Anda di halaman 1dari 33

PENATALAKSANAAN

PASIEN TENGGELAM

M. Irfan Yusnurlianto, S.Kep.Ns.


You Know…???
Di seluruh dunia, kasus
tenggelam adalah kasus
kematian terbanyak no. 2 dan
no. 3 yang menimpa anak-anak
dan remaja. Pada umumnya
kasus tenggelam ini sering
terjadi di negara-negara yang
beriklim panas. Badan
Kesehatan Dunia (WHO),
mencatat tahun 2000 di seluruh
dunia ada 400.000 kejadian
tenggelam tidak sengaja. Artinya,
angka ini menempati urutan
kedua setelah kecelakaan lalu
lintas.
Defenisi
 Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam
merupakan proses yang dihasilkan dari kerusakan
tractus respiratorius primer dari adanya
penumpukkan dalam medium cair.
 Tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati
lemas (kekurangan napas) ketika cairan menghalangi
kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari
udara hingga menyebabkan asfiksia. Penyebab
utama kematian adalah hipoksia dan asidosis yang
mengakibatkan henti jantung.
Kejadian sering pada :

Anak (<10thn)
- Kelengahan orang dewasa baik orang tua
maupun pengasuh.
Dewasa
- Alkoholisme
- Usaha bunuh diri

- Serangan epilepsi

- Menyelam

- Petualangan arung jeram.


Penyebab Tenggelam
 Kram kaki atau leher saat sedang berada di dalam air.
 Penurunan kesadaran, dapat disebabkan karena perut
yang kosong.
 Bermain di kolam yang lebih dalam.
 Tidak bisa berenang, lalu berenang tanpa
pendamping.
 Jatuh terpeleset.
Patofisiologi
 Faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien
tenggelam :
1. Ketahanan Fisik
2. Kemampuan berenang
3. Ada/tidak ada pelampung
4. Jauh mencapai tempat yang aman
5. Suhu air
TENGGELAM KASUS GAWAT DARURAT
PERLU PENANGANAN
- Cepat
- Tepat
ISTILAH :
Near Drowing
Secondary Drowning (gagal napas
akut setelah kejadian 12 jam - 72 jam)
Near Drowning
 Near drowning adalah penderita dengan riwayat tenggelam
dan dapat bertahan lebih dari 24 jam di darat setelah
diselamatkan.
 Gangguan paru berupa hipoksia, hipoperfusi, dan asidosis.
Dalam keadaan yang paling berat, near drowning bisa
menyebabkan kegagalan berbagai organ
 tindakan resusitasi awal di rumah sakit atau di luar rumah
sakit harus difokuskan kepada terjadinya oksigenasi,
ventilasi, sirkulasi yang adekuat, tekanan gas darah arteri,
keadaan asam basa, saluran nafas harus bebas dari bahan
muntah dan benda asing yang dapat menimbulkan sumbatan
dan aspirasi.
Secondary Drowning
Terjadi gagal nafas akut 15 menit - 72
jam setelah tenggelam
Gejala :
a. Dispneu, stridor, wheezing
b. Batuk dengan sputum warna
merah dan berbuih
c. Takhikardi
d. Febris
e. Penurunan kesadaran, penderita
mulai hiperaktif
f. Peninggian tonus otot-otot
g. Konvulsi
h. Koma dan kolaps sirkulasi
I. Apneu dan henti jantung.
Sehingga pasien yang tenggelam
harus dirawat di ICU
Klasifikasi Tenggelam

 Pembagian
TIDAK ADA ASPIRASI AIR :
- TENGGELAM KERING (Dry Drowning)
TENGGELAM DENGAN ADA ASPIRASI AIR
- TENGGELAM BASAH (Wet Drowning)
 JENIS AIR
- AIR TAWAR (Fresh Water Drowning)
- AIR LAUT (Sea Water Drowning)
Proses Tenggelam
 Reaksi awal: usaha bernafas yang berlangsung
hingga batas kemampuan dicapai dimana seseorang
harus bernafas, batas kemampuan ditentukan oleh
kombinasi antara kadar CO2 yang tinggi dan
konsentrasi O2 yang rendah.
 Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat

PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hipoxia dan tingkat


PAO2 dibawah 100 mmHg saat PCO2 tinggi.
Lanjut…
 Melewati batas kemampuan, seseorang menarik nafas secara
involuntary, pada saat ini air mencapai larink & trakea,
menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam
(pada air tawar), terdapat penghirupan sejumlah besar air,
tertelan dan akan dijumpai dalam perut.
 Selama bernafas di air, penderita mungkin muntah dan terjadi
aspirasi isi lambung. Usaha pernafasan involuntar di bawah
air akan berlangsung selama beberapa menit, hingga
pernafasan terhenti, hipoksia serebral akan berlanjut hingga
irreversibel dan terjadi kematian.
Manifestasi Klinik
 Busa yang berasal dari hidung dan mulut dapat timbul pada
kasus tenggelam dan merupakan salah satu tanda “klasik”
merupakan tanda edema pulmonum tetapi dapat pula timbul
pada beberapa keadaan.
 Bila tidak ditemukan penyebab lain maka adanya busa dapat
diterima sebagai tanda tenggelam.
 Busa ini terdiri dari protein dan air yang terkocok dan
membentuk gelembung-gelembung kecil bersama-sama
dengan surfaktan paru akibat kontraksi respirasi.
 Paru-paru pucat, spongios dan dapat tertekan pada bagian
dalam thorax dengan sangat kuat sehingga tampak indentasi
costa pada permukaan paru.
Lanjut…
 Tenggelam dengan inhalasi air
Asfiksia
Air tertelan
Hipoksia
Karena :
Edema alveoli dan jaringan intertitiel paru
Destruksi dan hilangnya surfactan alveoli
Penimbunan protein dalam alveoli
Kerusakan membran pembuluh darah
membrana alveoli
Kapiler terjadi “Shunting”
Lanjut…
 Secondary Drowning
Terjadi gagal nafas akut 15 menit - 72 jam setelah
tenggelam
Gejala :
a. Dispneu, stridor, wheezing
b. Batuk dengan sputum warna merah dan berbuih
c. Takhikardi
d. Febris
e. Penurunan kesadaran, penderita mulai hiperaktif
f. Peninggian tonus otot-otot
g. Konvulsi
h. koma dan kolaps sirkulasi
I. Apneu dan henti jantung.
Sehingga pasien yang tenggelam harus dirawat di ICU
Pertolongan Pertama
 Tatalaksana
1. Segera Mengangkat Korban Dari Air
2. Segera Melakukan
3. Transpor Yang Baik Untuk Dilakukan Pemeriksaan Buat
RJPPerawatan
Rumah Sakit.

AWASI :
A : AIRWAY
B : BREATHING
C : CIRCULATION
Lanjut…
 Berikan napas segera setelah muka korban menyembul di atas
air
 Di darat baringkan tubuh korban terlentang lurus pada alas
yang datar dan keras
 Coba goncang tubuh korban dengan keras, tepuk pipinya
sambil berteriak “Coba buka mata” jika tidak ada reaksi
berarti korban tidak sadar:
Perlu diketahui…!!!
TENGGELAM AIR TAWAR

Air Tawar Memasuki Sirkulasi

Absorbsi Yang Cepat Ke Sirkulasi

Hypervolume Hemodelusi CVP meningkat


- Hb Menurun
- Hematokrit menurun
- Hemolise eritrosit
- Penurunan serum
- Elektrolit menerun kecuali kalium
Lanjut…
TENGGELAM DI AIR LAUT
Garam memasuki Cairan sirkulasi
sirkulasi Berdifusi ke alveoli
Hemokonsentrasi Penambahan cairan
dalam alveolus
Peninggian konsentrasi
Elektrolit khusus Cl & Mg
EDEMA PARU
Hb naik
Hct naik
Penurunan volume
darah
Hipoproteinemia
Perbedaan tenggelam air tawar & asin

 Air tawar: • Air asin:


 Paru besar/ringan
– Paru besar dan berat
 Bentuk biasa
– Relatif basah
 Relatif kering
 Merah pucat / – Besar, biasa overlapping
emfisematous – Ungu biru / permukaan licin
 Krepitasi ada
– Krepitasi tidak ada
 Busa banyak
– Busa sedikit, cairan banyak
 Bila dikeluarkan dari
toraks tidak kempis – Bila dikeluarkan dari toraks
 Mati dalam 5 menit akan mendatar / bila ditekan
(40ml/kgBB) => cekung
– Mati dalam 5-10 menit
(20ml/kgBB)
Perbedaan tenggelam air tawar & asin

 Air tawar: • Air asin:


 Resusitasi sulit – Resusitasi lebih mudah
 Transfusi dengan packed – Transfusi dengan plasma
red cell
– Darah:
 Darah:
- BD: 1,065
- BD: 1,055
- Hypertonik
- Hypotonik
- Hiperkalemi - Hipokalemi
- Hyponatremia - Hypernatremia
- Hipoklorida - Hiperklorida
- Hypervolemia - Hypovolemia
- Hemodilusi - Hemokonsentrasi &
edema paru
Tabel 1. Gambaran Klinik Mennurut Conn dan Barker (dikutip oleh Aoky By)

Kategori A (Awake) Kategori B (Blunted) Kategori C (Comatase)

· Sadar (GCS 15) sianosis, · Stupor (fungsi kortek · Koma (desfungsi batang
apnoe beberapa menit memburuk) otak)
dilakukan pertolongan · Respons terhadap · Respons abnormal terhadap
kembali bernapas spontan rangsangan. rangsangan nyeri.
· Hipotermi ringan · Distress pernapasan, sianosis, · Pernapasan sentral abnormal
· Perubahan radiologis ringan tachypone, perubahan (disfungsi batang otak)
pada dada auskultasi dada. · Hipotermi
· Laboratorium AGDA: · Perubahan radiologis dada · Laboratorium AGDA
asidosis metabolik, · Laboratorium AGDA: asidosis abnormal
hipoksemia, pH < 7,1 metabolik, hipercarbia, Pembagian:
hipoksemia. · C1 (dekortikasi): fleksi bila
dirangsang nyeri,
pernapasan cheyne-stokes.
· C2 (deserebrasi): ekstensi
terhadap rangsangan nyeri,
hiperventilasi central (GCS
4)
· C3 (flaccid): tidak ada
respons terhadap nyeri,
apnoe, atau gagal napas
(GCS 3)
· C4 (deceased): flaccid,
apnoe, sirkulasi tidak
teraba.
Kategori A
 Pertolongan dimulai dengan memberikan
oksigen, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
PaO2 arteri, PaCO2, pH, jumlah sel darah,
elektrolit, serta rontgen thorax. Pada asidosis
metabolik yang belum terkompensasi, dapat
diberikan O2, pemanasan, dan pemberian
Bik-Nat.
Kategori B

 Korban ini membutuhkan perawatan dan


monitoring ketat terhadap sistem saraf dan
pernapasan. Masalah pernapasan biasanya
lebih menonjol sehingga selain pemberian
oksigen perlu diberikan: Bik-Nat untuk asidosis
metabolik yang tidak terkompensasi; Furosemid
untuk oedem paru; Aerosol B simptometik untuk
bronchospasme; serta Antibiotik untuk kasus
teraspirasi air yang terkontaminasi.
Kategori C

 Tindakan intubasi dan ventilasi. Vetilasi mekanis untuk


mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat
hipoksia dari pernapasan yang tidak efektif. Bic-Nat,
bronchodilator, diuretik, dan antibiotik diberikan
apabila korban tenggelam. Surfactan yang sering
digunakan adalah surfactan sintetik (Exosurf) dengan
dosis 5 ml/kgBB diberikan melalui nebulizer terus-
menerus selama priode pengobatan
KEGIATAN RESCUE
WATER RESCUE
Prinsip Pertolongan / Tindakan Rescue

 Memberikan pertolongan Cepat dan Tepat


 Mengevakuasi subjek yang masih hidup agar tetap
hidup dan tidak menambah parah
 Pertolongan dapat dilakukan pada saat korban
masih berada di air dan pertolongan dapat
dilakukan pada saat korban telah dievakuasi ke
tempat yang lebih aman.
Tiga hal yang harus dilakukan bila
menemukan subjek
 Memberikan segera pertolongan pertama
bila diperlukan
 Memberikan keyakinan kepada subjek
bahwa ia akan selamat, karena ia telah
berhasil ditemukan.
 Melaporkan ke base Rescue tentang kondisi

subjek dan lokasi ditemukannya Survivor


Tiga kelompok kondisi subjek yang bisa
ditemukan
 Cidera, subjek membutuhkan
pertolongan karena kesulitan itu di
luar kemampuannya untuk bisa
mengatasi sendiri.
 Cidera ringan/gangguan ringan yang

hanya membutuhkan sedikit bantuan.


 Telah meninggal dunia.
Teknik pertolongan/evakuasi korban di air

Dengan menggunakan alat

Teknik pertolongan tanpa alat


Dengan menggunakan alat

 Tali penolong  Scuba dive


 Ringbuoy/ Lifebuoy  Perahu

 Rescue tube karet/Sampan


 Life jacket

 Papan Surf

 Galah/Ganco

 Skin dive
Teknik pertolongan tanpa alat
 Pertolongan korban dari depan
 Pertolongan korban dari belakang
 Bila satu tangan penolong terpegang erat, maka gunakan
kaki untuk menjauhkan badan korban dengan mendorong
bagian bahu sehingga pegangan agak mengendur, dan
pegangan dengan satu tangan pindahkan ke arah belakang.
 Cara membawa korban dapat dengan cara memegang
ketiak baik dengan satu atau dua tangan, dan membawa
dalam posisi terlentang.
 Untuk korban yang sudah meninggal dunia maka cara
membawa dapat dipilih menurut keinginan penolong
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai