Anda di halaman 1dari 31

Skenario 3

Menstruasi Tidak Teratur


Kelompok B 7
 Ketua : Nidya Annisa Putri 1102013211

 Sekretaris : Nadhia Putri Anggraeni 1102013195

 Anggota : Nurhalimah 1102010212

Santi Dwi Rahmawati 1102013262

Ratih Laura Sabrina 1102012227

Tutty Fajaryanti 1102013291

Reynaldi Fattah Zakaria 1102013246

Shabrina Setiasari 1102013269

Vemindra Dinda Laksono 1102013296

Qonny Welendri 1102013237


Learning Objective
LO 1.Memahami dan Menjelasakan Anatomi Organ Reproduksi
1.1. Makroskopik
1.2. Mikroskopik
LO 2.Memahami dan Menjelaskan Fisiologi hormon
yangmempengaruhi menstruasi
LO 3.Memahami dan Menjelaskan Kelainan/Gangguan Menstruasi
3.1. Definisi
3.2. Klasifikasi
3.3. Etilogi
3.4. Patofisiologi
3.5. Manifestasi Klinis
3.6. Diagnosis
3.7 Penatalaksanaan
LO 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang
menstruasi dan isthihadhah
LO 1.Memahami dan Menjelasakan Anatomi Organ Reproduksi
1.1. Makroskopik
1.2. Mikroskopik

 Ovarium

Daerah korteks mengandung banyak folikel telur yang masing-masing terdiri


dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel.

Medula adalah jaringan ikat padat tidak teratur yang bersambungan dengan
ligamentum mesovarium yang menggantungkan ovarium.
 Macam – macam folikel:
1. Folikel primordial
2. Folikel primer
3. Folikel sekunder
4. Folikel tersier
5. Folikel Graff
 Tuba Fallopii
 Uterus

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :

1.Perimetrium

2.Miometrium : terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas.


Tiga lapisan otot tersebut adalah ;

Lapisan Sub vascular

Lapisan Vaskular

Lapisan Supravaskular

3.Endometrium
LO 2.Memahami dan Menjelaskan Fisiologi hormon yang
mempengaruhi menstruasi

 Siklus Menstruasi

Siklus haid dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium. Siklus uterus
berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus -
endometrium. Pada akhir fase menstruasi endometrium mulai tumbuh
kembali dan memasuki fase proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan
endometrium berhenti sesaat dan kelenjar endometrium menjadi lebih
aktif – fase sekresi.

Lama siklus haid rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :

 Fase folikuler

 Ovulasi

 Fase luteal (pasca ovulasi)


 Endokrologi Siklus Menstruasi

Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros


hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus haid, namun
organ ini sendiri dapat pula dipengaruhi oleh pusat otak yang lebih tinggi, sehingga
faktor kecemasan ataupun gangguan kejiwaan lain dapat mengganggu pola haid
yang normal.

Hipotalamus mempengaruhi hipofisis melalui pengeluaran GnRH-Gonadotropin


Releasing Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior
dan menyebabkan gonadotrof hipofisis melakukan sintesa dan pelepasan FSH-
foliclle stimulating hormone dan LH-Luteinizing hormone. FSH akan menyebabkan
proses maturasi folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi
serta produksi progesteron oleh corpus luteum. Aktivitas siklis dalam ovarium
berlangsung melalui mekanisme umpan balik diantara ovarium – hipotalamus dan
hipofisis.
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan
Menstruasi

3.1. Definisi

Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan


untuk menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan
dalam jumlah yang banyak atau sedikit, dan haid yang memanjang
atau tidak beraturan.

Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus


abnormal yang didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata
disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-
hipofisis-ovarium-endometrium tanpa kelainan organik alat
reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan
perimenopause.
3.2. Klasifikasi
I. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :
 Hipermenorea atau menorargi
 Hiomenorea
II. Kelainan siklus:
 Poligomenorea
 Oligomenorea
 Amenorea
III. Perdarahan di luar haid:
 Metroragia
Klasifikasi PUA berdasarkan perdarahan

 Pendarahan uterus abnormal akut

 Pendarahan uterus abnormal kronik

 Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding)


 3.3. Etiologi

Hip0rmenorrhea
Menorrhagia/Hipermenorrhea
• Setelah dilakukan miomektomi/
1.Gangguan pembekuan
gangguan endokrin
2.disfunctional uterine bleeding
• kesuburan endometrium kurang
(DUB)
akibat dari kurang gizi, penyakit
3. Gangguan pada organ dalam
menahun maupun gangguan
pelvis
hormonal.

Oligomenorrhea
Oligomenorrhea biasanya berhubungan
Polimenorrhea
dengan anovulasi atau dapat juga
Bila siklus pendek namun teratur ada
disebabkan kelainan endokrin seperti
kemungkinan stadium proliferasi
kehamilan, gangguan hipofise-
pendek atau stadium sekresi pendek
hipotalamus, dan menopouse atau sebab
atau kedua stadium memendek.
sistemik seperti kehilangan berat badan
berlebih.
3.4. Patofisiologi
3.5. Manifestasi Klinis
3.6. Diagnosis

 Anamnesis

- identitas diri (nama, alamat, umur, status, pendidikan)

- siklus menstruasi

- volume menstruasi

- ada nyeri / tidak

- riwayat penggunaan kontrasepsi


 Pemeriksaan Fisik
pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
 Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau
hypothyroid
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
 Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah
 Pemeriksaan Penunjang
3.7 Penatalaksanaan

 Perbaikan Keadaan Umum

Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang


buruk. Pada perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8
g/dL) yang terjadi harus segera diatasi dengan transfusi darah. Pada
perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan
seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan
anemia berat membutuhkan transfusi darah
 Penghentian Pendarahan
Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk
menghentikan perdarahan karena memiliki berbagai khasiat
yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada
dinding pembuluh darah, vasokonstriksi (karena merangsang
prostaglandin), meningkatkan pembentukan thrombin dan
fibrin.
Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat
menghentikan perdarahan. Beberapa sedian tersebut
antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat,
dihidrogesteron dan linestrenol.
Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok
dengan estrogen dan progesteron. Sediaan yang dapat
dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil
testosteron (danazol merupakan suatu turunan 17-α-
etinil-testosteron).
Terapi berdasarkan usia
 PUD pada Usia Perimenarche

Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin,


antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau asam traneksamat.Pemberian
tablet estrogen – progesteron kombinasi, atau tablet progesterone
saja maupun analog GnRH (agonis atau antagonis) hanya bila tidak ada
perbaikan.

Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
 Dirawat dan diberikan transfusi darah.
 Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
 Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17β estradiol 2x2 mg, atau
 Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
 Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg ;atau
 Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
 normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari
 PUD pada Usia Reproduksi

Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang
hingga akut. PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak
(spotting) pada pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :

 17-β estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau
estropipete 1x1,25 mg, dari hari ke 10-15 siklus haid

 Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau
didrogesteron 1x10 mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga
Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.

 Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17-β estradiol 1x


2mg, atau estrogen equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x
1,25 mg yang diberikan mulai hari 2- 8 siklus haid.
 PUD pada usia perimenopause

 Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C
(Dilatasi dan kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat
dengan USG. Bila ditemukan ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti
telah terjadi hiperplasia endometrium.

 Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia


kistikm atau hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba
pemberian progesteron seperti MPA dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6
bulan, atau dapat juga diberikan depo medroksiprogesterone asetat (DPMA)

 Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan


kombinasi estrogen- progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg ,
atau 17-β estradiol 1x2 mg + MPA 1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan
selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, maka perlu dilakukan tindakan D&C .
dan pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil patologi anatomi yang
diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko kanker endometrium seperti
kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C , meskipun
ketebalan endometrium <5 mm.
LO 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang
menstruasi dan isthihadhah

 Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang


wanita tanpa henti sama sekali atau berhenti sebentar sehari atau
dua hari dalam sebulan.

 Kondisi wanita mustahadhah

1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas


waktunya.

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami


istihadhah, karena istihadhah tersebut terus menerus terjadi padanya
mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah.

3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa


dibedakan secara tepat darahnya.
 Hukum – hukum istihadhah

1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat.

2. Ketika hendak berwudhu, membersihkan sisa-sisa darah dan


melekatkan kain dengan kapas (atau pembalut) pada farjinya untuk
mencegah keluarnya darah.

 Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut,


maka tidak apa-apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada
Fatimah binti Abu Hubaisy:

ِ ‫علَى ال َح‬
َ‫صي ِْر‬ َ َ‫ن ق‬
َ ‫ط ََر ال َّد َُم‬ َ ‫صالَةَ ث ََُّم‬
َْ ِ‫ص ِلي َوإ‬ َ ‫ل‬ َّ ‫ك ث ََُّم ا ْغت َ ِس ِلي َوت َ َو‬
َِ ‫ضئَِي ِل ُك‬ ََ ‫صالََة َ أَي‬
ِ ‫َّام ت َ َحي‬
َِ ‫ُّض‬ َّ ‫ا ِْجتَنِبِي ال‬.

“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan


berwudhulah untuk setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah
menetes di atas alas.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
 Haid (Menstruasi)

Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu
sebab dan pada waktu-waktu tertentu.
 Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang
wanita melihat pada dirinya darah haid maka ia telah dianggap
haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau berusia di atas 50 tahun.
 Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang
wanita melihat darah kebiasaan tersebut bukan karena luka dan
sebagainya maka darah itu adalah darah haid tanpa diukur dengan
masa tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti
atau berhenti dalam waktu singkat itu disebut istihadhah.
 Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan
wanita, maka terdapat dua kemungkinan ; bila itu terjadi dalam
masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah haid yang ia
kenal, maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan
waktu haid dan ia tidak menganggapnya sebagai darah haid yang ia
kenal, maka darah itu tidak ada hukumnya karena termasuk
sesuatu yang sedikit (yang dimaafkan).
Daftar pustaka
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan Terapeutik FKUI

Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington, Lange, 2003: 316-23

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.

Murray,RK et al (2003). Biokimia Harper edisi 25.Jakarta.EGC

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC

Scoot, J. 2002. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta, Widya Medika.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai