Anda di halaman 1dari 31

Kelainan Refraksi

Dan
Cara Pemeriksaan
Instrumen Optik mata

 Media Refraksi :
 kornea n = 1.33
 Cairan Aqueous n = 1.33
 Lensa n = 1,41
 Badan Vitreus n = 1.33
 Kekeruhan media refraksi --> gangguan penglihatan
Anomali Refraksi
 Normal : Emetropia
 Anomalies : (ametropia)
 Myopia

 Hypermetropia

 Astigmatism

 Presbiopia
 Emmetropia
 Suatu kondisi dimana sinar sejajar
difokuskan secara tepat pada retina mata
dalam keadaan rileks ---> tajam penglihatan
maximum
 Myopia
 Kondisi Refraksi dimana , dgn akomodasi
kuat , sinar sejajar jatuh/ difokuskan di
depan retina.
Hypermetropia
 Anomali refraksi diman tanpa akomodasi sinar
sejajar akan difokuskan di belakang retina
astigmatism
 Kondisi Refraksitive dimana derajat refraksi
berbeda pada meridian yang beda, tiap sinar
sejajar akan difokuskan pada titik yang
berbeda.each . Bentuk bayangan :
 garis, oval, lingkaran, tidak pernah bentuk
titik
Presbiopia

 Perubahan fisiologis karena kemampuan


akomodasi menurun pada usia tua
Accommodation
16

10

10 20 40 50 60 Age
 Koreksi Presbiopia :
 40 tahun S + 1.00 D
 45 tahun S + 1.50 D
 50 tahun S + 2.00 D
 55 tahun S + 2.50 D
 60 tahun S + 3.00 D
 Tergantung jenis pekerjaan
Penjahit
 Arsitek
 Weld engineer
Subjektif :
* Snellen chart/projector, alphabet , Huruf E
gambar, Landolt ring
*Trial lens and Trial frame

Objektif :
Anak-anak, tak kooperatif , sulit dikoreksi
Strabismus :
- Ophthlamoscopy
- Retinoscopy
- Refractometer
Kebutaan dan gangguan
penglihatan

Survei Mata Nasional Dep Kes 1993/61


 Gangguan penglihatan (  6/18 ) : 1.80%
 Gangg.penglih berat ( 6/20 – 6/60 ) : 1,10%
 Buta ( 3/60) : 1.50%
Penyebab kebutaan
Distribusi Prevalensi
 Lensa: 52 %  Lensa: 0.78 %
 Saraf Optik : 13.4 %  Saraf Optik : 0.20 %

 Refraksi: 9.5 %  Refraksi : 0.14 %


 Retina: 8.5 %  Retina: 0.13 %
 Kornea: 6.4 %  Kornea: 0.10 %
 Lain-lain: 10.2 %  Lain-lain: 0.15 %
Prevalensi Morbiditas mata (%)
 Kel .Refraksi 22.1 Jawa Barat 27.5
 Pterygium 13.9 12.9
 Katarak 7.3 6.4
 Konjunctivitis 2.0 0.9
 Parut Kornea 1.4 1.9
 Glaukoma 0.4 0.1
 Strabismus 0.3 --
 Hordeolum 0.3 0.1
 Blepharitis 0.3 0.2
 Atrofi Papil 0.2 --
Prevalensi Kel Refraksi (%) berdasarkan
Provinsi, 1996

No. Provisi Prevalensi


1 Sumatera Barat 24.8
2 Sumatera Selatan 23.4
3 Jawa Barat 27.5
4 Jawa Tengah 27.3
5 Jawa Timur 18.8
6 Nusa Tenggara Barat 11.2
7 Sulawesi Utara 17.1
8 Sulawesi Selatan 27.2
Nasional 22.1
PREVALENSI KEL.REFRAKSI
BERDASARKAN KELOMPOK UMUR (%)
1996

No Kelompok umur Prevalensi


1 0 - 5 tahun 1.3
2 6 - 18 tahun 5.1
3 19 - 54 tahun 28.4
4 55 – 64 tahun 62.8
5 65 tahun keatas 55.8
PREVALENCE KEL.REFRAKSI PADA
KELOMPOK USIA SEKOLAH (%)

Mardiono, Jakarta 1988 10


Farida Sirlan,Jawa Barat 1994 5
Survei Mata Nasional 1996 5.1
RS Mata Cicendo , 2002 3–5
Latar Belakang

1) Prevalensi kel. refraksi 


2) Fungsi perkembangan penglihatan tergantung
pada usia awal/early age (lahir s/d 9-10 tahun)
3) Skrining untuk deteksi dini sangat penting
4) Skrining kel. Refraksi dapat didelegasikan
kepada tenaga non medis
Laporan hasil dan Rekomendasi
Workshop Regional Asia Tenggara tentang Pelayanan Mata
Anak, 6 – 8 Pebruari 2003

Kelainan Refraksi Anak

1. Tajam penglihatan pada anak2 yang telah


memasuki usia sekolah dasar harus di lakukan
pemeriksaan & dikoreksi dengan kaca mata yang
tepat.
2. Anak2 balita sebaiknya diperiksa tajam
penglihatannya.
3. Guru dapat diikutsertakan untuk memeriksa
tajam penglihatan muridnya.
Optometry adalah bagian dari tim
pelayanan mata

Tim pelayanan mata komunitas (1 juta


penduduk)
Terdiri dari : - 1 dokter mata
- 4 optometris
- 8 pekerja sosial/kader
- 8 asisten
- 16 perawat mata
Target Renstra Nasional PGPK

 ARO: 7(2002), 10 (2004), 15(2010) dan ? (2020)

 Koreksi kel.refraksi: 12.5% (2002), 25% (2005)


50% (2010), 100% (2020)

 Optik memp.Dlll RO: 50% (2004), 100% (2010)

 Ratio RO: (2004), (2010), (2020)


Kerja sama antar sektor
 Departemen Kesehatan
 Departemen Pendidikan Nasional
 Departemen Dalam NegeriMinistry
 Departemen Agama
 Refraksionis, optisian, optikal
KEGIATAN
 Di sekolah, skrining dan pelatihan

 Di puskesmas, koreksi dan rujukan ke


pelayanan mata sekunder.

 Optikal, menyediakan kaca mata.


Peran dan Tanggung jawab
Guru
Puskesmas, rumah sakit
Departemen Kesehatan
Departemen Pendidikan nasional
Pemerintah Daerah
Optisian/ optikal
LSM
Peran Departemen Kesehatan
 Melatih bagaimana melakukan skrining pada
anak2 dengan pelayanan refraksi kepada
guru2 dan perawat2.
 Monitoring dan evaluasi rujukan di
puskesmas2 dan rumah sakit-rumah sakit.
 Mensupervisi pelayanan optikal untuk
menyediakan kaca mata yang terjangkau dan
berkualitas.
 Meyediakan peralatan dan instrumen untuk
puskesmas, rumah sakit dan optikal.
Peran Departemen Pendidikan
Nasional

 Monitoring program di sekolah


 Menyediakan Kartu-E atau Kartu Snellen
 Menyediakan guru untuk dilatih
 Menindaklanjuti program untuk menjamin
anak2 mendapatkan kaca mata
Peran Pemerintah Daerah
 Monitoring dan evaluasi program di
sekolah, puskesmas dan rumah sakit
 Menindaklanjuti murid2 mendapatkan
kaca mata
 Mengadakan kerjasama dengan sektor
swasta dan LSM untuk menyediakan
kaca mata kepada kelompok
berpendapatan rendah
PROGRAM DI SEKOLAH

Skrining oleh guru


Merujuk ke puskesmas optikal, rumah
sakit dan dokter mata swasta
Evaluasi - apakah rujukan berjalan?
- apakah kaca mata tersedia?
PROGRAM PUSKESMAS

Menerima rujukan
Melakukan koreksi kelainan refraksi
Melakukan rujukan ke pada dokter
mata
Menyediakan kaca mata
Monitoring dan evaluasi
PROGRAM OPTIKAL

 Mengutamakan profesionalisme dari pada


bisnis
 Memikirkan masyarakat
 Bermacam-macam harga dan biaya kaca
mata
 Tersedia, terjangkau dan mudah dicapai
Penanggulangan kel.refraksi

 Kel.refraksi pada anak/murid sekolah


 Kel.refraksi pada usia produktif
 Presbyopia pada usia diatas 40 tahun
 Kel.refraksi pada pasien pascabedah
katarak

Anda mungkin juga menyukai