Anda di halaman 1dari 20

SALPINGITIS

Definisi
• Salpingitis adalah peradangan pada saluran
tuba, dipicu oleh infeksi bakteri.
• N. Gonorrhea dan C. Trachomatis sering ditemukan
•Organisme lain yang sering ditemukan adalah T vaginalis
KLASIFIKASI
1. Salpingitis akut
Tuba menjadi merah dan bengkak dan
sekretnya banyak hingga dinding dalam tuba dapat
menempel jadi satu. Paling sering disebabkan oleh
gonococcus, disamping itu oleh staphylococus,
streptococus dan bakteri TBC. Infeksi dapat terjadi
sebagai berikut :
a) Naik dari cavum uteri
b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari
appendiks yang meradang
c) Haematogen terutama salpingitis tuberculosa
2. Salpingitis kronis
Biasanya berasal dari salpingitis akut. Salpingitis
kronik apabila infeksi sudah berat/meluas,
bertahan lama dan mungkin saja gejala sudah
terasa tidak mengganggu.
ETIOLOGI
1. Faktor resiko
Resiko pada wanita yang tidak menikah, hubungan seks
di usia muda dan punya lebih dari satu pasangan.
Infeksi dapat mencapai tuba bila aliran menstruasi
berbalik atau terbukanya serviks saat menstruasi.
Faktor lain termasuk prosedur pembedahan dimana
melewati serviks, misal :
a) Endometrial biopsy
b) Curettage
c) Hysteroscopy
2. Spesies bakteri
Bakteri yang biasa ditemukan pada
infeksi salpingitis adalah :
a)Neisseria gonhorroeae (30-50%)
b)Mycoplasma
c)Staphylococcus
d)Streptococcus
Faktor Risiko
• Membersihkan vagina (vaginal douching)
• Tidak memiliki pasangan/ single
• Penyalahgunaan obat-obatan
• Partner seksual multiple
• Status sosioekonomi rendah
• Baru memiliki partner seksual baru
• Usia muda (10-19 tahun)
• Infeksi menular seksual lain
• Riwayat terdiagnosis PID
GEJALA
1. Nyeri abdomen di kedua sisi
2. Sakit punggung
3. Sering buang air kecil
4. Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi
5. Demam tinggi dengan menggigil
6. Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak
biasa atau bau
7. Dismenorea
8. Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkaN
9. Defense kanan dan kiri atas ligamen pourpart
11. Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi
rangsangan peritoneum
12. Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat
pada rektum dan sigmoid
13. Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri
dan kanan uterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba.
14. Nyeri saat ovulasi
Gambaran klinis

1. Nyeri perut bagian bawah, unilateral atau

bilateral

2. Kadang pendarahan diluar siklus dan secret di


vagina

3. Nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai


nyeri pergerakan serviks.
DIAGNOSIS
Berikut pemeriksaan2 yang dapat menegakkan diagnosis salpingitis :
1. Pemeriksaan umum
· Suhu biasanya meningkat
· Tekanan darah normal
· Denyut nadi cepat
2. Pemeriksaan abdomen
· Nyeri perut bawah
· Nyeri tekan lepas
· Bising usus menurun
· Distensi abdomen
3. Pemeriksaan inspekulo
· Tampak secret purulen di ostium serviks
4. Pemeriksaan laboratorium
· Leukosit meningkat
· Bakteri jenis penginfeksi diketahui pada sapuan mukosa
Diagnosis
Diagnosis klinis salpingitis akut ditegakkan apabila terdapat
nyeri pelvis dan nyeri tekan langsung, nyeri goyang serviks dan
nyeri tekan adneksa disertai satu atau lebih gejala berikut, yaitu
•Suhu oral > 38,3 ⁰C
•Duh vagina atau serviks mukopurulen
•WBC banyak pada pemeriksaan mikroskop dari sekresi vagina
•Peningkatan C-reactive protein(CRP) atau erythrocyte
sedimentation rate (ESR)
•Penemuan laboratorium infeksi serviks oleh N. Gonorrhoeae
dan C. Trachomatis
Pemeriksaan Lain
1. Laparoskopi

Diagnosis klinis PID bergejala memiliki nilai prediksi positif


(PPV) 65-90% dibanding dengan laparoskopi. Konfirmasi
diagnosis bila menemukan hiperemia serosa tuba, edema
dinding tuba dan eksudat purulen dari ujung fimbria tuba falopi
(pyosalphynx) dan cairan bebas di cul-de-sac

2. UltraSonografi.

Pada inflamasi akut: tuba edema, lumen distal teroklusi,


membesar, lipatan endosalfing menebal. Sonografi juga dapat
mendeteksi abses tubo-ovari atau mengeksklusi sumber nyeri
lain.
Pemeriksaan Lain
CT-scan dan MRI dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab lain

3. Biopsi endometrium

Dilakukan bila curiga PID akut. Lekosit PMN pada permukaan


endometrium berhubungan dengan akut endometritis,
sedangkan penemuan sel plasma berhubungan dengan
endometritis kronis.

4. Test kehamilan perlu dilakukan untuk menyingkirkan


kehamilan ektopik
KOMPLIKASI
1. Infeksi indung telur dan rahim
2. Infeksi pada pasangan seks
3. Abses pada ovarium
4. Infeksi lebih lanjut / kronis
5. Abses Tubo-ovarium
6. Kehamilan ektopik
7. Infertilitas
Tata Laksana
Rekomendasi rawat inap untuk terapi parenteral pada pasien salpingitis atau
PID yaitu

• Remaja dan ibu hamil

• Pecandu obat

• Penyakit berat

• Curiga abses

• Diagnosis belum jelas

• Peritonitis menyeluruh

• Suhu> 38,3 C

• Gagal terapi rawat jalan

• Pemasangan alat intrauterine dalam waktu dekat

• Angka leukosit > 15.000/mm3

• Tidak dapat mengkonsumsi obat oral


Tata Laksana
Rekomendasi terapi rawat jalan pasien salpingitis atau
PID, yaitu
• Seftriakson 250 mg IM sekali di + Doksisiklin 100 mg PO 2
X/hari selama 14 hari dengan atau tanpa Metronidazol 500
mg PO 2 X/hari selama 14 hari, atau
• Sefoksitin 2 g IM dengan probenesid 1 g PO sekali di +
Doksisiklin 100 mg PO 2 X/hari selama 14 hari dengan
atau tanpa Metronidazol 500 mg PO 2 X/hari selama 14
hari, atau
• Sefalosporin generasi tiga IM dengan dosis tunggal di +
Doksisiklin 100 mg PO 2 X/hari selama 14 hari dengan
atau tanpa Metronidazol 500 mg PO 2 X/hari selama 14
hari
Tata Laksana
Rekomendasi terapi parenteral pasien
salpingitis atau PID
• (Regimen A) Sefotetan 2 g IV/12 jam atau
Sefositin 2 g / 6 jam di + Doksisiklin 100 mg PO
atau IV /12 jam
• (Regimen B) Klindamisin 900 mg IV / 8 jam di +
Gentamisin loading dose 2 mg/kg IV atau IM di
ikuti dosis rumatan 1,5 mg/ kg setiap 8 jam
• (Regimen alternatif) Ampisilin/Sulbaktam 3 g IV
/6 jam di + Doksisiklin 100 mg PO atau IV / 12
jam
PENCEGAHAN

1. Hindari Sex Bebas (Free Sex)


2. Mandi atau bersihkan diri apabila anda ingin
melakukan Hubungan Sexual dengan pasangan

3. Jangan melakukan hubungan seksual secara kasar,


yang bisa menyebabkan lecet dan infeksi pada vagina
anda)
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG.
Gynecological Infection. In: Williams Gynecology. 2nd ed. Texas: The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2012. p. 93–9.
2. Sweet RL. Treatment of Acute Pelvic Inflammatory Disease. Infect Dis Obstet Gynecol.
2011;2011:1–13.
3. Berek JS. Genitourinary Infections and Sexually Transmitted Diseases. In: Berek&
Novak’s Gynecology. 15 Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. p. 563–5.
4. Pelvic Inflammatory Disease (PID) - 2015 STD Treatment Guidelines [Internet]. 2015
[cited 2019 Jan 11]. Available from: https://www.cdc.gov/std/tg2015/pid.htm
5. Ross J, Guaschino S, Cusini M, Jensen J. 2017 European guideline for the management
of pelvic inflammatory disease. Int J STD AIDS. 2018 Feb;29(2):108–14.
6. Bs GMM. UK National Guideline for the Management of Pelvic Inflammatory Disease
2011 (updated June 2011). NHS. 2011;18.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai