Pengantar
Perbuatan Pidana dalam perbarengan pidana
Stelsel Penerapan Pidana
Perbuatan Perbarengan
Concursus Idealis
Concursus realis
Perbuatan berlanjut
Perbuatan pidana tertinggal
Perbarengan penentuan pidana
Perbuatan Pengulangan
PENGANTAR
Stelsel absorpsi
•Beberapa ketentuan pidana digunakan
•Yang diterapkan adalah ketentuan pidana yang paling berat
Stelsel Kumulasi
•Untuk setiap perbuatan pidana dapat dijatuhkan pidana secara tersendiri
•Setiap pidana dijumlahkan dan diolah menjadi satu pidana
“Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana,
maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan
itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman
pidana pokok yang paling berat.”
- Suatu perbuatan
- Lebih dari satu aturan pidana
- Yang dikenakan hanya satu diantara aturan-aturan;
- Jika berbeda-beda
- Yang dikenakan yang memuat ancamana pidana pokok yang
paling berat
CONTOH KASUS
S et i a p o r a n g ya n g m e l a kuka n p e r b ua t a n ke ke r a s a n f i s i k d a l a m l i n g kup r u m a h
t a n g g a s e b a g a i ma n a d i m a k s ud d a l a m P a s a l 5 h u r u f a d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a
p e n j a r a p a l i n g l a m a 5 ( l i m a ) t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p
( 2 ) 1 5 . 0 0 0 . 0 0 0 ,0 0 ( l i m a b e l a s j u t a r u p i a h ) .
D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 1 ) m e n g a k i b a t ka n
ko r b a n m e n d a p a t j a t u h s a k i t a t a u l u ka b e r a t , d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a
( 3 ) p a l i n g l a m a 1 0 ( s e p u l uh ) t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p 3 0 . 0 0 0 .0 0 0 , 0 0
( t i g a p u l uh j u t a r u p i a h ) .
D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 2 ) m e n g a k i b a t ka n
( 4 ) m a t i nya ko r b a n , d i pi da n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a p a l i n g l a m a 1 5 ( l i m a b e l a s )
t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p 4 5 . 0 0 0 . 0 0 0 , 0 0 ( e m p a t p u l uh l i m a j u t a
rupiah).
D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 1 ) d i l a kuka n o l e h s u a m i
te r h a d a p i s te r i a t a u s e b a l i k nya ya n g t i d a k m e n i m b ul ka n p e nya k i t a t a u h a l a n g a n
u n t u k m e n j a l a n ka n p e ke r j a a n j a b a t a n a t a u m a t a p e n c a h a r i a n a t a u ke g i a t a n s e h a r i -
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda
p a l i n g b a nya k R p 5 . 0 0 0 . 0 0 0 ,0 0 ( l i m a j u t a r u p i a h ) .
2. CONCURSUS REALIS
(PASAL 65-71)
Le bi h da ri s a t u pe rbua t a n pi da n a
Pe rbua ta n pi da n a ya n g be rdi ri s e n diri :
Pe rbua t a n P i da n a ya n g te rbuk t i
Pidana pokok yang sejenis (Pasal 65, meerdaadse samenloop)
Dijatuhi satu hukuman saja
Jumlah hukuman tertinggi dengan maksimum hukuman ditambahkan dengan
hukuman maksimum yang paling berat ditambah dengan sepertiganya
Pidana pokok yang tidak sejenis (Pasal 66 ayat (1))
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan tetapi jumlahnya tidak boleh
melebihi maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga.
Pidana denda dihitung lamanya dengan maksimum pidana pengganti –Pasal
66 ayat (2)
Pidana mati atau seumur hidup tidak boleh dijatuhi dengan pidana lain
kecuali pidana pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang yang
telah disita sebelumnya dan pengumuman putusan hakim pasal 67
Pidana denda (pasal 68)
Perbandingan pokok yang tidak sejenis (69)
PASAL 65
(MEERDAADSE SAMENLOOP/ PERBARENGAN
PERBUATAN)
(1)Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang
masing-masing harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis, maka
dijatuhkan satu hukuman saja
(2)Maksimum hukuman ini ialah jumlah
hukuman2 tertinggi ditentukan untuk
perbuatan itu, akan tetapi tidak boleh lebih
dari hukuman maksimum yang paling berat
ditambah dengan sepertiganya.
PASAL 66
(1 )
Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang
masing-masing harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan, tetapi
jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana
yang terberat ditambah sepertiga.
Ilustrasi 1
Seorang yang hendak membangun rumah
Mencuri barang-barang bangunan dari toko
Dalam jangka waktu tertentu (sebelum rumah
dibangun)
Ilustrasi 2
Pustakawan mengambil buku di perpustakaan dan
dijual di pasal loak
Penerapan terhadap pasal 374 KUHP: penggelapan
oleh yang memiliki wewenang karena jabatannya
(max 5 tahun)
CONTOH
Pidana tertinggal:
Perbuatan pidana lebih dari satu, namun
yang baru diadili adalah 1 perbuatan;
Diperlakukan perbarengan pemidanaan
Tidak dapat disamakan dengan nebis in
idem (Pasal 76)
PASAL 71
Contoh:
Penganiayaan pasal 351 jo. 356
Kekerasan fisik pasal 45 UU PKDRT
LEX SPECIALIS VERSUS LEX SPECIALIS
Residive umum
•Seseorang mengulangi setiap jenis
kejahatan
Residive khusus
•Seseorang mengulangi kejahatan
sejenis
JENIS-JENIS KEJAHATAN DALAM RESIDIVE
Pasal 486
•Kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan:
•Dengan maksud mencari keuntungan yang tidak layak
•Yang menggunakan tipu muslihat
Pasal 487
•Kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan
•Terhadap badan dan jiwa seseorang
•Kekerasan terhadap seseorang
Pasal 488
•Kejahatan-kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang
bersifat penghinaan
SYARAT-SYARAT PENGULANGAN
(RESIDIVE)
Kejahatan yang pertama dilakukan dan sudah dijatuhi
hukuman
Putusan bersifat final
Hukuman sudah dijalankan baik sebagian atau seluruhnya
atau sejak hukuman sudah dihapuskan
Jangka waktu saat kejahatan yang dilakukan dan saat
hukuman yang dijatuhkan terhadap kejahatan pertama yang
telah selesai tidak melebii 5 tahun
Jenis hukuman: penjara (pasal 486/487) atau jenis lainnya
Pemidanaan residive maksimum ditambah 1/3 dari pasal
yang bersangkutan.
Pengulangan tidak diberlakukan terhadap setiap tindak
pidana.