Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS

A. Analisis Aliran
Laminar
Hubungan Tin, Tout dry, Tout wet
Berdasarkan teori: Tin > Tout dry > Tout wet pada 1 jenis delta H
Karena terjadi kontak antara udara dan air di dalam kolom, suhu
31
udara keluar (Tout dry ) akan menjadi lebih rendah suhu udara
30
masuk (Tin). Hal ini disebabkan perpindahan kalor dari udara ke

Tin, Tou dry, Tout wet (C)


29
aliran air, dan molekul-molekul air sebagian terbawa oleh aliran 28
udara, dimana molekul air mempunyai suhu yang lebih rendah 27 Tin
daripada suhu udara masuk. 26
Toutdry
Toutwet

Pada Tout wet (suhu udara dengan asumsi humidity 100%) yang 25

berarti titik jenuh penyerapan air telah tercapai, sehingga udara 24


untuk mencapai bullb harus memanaskan air yang membungkus 0.01 0.01 0.02 0.02
Delta H
bulb, lalu barulah suhu udara terbaca oleh bulb thermometer.
Hal ini menyebabkan suhu yang mencapai bulb sudah lebih
rendah.
Terdapat ketidak sesuaian Tputwet Kesalahan ini disebabkan oleh
ketidakakuratan thermometer dalam membaca suhu udara
masuk, dan ketidak stabilan kompresor dalam mengalirkan
udara.
Hubungan Tout dengan
Laju Alir Udara

Berdasarkan teori: Semakin cepat


Chart Title
laju alir udara maka suhu keluaran 29.1
udara akan semakin rendah, hal ini 29
disebabkan semakin banyak jumlah 28.9

Suhu out
udara pada setiap unit waktunya dan 28.8
28.7
"
Toutwet
semakin tinggi pula konsentrasi air 28.6
yang berpindah ke udara. 28.5
28.4
Data yang dihasilkan percobaan 0.379 0.492 0.606 0.682

memang awalnya naik namun diakhir Laju alir udara

cendurung bergradien negatif


Hubungan kG dengan Laju
Alir Udara

Berdasarkan teori: Laju alir uadara berbanding lurus


dengan koefisien perpindahan massa (kG) karena semakin
banyak udara yang dialirkan ke dalam kolom pada satuan Kecepatan Udara Vs kG

kG (mol/s.atm.cm^2 )
waktu, maka semakin banyak air yang berpindah ke udara.
0.000300
Berdasarkan persamaan koefisien perpindahan massa (kG), 0.000200
kG berbanding lurus dengan laju alir massa gas (G), dimana
0.000100
G berbanding lurus dengan debit udara (Q). Q merupakan
perkalian laju alir uadara dengan luas penampang, sehingga 0.000000
0.4000.4500.5000.5500.6000.6500.700
laju alir udara berbanding lurus dengan nilai kG
v (m/s)
Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori, terlihat
dari gradiien grafik positif
Hubungan Bilangan Sherwood
dengan Laju Alir Udara

Bilangan Sherwood menunjukkan besar kemampuan


untuk dapat terjadi perpindahan massa melalui
mekanisme difusi.
Kecepatan Udara Vs Sh
Berdasarkan teori: Bilangan Sherwood berbanding lurus 1.50E-16
dengan kG. Berdasarkan persamaan koefisien
1.00E-16
perpindahan massa (kG), kG berbanding lurus dengan

Sh
laju alir massa gas (G), dimana G berbanding lurus 5.00E-17
dengan debit udara (Q). Q merupakan perkalian laju alir 0.00E+00
0.4000.4500.5000.5500.6000.6500.700
udara dengan luas penampang. Sehingga nilai bilangan
v (m/s)
Sherwood berbanding lurus dengan laju alir udara.
Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori,
terlihat dari gradiien grafik positif
Hubungan Difusivitas
dengan Laju Alir Udara

Berdasarkan teori: Semakin besar laju alir Kecepatan Udara vs Difusivitas


udaranya maka konstanta difusivitasnya semakin 2.290E+10
kecil. Hal ini disebabkan oleh semakin besar 2.280E+10

D(cm^2/s)
kecepatan udara maka waktu kontak antara udara 2.270E+10
2.260E+10
dengan air semakin cepat sehingga semakin
2.250E+10
sedikitnya air yang akan berdifusi ke udara. 0.4000.450 0.500 0.5500.600 0.650 0.700
v (m/s)

Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori,


terlihat dari gradiien grafik negatif
Hubungan Bilangan Schimidt
dengan Bilangan Reynolds
Berdasarkan teori: Persamaan untuk mendapatkan 6.97E-12
bilangan Schimidt menunjukkan bilangan Schimidt
berbanding terbalik dengan besar difusi. Dimana 6.96E-12
besar difusi berbanding terbalik dengan besar laju alir. 6.95E-12
Hubungan laju alir dengan bilangan Reynolds adalah
berbanding lurus. Semakin besar laju alir maka 6.94E-12

Sc
semakin besar nilai bilangan Reynolds. Sehingga 6.93E-12
bilangan Schimidt berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds 6.92E-12
6.91E-12
1383.251
1796.512
2217.028
2515.059
Data yang dihasilkan percobaan tidak sesuai teori, Re
kemungkinan kesalahan dalam pembacaan
termometer atau waktu steady state tidak cukup
namun sudah diambil datanya
B. Analisis Aliran
Transisi
Hubungan Tin, Tout
dry, Tout wet

Berdasarkan teori: Tin > Tout dry > Tout wet pada 1 jenis delta H 30

Karena terjadi kontak antara udara dan air di dalam kolom, 29


suhu udara keluar (Tout dry ) akan menjadi lebih rendah suhu
udara masuk (Tin). Hal ini disebabkan perpindahan kalor 28

Tin, Tou dry, Tout wet (C)


dari udara ke aliran air, dan molekul-molekul air sebagian 27
terbawa oleh aliran udara, dimana molekul air mempunyai Tin
Toutdry
suhu yang lebih rendah daripada suhu udara masuk. 26 Toutwet

Pada Tout wet (suhu udara dengan asumsi humidity 100%) 25


yang berarti titik jenuh penyerapan air telah tercapai,
sehingga udara untuk mencapai bullb harus memanaskan 24
air yang membungkus bulb, lalu barula suhu udara terbaca 0.01 0.01 0.02 0.02

oleh bulb thermometer. Hal ini menyebabkan suu yang Delta H

mencapai bulb sudah lebih rendah.


Data yang dihasilkan percobaan tidak menukung teori
Hubungan Tout dengan
Laju Alir Udara

29.1
Berdasarkan grafik dapat diliihat bahwa hubungan antara
29
temperatur dengan lajur alir berbanding terbalik, karena 28.9
besarnya laju alir air yang mengalir dalam kolom akan 28.8 "
mendinginkan temperatur udara (dalam air), sehingga 28.7 Toutwet
suhu kolom yang tadinya lebih tinggi karena udara akan 28.6
menurun setelah dialiri air. Semakin besar lajunya akan 28.5
semakin turun, karena lebih banyak banyak air yang dialir. 28.4
0.01 0.01 0.02 0.02

Pada dua kurva disamping terdapat gap. Gap


menunjukkan kurva T dry (Tin = Tou) lebih besar, dan
kondisinya menurun setelah terbasahi (slop menurun).
Hubungan kG dengan Laju
Alir Udara

Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin meningkat Kecepatan Udara Vs kG


laju alir maka perpindahan massa yang terjadi akan 0.000250

semakin besar. Dalam hal ini perpindahan massa terjadi 0.000200

karena adanya gradien konsentrasi antara air dengan 0.000150

kG
udara. Perpindahan massa yang besar berarti gradien 0.000100

terdapat konsentrasi yang besar. Artinya konsentrasi air 0.000050

lebih besar dibandingkan konsentrasi udara, sehingga 0.000000


0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700

konsentrasi bergeser dari tinggi (air) ke rendah (uap). v (m/s)

Maka, dengan laju alir yang besar ini mengakibatkan


jumlah air yang berpindah ke udara akan lebih banyak
(koefisien perpindahan massa lebih besar).
Hubungan Bilangan Sherwood
dengan Laju Alir Udara

Dari grafik diatas, terlihat bahwa bilangan Sherwood


berbanding lurus dengan kG. Berdasarkan persamaan
koefisien perpindahan massa (kG), kG berbanding lurus Kecepatan Udara Vs Sh
1.40E-16
dengan laju alir massa gas (G), dimana G berbanding 1.20E-16
1.00E-16
lurus dengan debit udara (Q). Q merupakan perkalian 8.00E-17

Sh
6.00E-17
laju alir udara dengan luas penampang. Sehingga nilai 4.00E-17

bilangan Sherwood berbanding lurus dengan laju alir


2.00E-17
0.00E+00
0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700
udara. v (m/s)

Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori,


terlihat dari gradiien grafik positif
Hubungan Difusivitas
dengan Laju Alir Udara

Pada grafik di atas dapat terlihat bahwa, semakin


besar laju alir udaranya maka konstanta 2.280E+10
Kecepatan Udara Vs Difusifitas

difusifitasnya semakin kecil. 2.275E+10

Semakin besar laju udara yang mengalir dalam

D ( cm^2/s)
2.270E+10

2.265E+10
kolom maka waktu kontak antara udara dengan 2.260E+10

air semakin cepat (sebentar), sehingga sedikitnya 2.255E+10


0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700

air yang berdifusi ke udara (laju difusi kecil), v (m/s)

akibatnya nilai konstanta difusivitas menurun.


6.95E-12
6.95E-12
Hubungan Bilangan Schmidt 6.94E-12

dengan Bilangan Reynolds 6.94E-12


6.93E-12
6.93E-12
6.92E-12
Dari grafik diatas, menunjukkan bilangan Schimidt 6.92E-12
menunjukkan bilangan Schimidt berbanding terbalik 1388.8951807.2502241.7342521.201
dengan besar difusi. Dimana besar difusi berbanding
terbalik dengan besar laju alir. Hubungan laju alir dengan
bilangan Reynolds adalah berbanding lurus. Semakin
besar laju alir maka semakin besar nilai bilangan Reynolds.
Sehingga bilangan Schimidt berbanding lurus dengan
bilangan Reynolds.

Data yang dihasilkan tidakmendukung teori


C. Analisis Aliran
Turbulen
Hubungan Tin, Tout
dry, Tout wet

Berdasarkan teori: Tin > Tout dry > Tout wet pada 1 jenis delta H
30

Tin, Tou dry, Tout wet (C)


Karena terjadi kontak antara udara dan air di dalam kolom, suhu udara
keluar (Tout dry ) akan menjadi lebih rendah suhu udara masuk (Tin). Hal 29
ini disebabkan perpindahan kalor dari udara ke aliran air, dan molekul- 28
molekul air sebagian terbawa oleh aliran udara, dimana molekul air 27 Tin
mempunyai suhu yang lebih rendah daripada suhu udara masuk. 26 Tout dry
Pada Tout wet (suhu udara dengan asumsi humidity 100%) yang berarti 25 Tout wet
titik jenuh penyerapan air telah tercapai, sehingga udara untuk 24
0.01 0.01 0.02 0.02
mencapai bullb harus memanaskan air yang membungkus bulb, lalu
barula suhu udara terbaca oleh bulb thermometer. Hal ini Delta H
menyebabkan suu yang mencapai bulb sudah lebih rendah.

Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori, terlihat dari grafik


Tin > Tout dry > Tout wet pada 1 jenis delta H
Hubungan Tout dengan
Laju Alir Udara

Berdasarkan teori: Semakin cepat laju alir udara maka suhu


30
keluaran udara akan semakin rendah, hal ini disebabkan
semakin banyak jumlah udara pada setiap unit waktunya 29
dan semakin tinggi pula konsentrasi air yang berpindah ke 28
27 "
udara.
26 Toutwet
Data yang dihasilkan percobaan seharusnya tout dry 25
menurun 24
0.01 0.01 0.02 0.02
Hubungan kG dengan Laju
Alir Udara

Berdasarkan teori: Laju alir uadara berbanding


lurus dengan koefisien perpindahan massa (kG) Kecepatan Udara Vs kG
karena semakin banyak udara yang dialirkan ke 0.000162
dalam kolom pada satuan waktu, maka semakin 0.000161

banyak air yang berpindah ke udara. 0.000160


0.000159
Berdasarkan persamaan koefisien perpindahan

kG
0.000158

massa (kG), kG berbanding lurus dengan laju alir 0.000157

massa gas (G), dimana G berbanding lurus dengan 0.000156

debit udara (Q). Q merupakan perkalian laju alir


0.000155
0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700

uadara dengan luas penampang, sehingga laju alir v (m/s)

udara berbanding lurus dengan nilai kG


Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori,
terlihat dari gradiien grafik positif
Hubungan Bilangan Sherwood
dengan Laju Alir Udara

Bilangan Sherwood menunjukkan besar kemampuan Kecepatan Udara Vs Sh


untuk dapat terjadi perpindahan massa melalui 9.95E-17

mekanisme difusi.
9.90E-17

Berdasarkan teori: Bilangan Sherwood berbanding lurus


9.85E-17
dengan kG. Berdasarkan persamaan koefisien

Sh
perpindahan massa (kG), kG berbanding lurus dengan laju 9.80E-17

alir massa gas (G), dimana G berbanding lurus dengan 9.75E-17

debit udara (Q). Q merupakan perkalian laju alir udara 9.70E-17


dengan luas penampang. Sehingga nilai bilangan 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700
v (m/s)
Sherwood berbanding lurus dengan laju alir udara.
Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori, terlihat
dari gradiien grafik positif
Hubungan Difusivitas
dengan Laju Alir Udara

Kecepatan Udara Vs Difusifitas


Berdasarkan teori: Semakin besar laju alir
2.280E+10
udaranya maka konstanta difusivitasnya semakin 2.270E+10

kecil. Hal ini disebabkan oleh semakin besar 2.260E+10

D(cm^2/s)
2.250E+10
kecepatan udara maka waktu kontak antara udara 2.240E+10
dengan air semakin cepat sehingga semakin 2.230E+10

sedikitnya air yang akan berdifusi ke udara. 2.220E+10


2.210E+10
0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700
v (m/s)

Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori,


terlihat dari gradiien grafik negatif walaupun di
awal ada trend menaik
Hubungan Bilangan Schmidt
dengan Bilangan Reynolds

Berdasarkan teori: Persamaan untuk mendapatkan bilangan 3000.000


Schimidt menunjukkan bilangan Schimidt berbanding terbalik 2500.000
2000.000
dengan besar difusi. Dimana besar difusi berbanding terbalik 1500.000
dengan besar laju alir. Hubungan laju alir dengan bilangan 1000.000
500.000

Sc
Reynolds adalah berbanding lurus. Semakin besar laju alir maka 0.000
semakin besar nilai bilangan Reynolds. Sehingga bilangan
Schimidt berbanding lurus dengan bilangan Reynolds

Re
Data yang dihasilkan percobaan mendukung teori, terlihat dari
gradiien grafik positif
D. Analisis Perbandingan
Aliran Laminar, Transisi,
Turbulen
Profil kG terhadap Laju
Alir Udara
Secara teori: Jika nilai kG dibandingkan dengan laju alir
udara dibuat seragam untuk tiap 1 data dan variasi jenis Kecepatan Udara Vs kG
laju alir air (laminar, transisi, turbulen), maka nilai kG 0.000250

terbesar terjadi pada aliran turbulen. Hal ini disebabkan 0.000230


0.000210
pada laju alir yang semakin turbulen, maka arus eddy 0.000190

juga semakin banyak terjadi. Sehingga air yang berpindah

kG
0.000170
0.000150
dari fasa cair ke fasa gas semakin banyak. Namun adapula 0.000130

hambatan jika laju alir air terlalu besar, akan sangat 0.000110
0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700

sedikit waktu kontak antara air dan udara, sehingga difusi v (m/s)

yang terjadi menjadi kecil. Lami ner Tra ns i s i Turbul en

Data hasil percobaan yang dilakukan terlihat bahwa nilai


kG terbesar terjadi pada aliran laminer. Hal ini
disebabkan kondisi optimal agar proses difusi terjadi
dengan baik dan proses perpindadahan massa air ke
aliran udara juga berjalan dengan baik adalah pada
kondisi laminer.
Profil Bil. Sherwood
terhadap kG

Secara teori: Jika nilai bilangan Sherwood dibandingkan


profil Bilangan Sherwood (Sh) Vs kG
dengan laju alir udara dibuat seragam untuk tiap 1 data dan 1.60E-16
variasi jenis laju alir air (laminar, transisi, turbulen), maka nilai 1.40E-16

Bilangan Sherwood
bilangan Sherwood terbesar terjadi pada aliran turbulen. Hal 1.20E-16
ini disebabkan pada laju alir yang semakin turbulen, maka 1.00E-16
arus eddy juga semakin banyak terjadi. Sehingga air yang
8.00E-17
berpindah dari fasa cair ke fasa gas semakin banyak sehingga
lebih mudah terjadi perpindahan massa melalui mekanisme
6.00E-17
difusi, namun adapula hambatan jika laju alir air terlalu besar, 4.00E-17
akan sangat sedikit waktu kontak antara air dan udara, 2.00E-17
sehingga difusi yang terjadi menjadi kecil. 0.00E+00
0.000090 0.000140 0.000190 0.000240
Namun, data hasil percobaan yang dilakukan terlihat bahwa
nilai bilangan Sherwood terbesar terjadi pada aliran laminer. kG
Data percobaan menunjukkan kemudahan proses
perpindahan massa melalui proses difusi paling optimal pada Laminer Transisi Turbulen
kondisi laminer
Profil Difusivitas terhadap Laju
Alir Udara
Secara teori: Semakin besar laju alir udaranya maka
konstanta difusivitasnya semakin kecil. Hal ini disebabkan Kecepatan Udara Vs Difusifitas
oleh semakin besar kecepatan udara maka waktu kontak 2.290E+10
2.280E+10
antara udara dengan air semakin cepat sehingga semakin 2.270E+10
2.260E+10

D (cm^2/s)
sedikitnya air yang akan berdifusi ke udara. Namun laju alir 2.250E+10
2.240E+10
yang besar namun tidak terlalu besar juga mengoptimalkan 2.230E+10
proses perpindahan massa air kepada aliran udara. 2.220E+10
2.210E+10
0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700
Data hasil percobaan yang dilakukan terlihat bahwa nilai v (m/s)

difusivitas terbesar terjadi pada aliran laminer. Hal ini Lami ner Trans is i Turbul en
disebabkan kondisi optimal agar proses difusi terjadi dengan
baik dan proses perpindahan massa air ke aliran udara juga
berjalan dengan baik adalah pada kondisi laminer. Dimana
laju aliran air tidak terlalu cepat sehingga proses difusi tetap
berjalan namun laju alir air dan udara tetap pada kondisi
yang tidak lambat sehingga proses perpindahan molekul air
kepada aliran udara tetap berjalan dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai