Johan
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN
HISTOLOGI
MATA
Struktur Mata:
1. Internal
2. Eksternal
STRUKTUR INTERNAL
Diameter bola mata :
kurang lebih 2,5 cm.
Terletak pada bagian
anterior orbit.
Terdiri dari :
1. Lapisan Luar.
2. Lapisan Tengah.
3. Lapisan Dalam.
A. Lapisan Luar
Merupakan laipsan fibrous
yang menyangga mata, terdiri
dari : Sklera dan Kornea.
SKLERA
Jaringan padat, berwarna
putih.
Menempati 5/6 bagian
posterior dinding bola mata.
Pada orang dewasa atau
lansia, deposit lemak dapat
memberikan warna kuning
pada sklera.
KORNEA
Lapisan padat, avaskuler dan
transparan yang bersambung
dengan sklera.
Menempati 1/6 bagian
anterior dinding bola mata
dengan diameter kira-kira 11
mm.
Lanjutan
Kornea lanjutan dari
sklera, tetapi lebih tebal.
Limbus : Pertemuan
kornea dengan sklera.
Arkus senilis : Cincin putih
pada pada limbus akibat
adanya degenerasi lemak
pada lansia.
Kornea tersusun atas 5 lapisan :
1. Epitelium.
2. Membrana Bowman.
3. Stroma.
4. Membrana Descement.
5. Endotelium.
B. Lapisan Tengah
Uvea, lapisan kedua dari
bola mata, merupakan
lapisan bervaskuler dan
berpigmen.
Lapisan ini berisi : Koroid,
Badan siliar dan Iris.
KOROID
Membran coklat tua, terletak antara sklera dan
retina.
Bagian terbesar dari lapisan tengah, dilapisi oleh
sebagian besar sklera.
Berisi banyak pembuluh darah yang menyuplai
nutrien ke retina dan badan vitreus.
Mencegah refleksi internal cahaya.
BADAN (KORPUS) SILIARE
Menghubungkan koroid
dengan iris.
Pada permukaan dalam korpus
siliare terdapat prosesus siliaris
yang menghasilkan akueos
humor melalui proses dialisis
dan sekresi.
Prosesus ini banyak
mengandung pembuluh darah
dan serabut saraf.
IRIS
Perpanjangan korpus
siliare ke anterior dan
merupakan bagian mata
yang berwarna serta
menampakkan
karakteristik biru, hijau,
hazel, abu-abu atau
cokelat.
PupilTerletak didepan
lensa, di belakang kornea,
dan membentuk lingkaran
terbuka
Saat individu terjaga,
ukuran pupil bervariasi
sesuai jumlah cahaya
yang masuk.
Iris membagi secara parsial ruang yang berisi akueous
humor antara kornea dan lensa menjadi 2 bagian yaitu:
Kamera Anterior dan Kamera Posterior.
Bagian akar iris melekat pada permukaan badan silier.
Pada titik perlekatan ini iris relatif tipis sehingga dapat
robek karena trauma pada mata.
Fungsi iris: mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
C. Lapisan Dalam
RETINA
Struktur tipis, halus dan
bening tempat serat-serat
saraf optik didistribusikan.
Melapisi bagian dalam 2/3
posterior dinding bola
mata.
Secara eksternal dibatasi
oleh koroid dan sklera.
Secara internal dibatasi
oleh membran
hialoidea dari badan
vitreus.
Berisi pembuluh darah
yang menyuplai nutrisi
ke jaringan retina dan
dua kelas fotoreseptor
yang disebut rhod
(batang) dan cones
(kerucut).
RHOD :
1. Berfungsi mengurangi derajat iluminasi (terang) dan
bertanggung jawab terhadap pandangan perifer.
2. Digunakan apabila intensitas cahaya rendah dan
memberikan gambaran abu-abu.
3. Sangat banyak di bagian depan retina.
4. Mengubah rangsang cahaya menjadi impuls listrik yang
berjalan sepanjang serabut saraf sensoris menuju daerah
penglihatan di otak.
Untuk fungsi ini diperlukan rodopsin (suatu senyawa yang
tersusun atas protein dan pigmen karotena).
Bila terpapar cahaya, senyawa ini akan pecah dan pigmen
diubah menjadi vitamin A.
Pada keadaan gelap, rodopsin diresintesis dari vitamin
A dan protein, menyebabkan kepekaan rhod meningkat
dan disertai adanya pelebaran pupil (memungkinkan
lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata)
menyebabkan seseorang dapat beradaptasi pada
keadaan gelap.
Adaptasi terhadap cahaya terang disebabkan oleh
pemecahan rodopsin yang menyebabkan pengurangan
kepekaan rhod disertai dengan pengecilan pupil yang
membatasi banyaknya cahaya yang memasuki mata.
CONE :
1. Berfungsi meningkatkan derajat iluminasi dan
bertanggung jawab terhadap penglihatan sentral
dan penglihatan warna.
Fungsi:
Mentransmisikan cahaya
Menjaga permukaan posterior lensa
Berperan pada adanya tekanan intra okuler
(membantu melawan gaya tarik otot-otot
ekstrinsik mata).
STRUKTUR EKSTERNAL
ORBITA
Struktur tulang yang mengelilingi mata dan
memberikan proteksi paling besar pada mata
terutama untuk segmen posterior.
Digambarkan sebagai piramid
berdinding empat yang
berkonvergensi ke arah belakang.
Dinding medial orbita kiri dan
kanan terletak paralel dan
dipisahkan oleh hidung.
Volume orbita dewasa kira-kira 30
cc dan bola mata hanya
menempati sekitar 1/5 bagian
ruangannya. Lemak dan otot
menempati bagian terbesarnya.
Satu lapis fasia yang
dikenal dengan kapsula
tenon mengelilingi bola
mata dari kornea sampai
segmen posterior dan
memisahkan mata dari
lemak orbita.
Orbita berhubungan
dengan sinus frontalis di
atas, sinus maksiliaris di
bawah serta sinus
etmoidalis dan sfenoidalis
di medial.
KONJUNGTIVA
Membran mukosa tipis dan
transparan yang melapisi
bagian posterior kelopak
mata dan melipat ke bola
mata untuk melapisi
bagian anterior bola mata
sampai limbus tempat
konjungtiva berbatasan
dengan kornea.
Konjungtiva palpebra: terbentang pada permukaan
posterior masing-masing kelopak mata.
Konjungtiva bulbi: Konjungtiva yang terletak di
anterior sklera.
Konjungtiva palpebra lebih tebal daripada
konjungtiva bulbi.
Tempat bertemunya kedua konjungtiva ini disebut
fornix/sakus konjungtiva.
Konjungtiva memberikan proteksi pada sklera dan
pelumasan pada bola mata yang dilakukan oleh
kelenjar mukosa dan serosa.
Secara normal pembuluh darah pada konjungtiva
mengalami konstriksi dan sulit dilihat. Dilatasi
pembuluh-pembuluh darah dapat terjadi oleh
berbagai keadaan.
KELOPAK MATA
Susunan kulit yang halus, tipis
dan mudah digerakkan.
Pada saat menutup
melindungi mata dari
masuknya benda asing,
melindungi cahaya selama
tidur dan membantu
pergerakan air mata untuk
menjaga kelembapan kornea.
BULU MATA
Rambut tipis yang terbentuk
dari 2 atau 3 baris rambut
ireguler pada batas kelopak
mata.
Bulu mata atas lebih panjang
dan lebih banyak dari yang
dibawah dan melengkung ke
atas, bulu mata bawah
melengkung ke bawah.
Bulu mata sangat sensitif
terhadap sentuhan dan
melindungi bola mata dari debu
atau partikel kecil.
ALIS MATA
Lipatan kulit yang menebal
pada bagian atas orbita
yang ditutupi rambut
berbentuk garis.
Melindungi mata dari
perspirasi (keringat) dahi
dan menangkap partikel
organik dan anorganik.
APARATUS LAKRIMALIS
Terdiri atas glandula
lakrimalis dengan duktus-
duktusnya, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimalis
dan duktus nasolakrimalis.
Air mata diproduksi oleh
kelenjar lakrimal yang
terletak pada bagian
temporal atas masing-
masing orbit.
Terdapat 8-12 duktus
lakrimalis yang
mengalirkan air mata ke
bagian atas dan lateral
forniks konjungtiva.
Air mata terdiri dari 98% air, 1,5% NaCl
(memberikan rasa asin pada air mata) dan lisozim
(mempunyai efek anti bakteri).
Cahaya
datang Aqueous Vitreous
kornea lensa retina
Pada humor humor
mata
Refraksi cahaya
Pemfokusan
cahaya
Fisiologi penglihatan
Akomodasi lensa :
Pada penglihatan dekat
Otot silier berkontraksi menarik badan siliar
ke depan
Kontriksi pupil :
Refleks untuk mencegah cahaya yang divergen
ke mata penglihatan kabur karena tidak
terfokus dengan baik
Stimulasi fotoreseptor
Tempat bergabungnya
2 saraf optik di otak
Cahaya + Impuls
fotoreseptor elektrik Saraf optik Optic chiasma
Retinon = retinal
Retinon + = molekul pengabsorpsi cahaya,
opsin disintesis dari vitamin A
Opsin : suatu protein
Respon : Aspek
Batas kontras : terang gelap korteks talamus Ketajam-
Radius yg mungkin an
Memonitor pergerakan obyek
Fisiologi penglihatan
Cahaya : paket-paket energi yang
berjalan seperti gelombang
Spektrum : peruraian cahaya menjadi
komponen-komponennya menurut
panjang gelombangnya
Bagian yang bisa dilihat oleh mata pada
spektrum : daerah cahaya tampak
[rentang : 400 700 nm; dari warna
merah ( terbesar) s.d ungu ( terbesar)]
PENGATURAN CAHAYA
PUPIL (TEMPAT MASUKNYA CAHAYA KE BAGIAN
MATA) YANG DIKONTROL SARAF OTONOM
* CAHAYA TERANG (PUPIL MENGECIL APABILA OTOT
SIRKULER /KONSTRIKTOR BERKONTRAKSI &
MEMBENTUK CINCIN YANG LEBIH KECIL) SIMPATIS
* CAHAYA GELAP (OTOT RADIALIS MEMENDEK
MENYEBABKAN UKURAN PUPIL MENINGKAT)
PARASIMPATIS
PEMFOKUSAN BERKAS CAHAYA
PEMBELOKAN SUATU BERKAS CAHAYA (REFRAKSI)
KETIKA SUATU BERKAS CAHAYA MENGENAI PERMUKAAN
LENGKUNG DENGAN DENSITAS LEBIH BESAR, ARAH REFRAKSI
TERGANTUNG PADA SUDUT KELENGKUNGAN
* LENSA KONVEKS (CEMBUNG) MENYEBABKAN KONVERGENSI
/ PENYATUAN BERKAS CAHAYA
* LENSA KONKAF (CEKUNG) MENYEBABKAN DIVERGENSI
(PENYEBARAN) BERKAS CAHAYA
Fisiologi penglihatan
Cahaya
datang Aqueous Vitreous
kornea lensa retina
Pada humor humor
mata
Refraksi cahaya
Pemfokusan
cahaya
FUNGSI REFRAKSI MATA
CAHAYA JATUH DI ATAS MATA BAYANGAN LETAKNYA DIFOKUSKAN PADA
RETINA MENEMBUS & DIUBAH KORNE ALENSA BADAN AQUES &
VITROUS MEMBIASKAN & MEMFOKUSKAN BAYANGAN PADA RETINA
BERSATU MENANGKAP SEBUAH TITIK BAYANGAN YANG DIFOKUSKAN
AKOMODASI
AKOMODASI ADALAH KEMAMPUAN MENYESUAIKAN KEKUATAN LENSA
SEHINGGA BAIK SUMBER CAHAYA DEKAT MAUPUN JAUH DAPAT
DIFOKUSKAN DI RETINA
* KONTRAKSI OTOT SILIARIS, LIGAMENTUM SUSPENSORIUM MELEMAS &
TEGANGAN PADA LENSA BERKURANG (LENSA MEMBULAT & MENGUAT)
Mekanisme akomodasi
KATARAK
Keadaan kekeruhan lensa yang terjadi akibat
hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau
karena keduanya
Biasa terjadi pada kedua mata dan berjalan
progresif
Tanda dan gejala
Penglihatan seperti berasap
Tajam penglihatan menurun
KATARAK
Etiologi
Usia tua Obat
Kongenital Eserin
Kortikosteroid
Penyakit mata
Ergot
Glukoma
Antikolinesterase topikal
Ablasi
Uveitis Penyakit sistemik
Retinitis pigmentosa DM
Galaktosemi
Distrofi miotonik
Patofisiologi
Stadium dini : protein protein dalam serabut
lensa yang terletak di bawah kapsul akan
mengalami denaturasi (karena fisiologis
penuaan pada manusia).
Selanjutnya : protein tersebut akan
membentuk daerah keruh. Daerah transparan
lensa yang normal akan digantikan dengan
daerah keruh tersebut, yang menyebabkan
penglihatan berkurang ketajamannya.
Patofisiologi
http://www.answers.com/topic/astigmatism-text-blur-png
Hiperlipidemia
3 bentuk Retinopati diabetes:
Prognosis
Pada proses penyembuhan kadang2
tajam penglihatan sedikit menjadi lebih
baik atau sama sekali tidak ada perbaikan
Neuritis Retrobulbar
Radang saraf optik dibelakang bola mata
Biasanya berjalan akut yang mengenai satu
atau kedua mata
Etiologi
Multiple sclerosis
Anemia pernisiosa
Diabetes melitus
Tanda & Gejala
Bola mata terasa berat di bagian belakang bila digerakkan
Rasa sakit bila bola mata ditekan
Reaksi pupil yang lambat
Turunnya tajam penglihatan
Penatalaksanaan
Visus sama atau lebih baik dari 20/40 dilakukan
pengamatan saja
Visus sama atau kurang 20/50:
Pengamatan
Metilprednison 250 mg IV disusul prednison tablet
Retinopati
Retinopati merupakan kelainan pada retina
yang tidak disebabkan radang.
Cotton woll patches merupakan gambaran
eksudat pada retina akibat penyumbatan
arteri prepapil daerah non perfusi retina.
Terdapat pada hipertensi, retinopati diabetes,
penyakiit kolagen, anemia, penyakit hodgkin,
dan keracunan monoksida
Klasifikasi RS Cipto mangunkusumo
Derajat 1 : mikroanurisme dgn atau tanpa
eksudat lemak pd fundus okuli
Derajat 2 : mikroanurisme, perdarahan bintik ,
dan bercak dgnatau tanpa eksudat lemak pada
fundus okuli.
Derajat 3 : mikroanurisme, perdarahan bintik dan
bercak terdapat neovaskularisasi dan proliferasi
pada fundus okuli.
# jika mata kiri dan kanan gambaran tidak sama
maka digolongkan lebih berat.
Klasifikasi Retinopati Diabetik
Proliferatif
Non - proliferatif
Retinopati Diabetes Proliferatif
Keadaan ini merupakan stadium lanjut jika retino pati
awal tidak ditanggani dengan serius sehingga muncul
pembuluh darah baru pada permukaan retina atau
pada saraf optik
50% menjadi buta setelah 5 tahun,regresi spontan
dapat terjadi
Gejala bergantung kepada luas, tempat kelainan dan
beratnya kelainan.
Umumnya berupa penurunan tajam penglihatan
yang berlangsung perlahan-lahan
Penemuan klinis pada Retinopati
diabetic nonproliferative
termasuk mikroaneurisma,
perdarahan intraretina, dan
exudat lemak.
An area of
neovascularization that
leaks fluorescein on
angiography.
Keadaan yang Memperberat
Diabetes juvenil yg insulin dependent dan kehamilan
Arteriosklerosis dan proses menua pembuluh darah
memperburuk prognosis
Hiperlioproteinemi di duga mempercepat perjalanan
dan progresifitas kelainan dgn cara mempengaruhi
arteriosklerosis dan kelainan hemobiologik
Hipertensi arteri
Hipoglikemia atau trauma dapat menimbulkan
perdarahan retina mendadak
Pemeriksaan Retinopati
Oftalmoskop
Angiografi fluoresen
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Penatalaksanaan Diabetik
Retinopati
Pengobatan diabetes dengan diet dan obat dapat
menghambat dan mencegah berkembangnya
retinopati diabetes.
Mengendalikan kadar gula darah sangat penting
meskipun perkembangan retinopatinya sendiri masih
dapat berlangsung
Pemeriksaan berkala fundus foto untuk mengamati
perkembangan retinopatinya.
Eritropoietin
Tindakan Laser Foto Koagulas
Dapat menghentikan kerusakan lebih lanjut
sehingga dapat menurunkan resiko kebutaan.
Namun kerusakan yang telah terjadi dapat
diperbaiki dengan laser.
Pada stadium lanjut dimana telah terjadi
perdarahan badan kaca dan pembentukan
jaringan ikat, diperlukan tindakan operasi
vitrektomi yaitu suatu tindakan yang lebih
canggih dan kompleks
RETINOPATI ANEMIA
Dapat terlihat perubahan perdarahan dalam dan
superficial termasuk edema papil sebagai akibat dari
anoksia berat
Anoksia berat infark retina ditemukan bercak
keksudat kapas
RETINOPATI HIPOTENSI
Kelainan pada retina berupa : dilatasi arteriol dan
vena;iskemia saraf optik,retina dan koroid akibat
hipoperfusi,neovaskularisasi,glaukoma,retinitis
proliferan pada hipotensi kronik
RETINOPATI HIPERTENSI
Merupakan kelainan-kelainan retina dan pembuluh
dara retina akibat tekanan darah tinggi
Kelainan pada retina berupa :arteri yg besarnya tidak
teratur,eksudat pada retina,edema retina,da
perdarahan retina
Kealainan pembuluh darah berupa : penyempitan
umum atau setempat,percabangan pembuluh darah
yg tajam,skelrosis pembuluh darah
RETINOPATI LEUKIMIA
Dapat terjadi sebagai akibat dari semua bentuk
leukimia
Tnda yang khusus sperti vena yg
melebar,berkelok-kelok,dan memberi reflek yg
mengkilat sehingga sukar dibedakan arteri
dengan vena
Klasifikasi menurut Schele:
Stad. 1: penciutan setempat pada p.d kecil
Stad. 2: penciutan p.d arteri menyeluruh dengan
kadang penciutan setempat seperti benang, p.d
arteri tegang, membentuk cabang keras
Stad. 3: lanjutan stad. 2 + eksudat cotton, perdarahan
akibat diastol > 120mmHg, kadang (+) keluhan
berkurangnya penglihatan
Stad. 4: seperti stad 3 + papilledema, eksudat star
figure, keluhan penglihatan dg diastol > 150mmHg
Klasifikasi Keith Wagener Barker, berdasarkan
meninggalnya penderita dalam 8 tahun:
Derajat 1:
penciutan ringan p.d. dalam 8 thn: 4% meninggal
Derajat 2
Penambahan penciutan, ukuran p.d nadi dalam diameter
berbeda, fenomena crossing (+)
20% meninggal (dalam 8 thn)
Derajat 3
Tanda derajat 2 + perdarahan retina, cotton wool patches
8 0% meninggal (dalam 8 thn)
Derajat 4
Tanda derajat 3 + papill edema jelas
98 % meninggal (dalam 8 thn)
HIFEMA
Adalah darah di dlm bilik mata dpn dpt tjd ak/ trauma tumpul
yg merobek PD iris / bdn siliar.
MK : sakit disertai dgn epifora & blefarospasme, penglihatan
menurun, bila pasien duduk hifema akan terkumpul di bag
bawah bilik mata dpn.
Terapi : merawat pasien dgn posisi 30o pd kepala, diberi
koagulasi & mata ditutup, obat penenang jk di butuhkan.
Asetazolamid diberikan jk tjd glaukoma.
Parasentesis / mengeluarkan darah dr bilik mata dpn
dilakukan bila terlihat tanda2 glaukoma sekunder, hifema
penuh warna hitam / bila stelah 5 hari tdk terlihat tanda2
hifema akan berkurang.
Hifema akan hilang sempurna.
Edema kornea
Diakibatkan trauma tumpul yang keras atau cepat dan
dapat menyebabkan ruptur pada membran Descemet
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan serbukan
sel radang dan neovaskularisasi masuk ke dalam jaringan
stroma kornea
Mengakibatkan penglihatan kabur dan terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan hasil uji
plasido yang positif
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hpertonik
seperti NaCl 5%. Bila terdapat peninggian tekanan bola
mata, maka diberikan asetazolamid
Degenerasi makula
Dapat mengalami proses degenerasi akibat senilitis,
penyakit Stargard, dan pada penyakit Junius Kuhn
Degenerasi senil terjadi kelainan di sekitar makula lutea
sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan secara
perlahan-lahan.
Terlihat penimbunan pigmen, dan makula perlahan-lahan
,menjadi pucat
Degenerasi Junius (degenerasi diskiform) terlihat bercak
degenerasi putih atau kuning di daerah makula sebesar
papil saraf optik.
Penyakit Stargard terlihat pada masa pubertas akan terlihat
degenerasi makula dengan tertimbunnya pigmen.
Kegawat daruratan penyakit mata
Gawat, diagnosis dan pengobatan sudah harus diberikan
dalam satu atau beberapa jam
Glaukoma akut kongestif
Glaukoma akibat dislokasi lensa
Ablasi retina akut
Semi gawat, bila mungkin pengobatan sudah diberikan dalam
beberapa hari atau minggu
Katarak kongenital
Glaukoma kongenital
Glaukoma simplex
Diabetes retinopati
Neuritis optik
GAWAT DARURAT
Abrasi kornea Episkleritis dan skleritis
Laserasi kornea Selulitis periorbita dan orbita
Iritis traumatik Hipopion
Ruptur bola mata Degenerasi makula
Penetrasi benda asing pd bola mata Perdarahan vitreous
Hordeolum Oklusi arteri & vena retina
Avulsi N. opticus Retinopati diabetik dan hipertensif
Benda asing di konjungtiva / kornea Neuritis optikus
Benda asing di lamina tarsalis Edema papil
Perdarahan subkonjungtiva Ablasio retina
Kalazion Anisokoria
Blefaritis Pterigium
Konjungtivitis gonokokal, bakterialis, viral Enteropion
Keratitis herpes simpleks Glaukoma sudut tertutup
Ulkus kornea Retinoblastoma
Hifema
Kemosis
LANGKAH 6
Belajar Mandiri
LANGKAH 7
Mendiskusikan Temuan
Informasi dan Membuat
Sintesa
Kesimpulan
Saran
Sumber
Eva, Paul Riordan ; 2008 ; Lange Vaughan & Asburys GENERAL
OPHTHALMOLOGY International Edition; New York : Mc Graw Hill
Ilyas, Sidarta ; 2010 ; Ilmu Penyakit Mata ; Jakarta : FKUI
James, Bruce ; 2008 ; Lecture Notes Oftalmologi ; Jakarta : Erlangga
http://emedicine.medscape.com/article/1225122-overview
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001212.htm
Roger HA. Hypertensive retinopathy. In: Yanoff M, Duker JS,
Augsburger JJ, editors. Ophthalmology. Ed 2. New York: Mosby;
2003.
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
h.221-3.
Hughes BM. Hypertension. Diunduh dari www.emedicine.com (5 Okt
2007)
Wong TY, Mitchell P. Hypertensive retinopathy. NEJM; November 25,
2004; vol 351:2310-2317