Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus Mati

TENGGELAM
Oleh:
ROLAN HARABITI, dr

PUSKESMAS BALONG
2017
Identitas

Nama : an. H.S


Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar SMP
Agama : Islam
Alamat : Jonggol Jambon
Tanggal kedatangan : 24 februari 2017
Ilustrasi Kasus

24 Februari 2017 pukul 16.20 WIB


Korban Tenggelam di sungai
Dam Lodempo desa joggol pada
pukul 16.00 wib, sungai tersebut
mempunyai kedalaman 1,7
Pemeriksaan Fisik

Airway : Keluar Cairan dari mulut dan hidung

Breathing : tidak ada nafas spontan, cyanosis


(+) pada bibir dan ujung jari

Circulation : Nadi tidak teraba, CRT > 2detik

Disabiliti : Pupil Midriasis Maksimal, GCS 111.


Status generalis :

Kulit : Kulit Basah, teraba dingin, keriput pada


ujung-ujung jari, pucat.
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : keluar cairan dari hidung
Mulut : mukosa bibir tidak kering, bibir sianosis,
keluar cairan dari mulut
Tenggorokan : tidak dapat di evaluasi, lidah
jatuh.
Leher : kaku kuduk (-), JVP (-)
Dada : tidak ada pergerakan nafas
Jantung : tidak terdengar bunyi jantung
Paru : tidak ada suara nafas spontan
Abdomen : kembung, pada penekanan ada
hambatan dan keluar cairan lewat mulut
Genitalia : tidak diperiksa
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral Dingin, CRT > 2 detik,
pucat, keriput dan kebiruan.
Penatalaksanaan Di IGD PKM

Nilai AVPU
High quality CPR selama 20 menit:
Pijet jantung
Napas bantuan dengan 02 NRBM
Suction untuk membebaskan jalan napas
Intubasi
Injeksi epinefrin 1 ampul
KIE keluarga.
SPV
TINJAUAN
PUSTAKA
Tenggelam

Tenggelam adalah akibat dari terbenamnya


seluruh atau sebagian tubuh ke dalam
cairan. Dimana kematian yang disebabkan
oleh terisinya paru-paru oleh suatu cairan,
yang pada umumnya air, menyebabkan
orang sulit bernapas dan dapat
menyebabkan kematian akibat sesak
napas.
Mekanisme
Kematian
Korban terbenam dengan gaya gravitasi

BJ tubuh < BJ air

Reaksi awal usaha bernafas dan air akan masuk


tertelan/terinhalasi

BJ korban > BJ air

Korban tenggelam
Klasifikasi

Berdasarkan kondisi paru


Typical Drowning
Atypical drowning
Dry drowning
Immersion syndromme (vagal
inhibition)
Submersion of the unconcious
Delayed death (near drowning dan
secondary drowning)
Typical drowning
adanya hambatan pada saluran napas dan
paru karena adanya cairan yang masuk ke
dalam tubuh
cairan masuk ke dalam saluran
pernapasan setelah korban tenggelam
penyebab kematian yang terjadi, yaitu
akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada
kasus tenggelam di air tawar, dan edema
paru pada kasus tenggelam di air asin
Tubuh akan berusaha secara tidak sadar untuk
mengambil oksigen yakni bila kadar karbondioksida
dalam darah sangat tinggi dan kadar oksigen telah
sangat rendah (PaO2 di bawah 100mmHg).
Proses menarik nafas yang involunter ini akan menarik
sejumlah besar air ke dalam saluran nafas dan ke dalam
lambung.
Korban dapat muntah dan terjadi aspirasi cairan
lambung. Proses involunter ini akan berlanjut hingga
beberapa menit hingga akhirnya mereda sendiri. Korban
akan tidak sadarkan diri seiring dengan hipoksia serebral
yang tetap berlanjut hingga irreversibel lagi dan pada
akhirnya terjadilah kematian yang didahului oleh
gangguan irama dan gagal jantung .
Tanda yang ditemukan :
busa halus pada saluran napas,
emphysema aquosum (emphysema
hydroaerique),
adanya benda asing di saluran
napas, paru atau lambung,
perdarahan di liang telinga,
perdarahan konjungtiva,
kongesti pembuluh darah vena
Atypical drowning
ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak
adanya cairan dalam saluran napas
Perlu dilakukan penelusuran keadaan korban
sebelum meninggal dan riwayat penyakit
dahulu karena tandanya yang tidak khas
Atypical drowning dibedakan menjadi:
Laringeal spasme
Immersion syndromme (vagal inhibition)
Submersion of the unconcious
Delayed death (near drowning dan
secondary drowning)
Laringeal spasme
Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak
ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan, kematian disebabkan oleh refleks
laringospasme yang cepat dan menetap disertai
proses asfiksia yang cepat. Pada sebagian besar
kasus tenggelam, spasme laring yang terjadi
biasanya sementara saja dan akan segera
relaksasi kembali namun pada kasus ini
(meskipun sangat jarang ditemukan) spasme
laring menetap. Korban hanya menunjukkan
tanda asfiksia berupa sianosis dan petechial
hemorraghes tanpa tanda khas drowning sama
sekali.
Proses Tenggelam (Dry Drowning)

sejumlah air masuk kedalam laring atau trakea

spasme laring (dry drowning)

refleks vagal. Mukus yang kental, busa, dan buih dapat terbentuk dan
menyumbat

air tidak masuk kedalam paru

hipoksia otak fatal tidak disebabkan oleh oklusi jalan


napas oleh air tetapi karena spasme laring
Immersion syndromme

Terjadi terutama pada anak-anak dan peminum


alkohol yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin
(suhu < 20C)
Menyebabkan terpicunya refleks vagal oleh
reseptor kulit yang terpapar suhu dingin
tersebut yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh
darah kapiler dan menyebabkan terhentinya
aliran darah koroner dan sirkulasi serebral.
Submersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memang


menderita epilepsi atau menderita penyakit
jantung khususnya coronary atheroma atau
hipertensi, atau peminum yang mengalami
trauma kepala saat masuk ke air, atau dapat
pula pecahnya aneurisma serebral dan muncul
perdarahan serebral yang terjadi tiba-tiba.
Seringkali terjadi meski korban hanya
tenggelam di air yang dangkal.
Post immersion syndrome ( near
drowning dan secondary
drowning)
Near drowning adalah suatu keadaan gangguan sistem
saraf pada korban yang masih hidup setelah lebih dari 24
jam (walaupun hanya untuk sementara) diselamatkan
dari suatu episode tenggelam. Cedera pada sistem saraf
pusat dilaporkan menjadi sebab utama dari morbiditas
jangka panjang. Hipotermia dan penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan vital tubuh, terutama otak, menjadi
faktor lain dari morbiditas dan mortalitas akibat dari near
drowning.
Kematian muncul beberapa waktu setelah korban
tenggelam diselamatkan (dan diangkat dari air) akibat
komplikasi seperti pneumonia, aspirasi, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Beda tenggelam air tawar dan
asin
Tenggelam di air tawar
Sejumlah besar air masuk ke dalam saluran
pernapasan hingga ke paru-paru,
Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi dalam
waktu yang sangat singkat dan menyebabkan
peningkatan volume darah hingga 30%
Terjadi Gagal jantung akut akibat overload
Tenggelam di air asin
Walaupun terjadi perpindahan garamgaram,
khususnya natrium dan magnesium melalui
membran pulmonum, tetapi tidak terjadi
perpindahan cairan yang masif
Kematian timbul umumnya lebih lambat, terjadi
sekitar 8-9 menit setelah tenggelam
Tanda-tanda Intravital pada
Kasus Tenggelam
Cadaveric spasm
Perdarahan liang telinga tengah
Benda-benda air (rumput, lumpur, dsb)
disaluran pencernaan atau napas
Bercak Paltauf
BJ darah jantung kanan berbeda dengan BJ
darah jantung kiri
Diatome (+) dalam paru paru/ sumsum tulang
Pemeriksaan Luar
Penurunan suhu mayat berlangsung cepat, dan Lebam
mayat berwarna merah terang.
goose-flesh, cutis anserina
Washer womans hand
mush room-like mass tampak pada mulut atau hidung atau
keduanya
petechial haemmorrhages pada kelopak mata terutama
bagian bawah
Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan
Cadaveric Spasme
Luka-luka pada daerah wajah, tangan, dan tungkai bagian
depan akibat persentuhan dengan benda benda
disekitarnya.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem
pernapasan.
Benda asing/busa dalam trakea yang tampak secara
makroskopik dan mikroskopik.
Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-
bintik perdarahan.
Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm)
disebut bercak paltauf.
Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti,
paru-paru biasanya sangat mengembang.
Edema dan kongesti paru (700 -1000 gram)
Emphysema Aquosum atau Emphysema
Hydroaerique.
Perdarahan telinga tengah.
Pemeriksaan Laboratorium
I. Test Kimiawi pada kasus tenggelam
Gettler, menunjukkan perbedaan kadar Cl darah, jantung kanan
dan kiri.
Durlacher, menentukan perbedaan berat jenis plasma dari jantung
kiri dan kanan.
II. Pemeriksaan getah paru-paru
Secara mikroskopik pada getah paru ditemukan benda asing
seperti kristal silikat, lumpur, telur cacing, algae dibagian
subpleura.
III. Analisa Diatomae dan Isi lambung
Pemeriksaan diatomae (+) : diatomae 5/ LPB pada paru; atau bila
dari sumsum tulang panjang sebanyak 1/ LPB.
Pemeriksaan isi lambung : adanya pasir atau lumpur dan binatang
air
Beberapa kemungkinan kesimpulan dari
Percobaan Getah Paru
1. Percobaan getah paru Korban meninggal karena tenggelam
positif tidak ditemukan
sebab kematian
2. Percobaan getah paru a. Mungkin meninggal karena tenggelam
positif ditemukan sebab b. Mungkin meninggal karena sebab
kematian yang lain yang lain tersebut
c. Mungkin meninggal karena tenggelam
dan sebab kematian yang lain
tersebut
3. Percobaan getah paru a. Mungkin meninggal dalam air jernih
negatif b. Mungkin meninggal karena vagal
reflex
c. Mungkin meninggal karena
spasmelarynx
d. Mungkin dimasukkan ke dalam air
setelah korban meninggal, dalam hal
ini akan ditemukan sebab kematian
lain

33
Perbedaan Mati Tenggelam
Air Tawar Air Asin Air Laut

Ukuran Besar, berat, Besar, ringan, Besar, berat,


basah kering basah

Warna Ungu, biru Merah pucat -

Permukaan Licin - -

Krepitasi Tidak ada Ada -

Busa Sedikit Banyak Kurang

Cairan banyak - Banyak

Waktu mati 5-10 menit 5-10 menit 5-10 menit


Penanganan

Basic Advanced Post-


Aquatic
life life resuscitati
rescue support on care.
support

Pertolongan dan resusitasi pada korban tenggelam


harus terdiri dari multidisiplin profesional.
penatalaksanaan

Pertolongan di air,

Bantuan hidup dasar,

Bantuan hidup lanjutan, dan

Pertolongan post-resusitasi.
Pertolongan di Air
Penolong mengaktifkan sistem bentuan medis darurat
Penolong menilai respon dan pernapasan korban
Bila sadar, korban harus dibawa ke darat dan bantuan hidup
dasar harus segera dilakukan.
Bila korban tidak sadar, tindakan resusitasi berupa pemberian
napas (ventilasi) buatan di dalam air akan tiga kali meningkatkan
kemungkinan pasien selamat, namun harus dilakukan oleh
penolong yang terlatih. Korban biasanya akan berespon setelah
pemberian beberapa napas buatan. Bila tidak respons,
kemungkinan korban mengalami henti jantung dan harus
dikeluarkan dari air atau dibawa ke darat untuk dilakukan
resusitasi jantung paru yang efektif.
Head tilt in water Mouth to mouth in water
Bantuan pernapasan
PENANGANAN PERTAMA ADALAH MENGHILANGKAN HIPOKSEMIA

Segera berikan 5 kali bantuan napas sesegera mungkin

Jika korban berada di perairan dalam, gunakan alat pelampung, buka


jalan napas dan jika tidak ada napas spontan, berikan 10-15 bantuan
napas dalam 1 menit

Jika pernapasan normal tidak terjadi secara spontan, dan korban masih
berada < 5 menit dari daratan, lanjutkan bantuan napas sambil
membawa korban ke daratan.

Jika korban berada > 5 menit dari daratan, berikan tambahan bantuan
napas sekitar 1 menit, dan bawa korban sesegera mungkin ke daratan
tanpa pemberian bantuan napas.

Guideline ERC 2010


Imobilisasi leher hanya diindikasikan pada
korban yang dicurigai mengalami cedera kepala
leher, seperti pada kecelakaan saat menyelam,
ski air, selancar air, atau kapal. Posisi
diupayakan ventrikal dan pertahankan jalan
napas terbuka agar mencegah muntah dan
aspirasi air dan isi lambung
Bantuan Hidup Dasar

Penolong membuat posisi korban terlentang


Penolong memeriksa respon dan pernapasan
korban
Bila tidak sadar namun masih bernapas, korban
dibuat dalam posisi pemulihan (lateral decubitus)
Bila tidak bernapas, korban diberikan napas
bantuan. Pada tenggelam korban dapat gasping
atau apneu namun jantung tetap berdetak. Henti
jantung pada korban tenggelam terjadi karena
kekurangan oksigen sehingga urutan RJP
mengikut urutan ABC (airway, breathing,
circulation) bukan CAB (circulation, airway,
breathing).
RJP dilakukan hingga tanda kehidupan tampak
penolong lelah, atau tindakan bantuan hidup
lanjut dilakukan. Tindakan penekanan abdomen
(abdominal thrust) atau membuat posisi kepala
lebih rendah tidak direkomendasikan karena
akan menunda pemberian napas buatan dan
meningkatkan risiko muntah dan aspirasi
Bantuan hidup lanjutan

Bila korban yang bisa bernapas, berikan O2


sungkup muka 15 L/m
Bila korban mengalami perburukan atau tidak
bernapas adekuat, lakukan intubasi dini dan
ventilasi mekanik. Pasang akses perifer untuk
pemberian obat dan berikan infus kritaloid
cepat
Bila korban mengalami henti jantung (cardiac
arrest) biasanya sistol atau pulseless electrical
activity (PEA), lakukan CPR, berikan adrenalin
1 mg (0,01 mg/kg), lakukan shock bila
terindikasi
Perawatan post-resusitasi

Sindrom respirasi akut (acute respiratory


distress syndrome) biasanya terdapat pada
korban tenggelam. Hal ini dapat ditangani
dengan penggunaan ventilator protektif. Selain
itu, perlu ditangani hipoksia yang dapat terjadi
Pada korban tenggelam yang selamat dapat
terjadi komplkasi acute respiratory distress
syndrome (ARDS), pneumonia (12%),
kerusakan neurologis permanen, sepsis,
koagulasi intravaskular diseminata (KID)
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai