Anda di halaman 1dari 23

Kasus Proktitis

Oleh :
Nanda Lisisina
03015130
KASUS

• Skenario I

Tn. Ig, laki-laki, usia 45 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri saat
BAB. Nyeri dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan dirasakan semakin
bertambah berat. Keluhan juga disertai nyeri perut bagian bawah dan BAB
bercampur lender darah berwarna merah segar. Tidak ada riwayat
penurunan BB drastis. Demam (+), mual (-), muntah (-)
KASUS Skenario I
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :
TD 110/70 mmHg,, nadi 90 x/m, rr 20 x/m, suhu 37,8’ C

Status Lokalis :
Abdomen : datar, lembut, BU (+) normal, nyeri tekan regio
suprapubic, nyeri lepas (-), defans muscular (-)
RT : TSA menjeput kuat, ampulla recti tidak kollaps, massa (-),
mukosa licin, nyeri (+), sarung tangan darah dan feses (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : Hb 8,9 g/dL, Leukosit 14.500/mL, Eritrosit 4,1 juta/mL,


Trombosit 547.000/mL, GDS 97 mg/dL
Anatomi
Definisi
• Proktitis merupakan inflamasi pada
mukosa rektal, proktitis dapat terjadi
karena infeksi atau non infeksi
Etiologi
• Penyakit peradangan usus. Penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis
ulserativa, dapat pula mengalami peradangan pada rektum.
• Infeksi menular seksual, menyebar terutama oleh orang yang melakukan hubungan
seks anal, dapat menyebabkan proktitis. Infeksi menular seksual yang dapat
menyebabkan proktitis termasuk gonore, herpes genital, dan klamidia.
• Infeksi pada usus besar. Infeksi bakteri pada usus besar, seperti infeksi Salmonella
atau kuman Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera dapat menyebar hingga ke rektum
dan menyebabkan proktitis.
• Terapi radiasi untuk kanker. Terapi radiasi yang diarahkan pada rektum atau daerah
yang berdekatan, seperti prostat, dapat menyebabkan peradangan rektum.
• Penggunaan antibiotik. Kadang-kadang antibiotik yang digunakan untuk mengobati
infeksi di bagian tubuh lain dapat membunuh bakteri baik dalam usus dan
memungkinkan bakteri Clostridium difficile yang berbahaya tumbuh pada rektum.
Faktor Resiko
Patofisiologi
• Adanya faktor pencetus menimbulkan respon imun sehingga terjadi proses inflamasi
pada dinding rektum. Sehingga timbul edema dan kongesti mukosa
• Pada proses kronis. Dapat timbul tukak, tukak awalnya tersebar dan dangkal namun
lama kelamaan dapat meluas sehingga menyebabkan hilangnya protein, darah dan
jaringan dalam jumlah besar
• Faktor resiko radiasai dapat membuat kerusakan mukosa dan kerusakan saraf pada
rektum. Kerusakan saraf rektum membuat spasme sfingter otot anal sehingga timbul
rasa ingin defekasi yang mendesak dan tidak dapat dikontrol
Penegakkan Diagnosis
A.Anamnesis
•Gejala proktitis berbeda tergantung pada penyebabnya
•Gejala umum  adanya dorongan terus untuk buang air besar
•Rektum terasa "penuh" atau bisa mengalami sembelit (tidak dapat memiliki
gerakan usus)
• Nyeri di daerah anus dan iritasi ringan rektum
• Nanah dan darah disertai spasme dan rasa sakit saat buang air besar
• Jika sudah parah dapat timbul gejala-gejala anemia
B. Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan tanda vital


• Pemeriksaan fisik abdomen
• Pemeriksaan colok dubur (rectal toucher):
- Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal dilakukan untuk menemukan ulkus,
inflamasi, ruam atau ekskoriasi
- Palpasi sfingter ani  untuk menemukan lesi yang ada seperti fisura ani yang mungkin
menyebabkan nyeri tekan
- Palpasi dinding rektum  untuk mengetahui adanya polip, setiap terdapat
ketidakteraturan dan nyeri tekan harus dicatat
C. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap  untuk melihat hilangnya darah atau infeksi
• Pemeriksaan feses  untuk menentukan bakteri penyebab
• Sigmoidoscopy dapat sekaligus melakukan biopsi jaringan
• Colonoscopy
• USG
Diagnosa Banding
• Divertikulitis: Penyakit usus besar dimana muncul kantong-kantong gelembung di
luar usus besar. Gejalanya demam, diare dan perut kembung. Penyebabnya adalah
tekanan pada usus besar dan kurang makan makanan berserat
• Fisura anal: Retak atau robeknya jaringan sensitive pada dubur yang disebabkan
oleh keluarnya feses yang keras dan besar. Gejalanya nyeri ketika mengeluarkan
feses yang keras dan besar serta BAB berdarah
Tatalaksana
Tergantung etiologinya
• Infeksi → antibiotik ;
• meringankan gejala: analgetik
• mencegah komplikasi
• mencegah penyebaran infeksi → seks aman
• Cefixime 800 mg PO single dose dan
• Azithromycin 1 g PO single dose
• Atau
• Ceftriaxone 250 mg IM
• Azithromycin 1 g PO single dose
Tata laksana
Tatalaksana lainnya berdasarkan
penyebab. Tujuannya untuk mengurangi
inflamasi, kontrol gejala, dan eliminasi
infeksi jika tampak
Tata laksana
Proktitis infeksi Proktitis bukan karena
infeksi
1. Antibiotik 1. Pereda nyeri seperti
2. Antiviral aspirin / ibuprofen
2. Mengurangi inflamasi
dengan kortison atau steroid
Lini Kedua,
• Cefixime 800 mg PO single dose dan
• Doksisiklin 100mg bid dalam 7 hari
• Atau
• Ceftriaxone 250 mg IM single dose
• Doksisiklin 100mg PO bid dalam 7 hari
Lini Ketiga
• Azithromycin 2 g PO single dose
PEMBEDAHAN
Indikasinya adalah:
• Tidak berespon terhadap terapi obat-obatan
• Adanya komplikasi (perdarahan masif, perforasi, striktur, rektovaginal fistul,
malignansi)
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Anemia
3. Abses
4. Ulser pada intestinal
5. Fistula
Pencegahan
1. Tidak melakukan hubungan seksual melalui anus atau dubur
2. Mengatasi stres emosional sebab dapat memperburuk proktitis
3. Menjaga higienitas diri, termasuk dalam menyiapkan makanan dan
minuman agar terhindar dari infeksi
Prognosis
• Prognosis pada pasien dengan proktitis adalah baik bila dilakukan
penanganan yang tepat
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai