Anda di halaman 1dari 25

INFEKSI NOSOKOMIAL

NENG ELSA NOVI WIDIAN OPA MAULANA


RONI APRIYANA SAEFUL AFIAT SITI KOMALA
SITI NURJANAH TITA KARTIKA
Apa Itu Infeksi ?

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala
klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit
telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala
setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Rantai Proses Infeksi
Reservoir

Rantai proses infeksi adalah Jalan keluar


rangkaian proses masuknya kuman Inang
kuman
ke dalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit.
Proses tersebut melibatkan beberapa
unsur, di antaranya

Jalan Masuk Jalur


kuman Penyebaran
Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara,
diantaranya :
Kontak Tubuh
Kuman Masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan
secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman.
Makanan dan Minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus
abdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada
nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit sistem pernapasan (penyebaran
kuman tuberculosis) atau sejenisnya.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Infeksi
Sumber Penyakit

Kuman Penyebab Daya Tahan Tubuh

Cara Membebaskan Cara Masuknya


Sumber dari Kuman Kuman

Cara Penularan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam
sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebara di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lainnya.
Pengertian Infeksi dan Infeksi Nosokomial Infeksi adalah invasi tubuh oleh
patogen ataumikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter &
Perry, 2005).
Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat dari
rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan pasien
tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah
sakit.
Petugas
Kesehatan

Pasien Pengunjung

Sumberl
Faktor Alat
Lain
Infeksi
Nosokomial

Agen
Parasit
Infeksi

Virus Bakteri
WHO dalam Depkes (2001) menyatakan bahwa, indikator adalah variabel untuk
mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut
tidak dapat diukur. Indikator pengendalian infeksi nosokomial menurut Depkes tahun
2001 meliputi Angka Pasien Dekubitus, Angka Kejadian dengan jarum infus, dan Angka
Kejadian Infeksi Luka Operasi. Ketiga indicator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Angka Pasien dengan Dekubitus (Dekubitus Ulcer Rate)
Angka Infeksi karena Jarum Infus (Intravenous Cabule Infection Rate)
Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate)
Banyaknya pasien dengan decubitus x 100% Total pasien tirah baring total bulan itu
Bulan

Banyaknya kejadian infeksi kulit karena jarum infus x 100% total kejadian pemasangan infus pada bulan tersebut
Bulan

Banyaknya pasien dengan decubitus x 100% Total pasien tirah baring total bulan itu
Bulan
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya infeksi nosokomial yang dikemukakan
Darmadi (2008) adalah:
Faktor-faktor luar (extrinsic factor)
Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors)
Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay)
Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak
jaringan, lamanya paparan (length of exposure) antara sumber penularan (reservoir)
dengan penderita.
Faktor Keperawatan yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Peran perawat dalam pengendalian infeksi adalah menyediakan layanan konsultasi
mengenai semua aspek pencegahan dan pengendalian infeksi dengan menggunakan
metode yang berdasarkan bukti penelitian, praktisi, dan keefektifan biaya (Brooker,
2008).
Berpartisipasi dalam Komite Pengendalian Infeksi
mempromosikan pengembangan dan peningkatan teknik keperawatan yang berkaitan
dengan pengendalian infeksi nosokomial, dan pengawasan teknik aseptik yang dilakukan
oleh perawat dengan persetujuan Komite Pengendalian Infeksi
Mengembangkan pelatihan program bagi setiap perawat
Mengawasi pelaksanaan teknik pencegahan infeksi di daerah khusus seperti ruang
operasi, ruang perawatan intensif, ruang persalinan, dan ruang bayi baru lahir
Pemantauan kepatuhan perawat terhadap kebijakan yang dibuat oleh kepala ruangan
Mempertahankan suplai peralatan, obat-obatan dan perlengkapan perawatan yang aman
dan memadai di ruangan.
Infeksi nosokomial disebut juga dengan Hospital acquired infection apabila
memenuhi batasan / kriteria sebagai berikut:
Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi
tersebut.
Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai
dirawat.
Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti
bahwa infeksi didapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum
pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.
Demam
Bernapas cepat
Kebingungan mental
Tekanan darah rendah
Urine output menurun
Pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan darah
dalam air seni
Sel darah putih tinggi
Radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk
batuk.
Infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah
atau luka
Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :
Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang
permanen serta kematian.
Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan
meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal
dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat
bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa
sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu
yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai,
kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali
Perbaiki Ketahanan Tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri
yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan
membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga
keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti
apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia.
Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan
kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV.
Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :
Cuci Tangan

Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.
Segera setelah melepas sarung tangan.

Di antara sentuhan dengan pasien.


Sarung Tangan
Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.
Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan
tubuh.
Baju Pelindung
Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh
Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
Kain
Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
Peralatan Perawatan Pasien
Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan
mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
Pembersihan Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
Hindari memasang kembali penutup jarum bekas

Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai


Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk
menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
Pengendalian Infeksi Nosokomial dan Pencegahan infeksi nosokomial yang
dikemukakan oleh WHO (2002) menyatakan bahwa infeksi nosokomial membutuhkan
keterpaduan, pemantauan, dan program dari semua tenaga kesehatan profesional
yang meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker, dan lain-lain. Pencegahan infeksi
nosokomial yang menjadi kunci utama yaitu:
Membatasi transmisi organisme antara pasien dalam melakukan perawatan pasien
secara langsung melalui cuci tangan, menggunakan sarung tangan, teknik aseptik
yang tepat, strategi isolasi, sterilisasi dan teknik desinfektan
Mengendalikan lingkungan yang berisiko untuk infeksi
Melindungi pasien dengan penggunaan profilaksis antimikroba yang tepat, nutrisi,
dan vaksinasi
Membatasi risiko terjadinya infeksi endogenous dengan meminimalkan prosedur
invasif, dan mempromosikan penggunaan antimikroba yang optimal
Surveilans infeksi, mengidentifikassi dan mengendalikan wabah
Pencegahan infeksi pada tenaga kesehatan
Peningkatkan pelayanan asuhan keperawatan secara terus menerus dengan
memberikan pendidikan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
MASALAH KESELAMATAN DAN
KEAMANAN KERJA
Pengkajian
Merupakan tindakan mengkaji ada atau tidaknya faktor yang mempengaruhi atau
menyebabkan infeksi,
Seperti penurunan daya tahan tubuh
Status nutrisi
usia, stress
dan lain-lain.
Pengkajian selanjutnya adalah memeriksa ada atau tidaknya tanda klinikk infeksi
(seperti pembengakakam, kemerahan, panas, nyeri, pada daerah lokasi infeksi) dan
tanda sistemik (seperti demam, malaise, anoreksia, sakit kepala, muntah, atau
diare).
Diagnosa
Hal yang perlu diperhatikan adalah risiko terjadinya infeksi yang berhubungan dengan
proses penyebaran kuman.

Perencanaan
Tujuan
Mencegah terjadi infeksi atau penyebaran kuman

Rencana Tindakan
Melakukan Tindakan untuk mengahambat penyebaaran kuman, seperti mencuci
tangan, memakai masker, memakai sarung tanagn, sterilisasi dan desinfeksi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan Keperawatan
Cuci Tangan
Menggunakan Sarung Tangan
Menggunakan Masker
Desinfeksi
Sterilisasi

Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah risiko infeksi (penyebaran kuman) secara umum dilakukan
untuk menilai ada atau tidaknya tanda infeksi nosocomial seperti penyebaran kuman
ke pasien atau orang lain.
TERIMA KASIH
Ada Pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai