Nurmita Kasimun
13 17 777 14 242
• Cairan terakumulasi
• Kelenjar membengkak
• Kista
• Abses (infeksi)
GEJALA KLINIS
• Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa
pembengkakan labia tanpa disertai nyeri.
• Abses: nyeri akut + pembengkakan labia unilateral,
dispareunia, nyeri waktu berjalan dan duduk, nyeri
mendadak mereda diikuti discharge
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
• Gejala akut: nyeri sentuh & dispreunia
• Gejala supuratif: kemerahan, tegang & nyeri
• Gejala eksudatif: abses (nyeri & tegang berkurang)
A. Pemeriksaan fisik
• Massa tidak disertai rasa sakit, unilateral & tanda selulitis (-)
• Discharge dari kista pecah sifat nonpurulen
C. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi
b) Kultur jaringan
DIAGNOSIS BANDING
1. Bartholin gland malignancy
2. Abses bartholin
PENATALAKSANAAN
Kateter word
• Marsupilisasi
• Eksisi/ekstirpasi
Pengobatan Medikamentosa
1. Ceftriaxone (125 mg IM single dose)
2. Ciprofloxacin (250 mg PO 1x/hari)
3. Doxycycline (100 mg PO 2x/sehari selama 7 hari
4. Azitromisin
KOMPLIKASI
- Rekuren
- Jaringan parut
PROGNOSIS
- Bonam
2. PID (Pelvic Inflammatory Disease)
atau Penyakit Radang Panggul
DEFINISI
PID adalah infeksi pada genital bagian atas.
(endometrium, tuba fallopi, ovarium,
miometrium, parametria dan peritoneum
panggul) 2,8
EPIDEMIOLOGI
a. Kontak seksual
b. Riwayat IMS
c. Kuret, AKDR atau aborsi terapeutik
GEJALA KLINIS
• Cardinal sign PID:
– Nyeri perut bagian bawah, biasanya bilateral
– Pemeriksaan pelvis bimanual abnormal yang mencakup
satu atau kombinasi dari temuan berikut: nyeri tekan
adneksa, nyeri tekan fundus dan nyeri tekan serviks
• Tanda dan gejala tambahan:
a. Demam > 38 0C
b. Dispareunia
c. Perdarahan atau bercak vagina abnormal
d. Keputihan abnormal
e. Frekuensi BAK
f. Nyeri panggul
g. Mual atau muntah
h. Nyeri punggung bawah
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan penunjang
a) Tes diagnostik swab serviks atau vagina
b) Uji bau KOH
c) Tes pH vagina
Kriteria diagnosis PID paling spesifik meliputi:
• Biopsi endometrium disertai bukti histopatologis
endometritis
• USG transvaginal atau MRI
• Hasil pemeriksaan laparoskopi yang konsisten
dengan PID
PENATALAKSANAAN
E. Riwayat Psikososial
- Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
F. Riwayat Pengobatan
- Pasien sebelumnya periksa ke praktek dokter, diberikan obat
antibiotik dan vitamin.
G. Riwayat Menstruasi
• Pertama kali haid saat berusia 15 tahun, durasi haid 7 hari,
siklus 28 hari. Ganti pembalut 3 kali.
H. Riwayat Alergi
• Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat,
dll.
I. Riwayat Operasi
• Operasi Kista ovarium tahun 2014
• Operasi appendicitis tahun 2011
J. Riwayat KB
- Pasien tidak pernah menggunakan KB
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Sedang
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Tanda Vital :
• TekananDarah : 120/70 mmHg
• Nadi : 84 kali/menit
• Pernapasan : 20 kali/menit
• Suhu : 36,8ºC
D. Status Generalisata
Kepala :
• Bentuk : Normochepal
• Mata : Eksoftalmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
Ikterik (-/-)
Thorax :
Paru paru :
• Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
• Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
• Perkusi : Batas jantung normal
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
• Inspeksi : Tampak datar
• Auskultasi : Peristaltik kesan normal
• Palpasi : Nyeri tekan pada region suprapubik
• Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
• Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-)
• Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Genitalia :
• Inspeksi : Tampak keputihan keluar dari jalan lahir
• Palpasi : Benjolan pada daerah labia minora kanan
dengan ukuran 2 x 2 cm, massa kistik, nyeri tekan (+),
hiperemis (+)
HASIL LABORATORIUM
Tanggal 26 Juli 2019
• Penatalaksanaan
1. IVFD Ringer Laktat 28 tpm
2. Inj. Cefotaxim 1 vial/12 jam/IV
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Perawatan Hari Pertama (Sabtu, 27/07/2019)
S. Nyeri perut bagian bawah (+), nyeri pada bagian kemaluan (+),
keputihan (+), nyeri bila BAK (+), pusing(-), sesak(–), mual (-),
muntah (-), BAB biasa
O. Keadaan umum : sakit sedang, Konjungtiva: anemis-/-
TD : 100/70 mmHg P : 20 x/ menit
N : 78 x/menit S : 36.7 º C
P. IVFD RL 28 tpm
Inj. Cefotaxim 1 gram/12jm/IV
Inj. Ketorolac 30 mg/8jm/IV
Laporan operasi
1. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi di meja operasi
dibawah pengaruh anastesi intravena
2. Disinfeksi area vulva dan vagina dengan kassa steril dan
betadine
3. Pasang dook steril
4. Eksplorasi daerah labium minor dextra, tampak massa kistik
arah jam 9 dengan ukuran ± 2x2 cm
5. Insisi daerah labium minora dextra kemudian keluarkan kista
dengan perlahan, kontrol perdarahan
6. Bersihkan area bekas jahitan, kontrol perdarahan
7. Jahit luka dengan metode continue, kontrol perdarahan
8. Bersihkan luka dengan kassa steril dan betadine
9. Tutup luka
• Instruksi post ektirpasi
IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam/ IV
Perawatan Hari Kedua (Minggu, 28/07/2019)
S. Nyeri bekas jahitan (+), keputihan (+), nyeri bila BAK (+)
berkurang, pusing(-), sesak(–), mual (-), muntah (-), BAB biasa
O. Keadaan umum : sakit sedang Konjungtiva: anemis-/-
TD : 110/70 mmHg P : 20 x/ menit
N : 82 x/menit S : 36.7 º C
A. Post ekstirpasi H1 a/i Kista Bartholin dextra + PID
P. IVFD RL 28 tpm
Inj. Cefotaxim 1gram/12jam/IV
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam/IV
Inj. Ondansentron 1 amp/12 jam/IV
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/IV
Istirahat yang cukup
Perawatan Hari Ketiga (Senin, 29/07/2019)
S. Nyeri bekas jahitan (-), keputihan (-), nyeri bila BAK (-), pusing(-),
sesak(–), mual (-), muntah (-), BAB biasa
O. Keadaan umum : sakit sedang Konjungtiva: anemis-/-
TD : 110/60 mmHg P : 20 x/ menit
N : 80 x/menit S : 36.8 º C
A. Post ekstirpasi H2 a/i Kista Bartholin dextra + PID
P. Cefixim 3x100mg
Metronidazole 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Neurodex 2x1
Pasien rawat jalan
RESUME
Pasien perempuan usia 32 tahun datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri abdomen bagian bawah tembus ke belakang
yang dirasakan sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu, memberat pada
hari ini yang dirasakan intermiten. Keluhan disertai discharge dari jalan
lahir yang banyak berwarna putih dan berbau, rasa ada benjolan kecil
dan nyeri pada daerah kemaluan dextra bila bergerak dan duduk.
Disuria dan dispareunia. Riwayat ganti pembalut 3 kali dalam sehari.
Riwayat kebersihan kemaluan kurang. Riwayat coitus 1 bulan lalu. Ini
kali pertama pasien mengalami keluhan. Riwayat keputihan sejak
pertengahan tahun 2018. Riwayat pengobatan antibiotik dan vitamin
dan riwayat operasi kista ovarium tahun 2014 serta riwayat operasi
appendisitis tahun 2011.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
sedang, tanda-tanda vital; tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84
x/menit, pernapasan 20 x/menit, dan suhu 36,8 ºC. Konjungtiva
anemis (-/-). Pada pemeriksaan genitalia tampak keputihan keluar
dari jalan lahir dan teraba benjolan pada daerah labia minora
kanan dengan ukuran 2 x 2 cm, massa kistik, nyeri tekan (+) dan
hiperemis (+). Pada pemeriksaan laboratorium WBC 13.1 x 103/ µL
meningkat.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang wanita 32 tahun didiagnosa dengan
kista bartolini dan PID (Pelvic Inflamatory Disease). Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
mengacup ada kista bartolini dan PID. Dari anamnesis didapatkan
tanda-tanda nyeri pada benjolan yang terdapat di daerah bibir
kemaluannya sejak + 3 minggu memberat hari ini dan dirasa sangat
mengganggu aktifitas pasien seperti bergerak dan duduk serta
dispareunia. Disertai nyeri abdomen bagian bawah (+), keluar cairan
dari jalan lahir (+) dan disuria. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan unilateral (labia minor dextra) dengan ukuran 2 x 2 cm,
teraba massa kistik (+), nyeri pada saat perabaan (+) dan hiperemis
(+).
Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai
alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka
panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi,
maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian akan terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk
suatu kista.1,3,4
PID adalah infeksi pada genital bagian atas.
Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tuba
fallopi, ovarium, miometrium, parametria dan
peritoneum panggul. PID adalah infeksi yang paling
penting dan merupakan komplikasi infeksi menular
seksual yang paling biasa.2,8 Sehingga sesuai dengan
hasil temuan dari pemeriksaan fisik, diagnosis dapat
ditentukan.
Penyebab terjadinya kista bartholini adalah penyumbatan
akibat infeksi atau pertumbuhan kulit pada penutup saluran
kelenjar bartholini. Infeksi yang termasuk E.coli, chlamydia
dan gonorrhoeae.
Faktor risiko PID antara lain kontak seksual, riwayat IMS dan
riwayat kuret, pemakaian AKDR dan aborsi terapeutik. 2,8
Pada pasien ini kemungkinan menyebabkan PID yaitu kontak
seksual (riwayat berhubungan seksual 1 bulan lalu) dan
kebersihan daerah kemaluan yang kurang.
Tanda kista bartholini yang terinfeksi berupa penonjolan yang
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau
pambengkakan pada daerah vulva.