ x +2 y=1 Absis titik A ’ adalah 1−4=−3
x +2 y – 1=0 Diperoleh x ’=−3 dan y ’= y=0
h ≡ x=−1 Jadi, A ’ (−3,0)
substitusikan x=−1 ke persamaan garis Jadi, g’ melalui titik C (−1,1) dan A ’ (−3,0)
g ≡ x +2 y=1, diperoleh: Persamaan garis g’:
−1+2 y – 1=0 y− y1 x−x 1
=
2 y=2 y 2− y 1 x 2−x 1
y=1 y−1 x−(−1)
=
Jadi C (−1,1) 0−1 −3−(−1)
 Kordinat A' =M h ( A ) y−1 x+1
=
Titik D(−1,0) adalah titik potong h dengan −1 −2
sumbu X. −2 ( y−1 )=− ( x +1 )
AD=x A – x D =1−(−1)=2 x−2 y +3=0
Jadi, g ’={( x , y )∨x−2 y+ 3=0 }

6. Diketahui garis g={(x , y)∨3 x− y+ 4=0 } dan h={( x , y )∨ y=2 }.


Tulislah persamaan garis g ’=M h (g).
Jawab:
Y
Karena M h sebuah refleksi pada h, maka g
merupakan isometri.
A(0,4)
Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri memetakan
garis menjadi garis”, dan M h ( g )=g ' , maka g’ D h
adalah sebuah garis. C
Titik A(0,4) merupakan titik potong antara garis g A’(0,0) X
dan sumbu Y.
Titik C merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi C ∈ g dan C ∈ h.
Karena C ∈ h maka M h (C )=C ,
Jadi g’ akan melalui titik C, dan g’ akan melalui A' =M h ( A )
 Koordinat titik C −2
Jadi C ( , 2)
g ≡3 x− y + 4=0, h ≡ y =2 3
substitusikan y=2 ke persamaan garis
g ≡3 x− y + 4=0, diperoleh:
3 x – 2+ 4=0  Koordinat A' =M h ( A )
3 x=−2 Titik D(0,2) adalah titik potong h dengan
−2 sumbu Y.
x=
3 AD= y A − y D =4−2=2
Karena isometri maka DA ’=AD =2 Diperoleh y ’=0 dan x ’=x =0
Jadi, AA ’=AD + DA ’=2+2=4 Jadi, A ’ (0,0)
Misal titik A ’( x ’ , y ’)
Ordinat titik A’ adalah 4 - 4 = 0
−2
Jadi, g’ melalui titik C ( , 2) dan A ’ (0,0)
3
Persamaan garis g’:
−2 2
x −( ) x+
y− y1 x−x 1 y−2 3 y−2 3
= ⟺ = ⟺ =
y 2− y 1 x 2−x 1 0−2 −2 −2 2
0−( )
3 3

( ) 2
( y−2 )=−3 x + ⟺ y=−3 x ⇔ y +3 x=0
3
Jadi, g ’={(x , y )∨ y +3 x=0 }

7. Diketahui garis-garis g={(x , y)∨ y=0 }, h={(x , y )∨ y=x }, dank ={( x , y )∨x=2 }.
Tulislah persaman garis-garis berikut:
a). M g ( h ) b). M h ( g )
c). M g ( k ) d). M h ( k )
Jawab:
a). Karena M g sebuah refleksi pada g maka menurut Y
teorema, “Sebuah isometri memetakan garis menjadi h: y=x
garis”, dan M g ( h ) =h ' , maka h ' adalah sebuah garis.
A
Titik O(0,0) merupakan titik potong antara garis g dan
h. Jadi, O ∈ g dan O ∈h . X
g
Karena O ∈ g maka M g ( O )=O A’
Jadi h’ akan melalui titik O(0,0)
Ambil sebarang titik di h, misal A(1,1), maka h’ juga h’: y = - x
'
akan melalui A =M g ( A ).
M g ( x , y )=(x ,− y )
Jadi, A ’ (1,−1)
Garis h’ melalui titik O(0,0) dan A ’ (1,−1)
Persamaan garis h’:
y− y1 x−x 1 y−0 x−0
= ⟺ = ⟺ y=−x
y 2− y 1 x 2−x 1 −1−0 1−0
Jadi, h '={(x , y )∨ y=−x }.

b). Karena M h sebuah refleksi pada h maka menurut teorema, “Sebuah Y


isometri memetakan garis menjadi garis”, dan M h ( g )=g ' , maka g’
adalah sebuah garis. h: y=x
Titik O(0,0) merupakan titik potong antara garis g dan h. Jadi, O ∈ g
dan O ∈h . C’(0,1)
Karena O ∈h maka M h (O ) =O X g:y=0
Jadi g’ akan melalui titik O(0,0) C(1,0)
Ambil sebarang titik di g, misal C (1,0), maka g’ juga akan melalui C ' =M h ( C )
M h ( x , y )=( y , x)
Jadi, C ' (0,1)
Garis g’ melalui titik O(0,0) dan C ’(0,1)
Persamaan garis g’:
y− y1 x−x 1 y−0 x−0
= ⟺ = ⟺ x =0
y 2− y 1 x 2−x 1 1−0 0−0
Jadi, g ' ={(x , y)∨x=0 }.

c). Karena M g sebuah refleksi pada g maka menurut teorema, “Sebuah isometri memetakan garis
menjadi garis”, dan M g ( k ) =k ' , maka k’ adalah sebuah garis. Y k: y=2
Titik P(2,0) merupakan titik potong antara garis g dan k. Jadi, P ∈ g dan
P ∈k . 1
Karena P ∈ g maka M g ( P )=P maka k’ akan melalui titik P(2,0)
2
1 X:g
Ambil sebarang titik di k, misal B(2 , ), maka k’ juga akan melalui P(2,0)
2
'
B =M g ( B )
M g ( x , y )=(x ,− y )
1
Jadi, B' (2 ,− )
2
1 1
Garis k’ melalui titik P(2,0), B(2 , ) dan B' (2 ,− )
2 2
Jadi, k '={(x , y )∨x=2 }.

d). Karena M h sebuah refleksi pada h maka menurut teorema, “Sebuah isometri memetakan garis
menjadi garis”, dan M h ( k )=k ' , maka k’ adalah sebuah Y k h
garis.
Titik A(2,2) merupakan titik potong antara garis h dan k.
Jadi, A ∈h dan A ∈ k .
Karena A ∈h maka M h ( A )= A maka k’ akan melalui titik k’ B’(0,2) A(2,2)
A(2,2)
B(2,0) X
Ambil sebarang titik di k, misal B(2,0), g
M h ( x , y )=( y , x)
Jadi B' (0,2)
Garis k’ melalui A(2,2) dan B’(0,2)
Persamaan garis k’:
y− y1 x−x 1 y−2 x −0
= ⟺ = ⟺ y=2
y 2− y 1 x 2−x 1 2−2 2−0
Jadi, k '={(x , y )∨ y=2 }.
8. Jika g={(x , y)∨ y=x } dan h={( x , y )∨ y=3 – 2 x }, tentukan persamaan garis M g (h).
Jawab:
Karena Mg sebuah refleksi pada h, maka merupakan isometri. Y
Menurut teorema, “Sebuah isometri memetakan garis
menjadi garis”, dan M g ( h ) =h ' , maka h’ adalah sebuah garis.
B(0,3) g: y=x
Titik A merupakan titik potong antara garis g dan h.
Jadi, A ∈ g dan A ∈h . 3
A
Karena A ∈ g maka M g ( A )= A 2 B’(3,0) X
Jadi h’ akan melalui titik A 3
( ) 3
Ambil titik B(0,3) dan C , 0 karena g : y=x maka
2
2
M g ( B )=B ' dan M g ( C )=C ' .
Jadi h’ melalui B’ dan C’
Persamaan garis h’:
y− y1 x−x 1 y −0 x−3 3 9
= ⟺ = ⟺−3 y = x− ⟺−6 y=3 x−9
y 2− y 1 x 2−x 1 3 0−3 2 2
−0
2
Jadi, h ’={( x , y )∨3 x+ 6 y−9=0 }.

9. Jika g={(x , y)∨ y=−x } dan h={( x , y )∨3 y=x +3 }, selidikilah apakah A(−2,−4 ) terletak
pada garis h' =M g ( h ).
Jawab:
Y
Karena Mg sebuah refleksi pada h, maka merupakan isometri.
Menurut teorema, “Sebuah isometri memetakan garis
menjadi garis”, dan M g ( h ) =h ' , maka h’ adalah sebuah garis.
B’(0,3)
Titik D merupakan titik potong antara garis g dan h.
h: 3y=x+3
Jadi, D ∈ g dan D ∈h . D
C(0,1)
Karena D ∈ g maka M g ( D )=D
B(-3,0) C’ X
Jadi h’ akan melalui titik D
Ambil titik B(−3,0) dan C (0,1) karena g : y=−x maka
M g ( B )=B ' dan M g ( C )=C '
g: y=-x
Jadi h’ melalui B’ dan C’
Persamaan garis h’:
y− y1 x−x 1 y−0 x−(−1)
= ⟺ = ⟺ y =( x+1 ) 3 ⟺ y=3 x+ 3
y 2− y 1 x 2−x 1 3−0 0−(−1)
Jadi, h ’={( x , y )∨ y=3 x +3 }
Akan diselidiki apakah A(−2,−4 ) terletak pada garis h' =M g ( h )
Substitusikan A(−2,−4 ) pada h ’ : y =3 x +3
Maka h ’ :−4=3(−2)+ 3
⟺−4=−3 ( pernyataan yang salah)
Diperoleh A(−2,−4 ) tidak memenuhi persamaan h ’ : y =3 x +3 , artinya A(−2,−4 ) tidak terletak
pada garis h' =M g ( h ) .

10. Diketahui lingkaran l= {( x , y ) : ( x −2 )2+ ( y −3 )2=4 }


T sebuah isometri yang memetakan titik A(2,3) pada A ’ (1,−7). Tentukan persamaan
himpunan T (l). Apakah peta l juga lingkaran?
Jawab:
l= {( x , y ) : ( x −2 ) + ( y −3 ) =4 }
2 2

A ’=T (A ) dengan A(2,3) dan A ’ (1,−7).


L adalah lingkaran dengan pusat (2,3) dan jari-jari=2.
Karena A adalah pusat lingkaran l, maka A’=(1,-7) adalah pusat lingkaran l’=T(l).
Sehingga T ( l )=l '={( x , y ) : ( x−1 )2 + ( y +7 )2=4 }
Peta l yaitu l ' adalah lingkaran karena isometri T mengawetkan besarnya sudut yaitu 360o.

11. Diketahui lima garis g, g’, h, h’, dan k sehingga g' =M k (g), dan h' =M k (h) . Apabila g ' ∥ h '
buktikan bahwa g ∥ h.
Jawab:
Dipunyai g ' ∥h ' .
Adt g ∥ h
Andaikan g tidak sejajar h, maka menurut teorema, bahwa isometri M k mengawetkan kesejajaran
dua garis, diperoleh g’ tidak sejajar dengan h.
Padahal dipunyai g ' ∥ h ' , maka pengandaian harus dibatalkan.
Artinya g ∥h.

12. Diketahui garis-garis g, h, dan h’ sehingga h’=M g(h). Apakah ungkapan-ungkapan di bawah ini
benar?
a. Jika h ' ∥ h, maka h ∥ g.
b. Jika h ’=h maka h=g.
c. Jika h' ∩h={ A }, maka A ∈ g .
Jawab:
a. Benar c. Benar
h’ g h
A

b. Benar h
h'
h’ g
g
h

13. Buktikan sifat berikut: Apabila g ⊥ h maka M h ( g )=g. Apakah ini berarti bahwa apabila P ∈ g
maka M h ( P )=P?
Jawab:
Dipunyai g ⊥ h.
Adt M h ( g )=g.
Karena M h mengawetkan besarnya dua sudut yaitu sudut antara g dan h sebesar 90o, maka sudut
antara g’ dan h juga 90o. Sehingga g’ merupakan pelurus g. Jadi, g’ berimpit dengan g sehingga
M h ( g )=g.
P P’ g
Kasus I. P ∈h maka M h ( P )=P.
h
Kasus II. P ∈ g, P ∉h . Karena M h isometri maka OP=OP ’ . Diperoleh P=P ’ .
Jadi, M h ( P ) ≠ P. P P’ g
h

15. Jika g = {(x,y) | y = 2x + 3} dan h = {(x,y) |y = 2x + 1}, tentukan persamaan garis h’ = Mg(h).
Jawab:
Karena Mg sebuah refleksi pada h maka merupakan Y
h’
isometri. g
E
Menurut teorema, “Sebuah isometri memetakan garis h
menjadi garis”, dan Mg(h) = h’, maka h’ adalah sebuah
D(0,3)
garis.

( )
−1 B(0,1)
Titik A ,0 merupakan titik potong antara garis h F
2 X
1
dengan sumbu X. 
Titik B(0,1) merupakan titik potong antara garis h dengan 2
sumbu Y.

( )
3
Titik C , 0 merupakan titik potong antara garis g dengan sumbu X.
2
Titik D(0,3) merupakan titik potong antara garis h dengan sumbu Y.
Sehingga AC=1 , BD=1

Diperoleh h’ memotong sumbu X di titik F (−5


2
,0 )
h’ memotong sumbu Y di titik E(0,5)
Persamaan garis h’ melalui F dan E sehingga persamaan g’:
x−( )
−5
y− y1 x−x 1
= ⟺
y−0
=
2 5
( ) 5
⟺ y=5 x+ ⟺ 5 y=10 x+ 25
y 2− y 1 x 2−x 1 5−0
0−( )
−5
2
2 2

⟺ y−2 x−5=0
Jadi, h ’={( x , y )∨ y−2 x−5=0 }.

16. Suatu transformasi T ditentukan oleh T (P)=( x +1,2 y) untuk semua P( x , y ).


a. Jika A(0,3) dan B(1,-1) tentukan A’=T(A) dan B’=T(B). Tentukan pula persamaan ABdan A ' B' .
b. Apabila C (c , d)∈ AB selidiki apakah C ’=T (C) ∈ AB
c. Apabila D ' (e , f )∈ AB selidiki apakah D ∈ AB dengan D '=T (D) .
d. Menurut teorema, disebutkan bahwa jika transformasi T suatu isometri maka peta sebuah garis
adalah suatu garis. Apakah kebalikannya benar?
Jawab:
T ( P ) =( x+1,2 y ) ∀ P(x , y)
a. A(0,3) , B (1 ,−1)
A ’=T (A )=( 0+1,2(3))=(1,6) y + 4 x−3=0
B’=T (B)=(1+ 1,2(−1))=(2 ,−2) y − y 1 x−x 1
A ' B' ⟹ =
y− y 1 x−x 1 y 2− y 1 x 2−x 1
AB ⟹ =
y 2− y 1 x 2−x 1 y−(−2) x−2
=
y−(−1) x−1 6−(−2) 1−2
=
3−(−1) 0−1 y+ 2 x−2
=
y+ 1 x−1 8 −1
=
4 −1 − y−2=8 x−16
− y−1=4 x −4 y +8 x−14=0

b. C (c , d)∈ AB
Akan diselidiki C ’=T (C) ∈ A ' B '
Karena A ’=T (A ), B’=T (B), maka A ' B' merupakan peta dari AB.
Sehingga jika C ∈ AB maka C ’=T (C) QUOTE ∈ A ' B '

c. D ’(e , f ) QUOTE ∈ AB diselidiki apakah D ∈ AB dengan D ’=T (D).


Karena A ' B' merupakan peta AB maka jika D ’ ∈ AB QUOTE pasti D ∈ AB .

d. Dipunyai h’ adalah garis.


Akan ditunjukkan h adalah garis dengan h’=T(h).
Andaikan h bukan garis maka h’=T(h) bukan garis.
Padahal dipunyai h’ garis.
Maka pengandaian harus dibatalkan. Artinya, h suatu garis .
Jadi, jika h’ garis maka h juga garis dengan h’=T(H).

18. Ada berapa refleksi garis dengan sifat berikut:


a. Sebuah segitiga sama kaki direfleksi pada dirinya sendiri?
b. Sebuah persegi panjang direfleksi pada dirinya sendiri?
c. Sebuah segiempat beraturan direfleksi pada dirinya sendiri?
Jawab:
a. 1 refleksi

b. 2 refleksi
c. 4 refleksi

Isometri Langsung dan Isometri Lawan


Perhatikan Gambar 1 ini Anda melihat suatu transformasi T yang memetakan segitiga ABC pada
segitiga A1 B1 C1 misalnya sebuah pencerminan pada garis g.
C1
B2

A1

B1 C B
C C2
A2

B g
Gambar 1 Gambar 2 A

Tampak bahwa apabila pada segitiga ABC, urutan keliling adalah A → B →C adalah berlawanan
denganA putaran jarum jam maka pada petanya, yaitu segitiga A1 B 1 C 1, urutan kelilingnya
A1 → B 1 → C 1 adalah sesuai dengan putaran jarum jam. Pada Gambar 2 Anda lihat juga suatu
isometri, yaitu suatu rotasi (putaran) mengelilingi sebuah titik O.

Kelak akan dibicarakan lebih mendalam tentang rotasi ini.

Di sini dikemukakan sekedar sebagai contoh. Kalau pada segitiga ABC urutan keliling A → B →C
adalah berlawanan arah maka pada petanya yaitu pada segitiga A2 B 2 C 2 urutan keliling
A2 → B2 →C 2 tetap berlawanan dengan putaran jarum jam.

Untuk membahas lebih lanjut fenomena isometri di atas, kita perkenalkan konsep orientasi tiga titik
yang tak segaris. Andaikan (P1, P2, P3) ganda tiga titik yang tak segaris. Maka melalui P 1, P2, dan P3
ada tepat satu lingkaran l. kita dapat mengelilingi l berawal misalnya dari P1 kemudian sampai P2, P3
dan akhirnya kembali ke P1.

Apabila arah keliling ini sesuai dengan putaran jarum jam, maka dikatakan bahwa ganda tiga titik
(P1, P2, P3) memiliki orientasi yang sesuai dengan putaran jarum jam (atau orientasi yang negatif).
Apabila arah keliling itu berlawanan dengan arah putaran jarum jam, maka dikatakan bahwa ganda
tiga titik (P1, P2, P3) memiliki orientasi yang berlawanan dengan putaran jarum jam (atau orientasi
yang positif). Jadi pada Gambar 1, (A,B,C) memiliki orientasi positif sedangkan ( A1 B 1 C 1) memiliki
orientasi yang negatif. Pada Gambar 2, orientasi (ABC) adalah positif dan orientasi ( A2 B 2 C 2) tetap
positif.

Jadi pencerminan pada Gambar 1 mengubah orientasi sedangkan putaran pada Gambar 2
mengawetkan orientasi.
Definisi:
1. Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik tak segaris (P1,
P2, P3) orientasinya sama dengan ganda (P1’, P2’, P3’) dengan P1’ = T(P1), P2’ = T(P1), P3’ =
T(P3).
2. Suatu transformasi T membalik suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik tak segaris (P1, P2,
P3) orientasinya tidak sama dengan orientasi peta-petanya (P 1’, P2’, P3’) dengan P1’ = T(P1), P2’
= T(P2), P3’ = T(P3).

Definisi:
Suatu transformasi dinamakan langsung apabila transformasi itu mengawetkan orientasi; suatu
transformasi dinamakan transformasi lawan apabila transfomasi itu mengubah orientasi. Salah satu
sifat penting dalam geometri transformasi kita adalah:

Teorema 4.2 : Setiap refleksi pada garis adalah isometri lawan.


Teorema ini tanpa bukti.
Tidak setiap isometri adalah isometri lawan. Anda dapat melihat pada Gambar 2 di situ isometri kita
(yaitu rotasi pada titik O) adalah sebuah isometri langsung. Oleh karena itu dapat kita kemukakan
teorema berikut, tanpa bukti yaitu :

Teorema 4.3 : Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah isometri lawan.

Tugas :
1. Pada gambar berikut, ada tiga titik tidak segaris, yaitu P, Q, R, S dan T adalah isometri-isometri
dengan P’ = T(P), Q’ = T(Q), R’ = T(R) sedangkan P’’ = S(P), Q’’ = S(Q), R’’ = S(R). Termasuk
golongan manakah T dan S itu?

Q P’’
R’

P’ Q’’
R’’
P
R Q’

Jawab :
R’
P’’
Q
P’
R’’
Q’’
R
P
Q’
Jadi T merupakan isometri lawan dan S merupakan isometri langsung.

2. Isometri T memetakan A pada X; B pada Y; dan C pada Z. Apabila T sebuah isometri lawan
tentukan titik Z.
Jawab:
A

C
B

Z Y
3. Sebuah isometri S memetakan D pada W, E pada Z dan F pada U. Apabila S sebuah isometri
langsung, tentukan U.
Jawab:
D Z

F
E W

4. Diketahui sebuah titik A dan dua transformasi T dan S yang didefinisikan sebagai berikut:
T ( A )= A , S( A)= A . Jika P ≠ A , T (P)=P’ dan S(P)=P ’ ’ . P ’ adalah titik tengah ruas garis
APsedangkan A titik tengah PP' ' . Termasuk golongan manakah masing-masing transformasi S
dan T itu?
Jawab:
T ( A )= A , S( A), jika P ≠ A ⟺ T ( P)=P’ , S (P)=P”
Ilustrasi:

P” A P’ P

Dari gambar diperoleh S isometri lawanan karena PA =−P' ' A


Dan T isometri langsung karena PA =P ' A
5. Tentukan koordinat-koordinat titik P pada sumbu X sehingga ∠ APO=∠ BPX .
Diketahui bahwa A=(0,3) dan B=(6,5).
Jawab:
A=(0,3) dan B=(6,5).
Agar ∠ APO=∠ BPX maka,
tan α=tan β
3 5 B
=
x 6−x A
18−3 x=5 x
9
x= α β
4
9 x A 6-x
Jadi, agar ∠ APO=∠ BPX maka P( , 0)
4

6. Sebuah sinar memancar dari titik A(6,4) dan diarahkan ke titik P(2,2) pada sebuah cermin yang
digambar sebagai garis g={( x , y)∨ y=x }. Ada sebuah garis h={(x , y )∨x=−1}. Sinar yang
dipantulkan memotong garis h pada sebuah titik Z. Tentukan koordinat- koordinat titik Z.
Jawab:
Y
Koordinat A ’ (4,6) g; y=x
Persamaan sinar A ’ P A’
y − y1 x−x 1
= A(6,4)
y 2 − y 1 x 2− x1 P(2,2)
y −6 x−4
⇔ = X
2−6 2−4
⇔ −2( y −6 )=−4( x−4 )
⇔ −2 y+12=−4 x+16
⇔ 2 y−4 x+4=0
Jika x=−1 maka 2 y+ 4 +4=0
Jadi, y=−4 Z
Jadi, koordinat Z(−1,−4 )
h: x=-1

7. Diketahui garis-garis g dan h dan titik-titik P dan R.


Diketahui bila bahwa P’=Mg(P), P”=Mh(P’), R’=Mg(R), dan R”=Mh(R).
a. Lukislah P’ dan R”
b. Bandingkan jarak PR dan P”R”
Jawab:
Karena PR = P’R’ (isometri mengawetkan jarak) g
Maka jarak P’ dengan h = jarak P’’ dengan h
Jarak R’ dengan h = jarak R’’ dengan h
Jadi jarak P’R’ = jarak P’’R’’
R
Karena jarak PR = jarak P’R’ dan jarak P’R’ = jarak
P’’R’’, maka jarak PR = jarak P’’R’’.

P h
8. Diketahui bahwa T dan S adalah padanan-padanan sehingga untuk semua titik P berlaku
T ( P)=P’ dan S(P ’)=P ’ ’ .
W adalah sebuah fungsi yang didefinisikan untuk semua P sebagai W (P)=P ’’ .
Apakah W suatu transformasi?.
Jawab:
W suatu fungsi sehingga ∀ titik P ∃ P” ∈ S ∋ W(P) = P”.
 Ditunjukkan W surjektif
Pikirkan sebarang titik A(x,y)
T S
Jelas A(x,y) → A’(x’,y’) → A”(x”,y”), atau
W
A(x,y) → A”(x”,y”)
Jadi, ∀ titik A ∃ A” ∈ S ∋ W(P) = P”.
Jadi, W surjektif.
 Ditunjukkan W injektif
Pikirkan sebarang titik B(x,y) dan C dengan B≠C.
W
Jelas B → B” = W(B)
W
C → C” = W(C) , dengan W(B) ≠ W(C)
Jadi, ∀ titik B dan C dengan B≠ C berlaku W ( B)≠ W (C).
Jadi, W injektif.
Jadi, karena W surjektif dan injektif maka W merupakan transformasi.

´ ∥ g . Dengan
10. Diketahui sebuah garis g dan titik A, A’ dan B sehingga M g ( A )= A ' dan garis AB
menggunakan suatu penggaris saja tentukan titik B' =M g ( B )
Jawab:
A B
g
A’ B’

Anda mungkin juga menyukai