Anda di halaman 1dari 33

PERBARENGAN

(CONCURSUS ) DAN Sri Wiyanti


Eddyono
PENGULANGAN (RESIDIVE)
PERBUATAN PIDANA
PEMBAHASAN

 Pengantar
Perbuatan Pidana dalam perbarengan pidana
Stelsel Penerapan Pidana
 Perbuatan Perbarengan
Concursus Idealis
Concursus realis
Perbuatan berlanjut
Perbuatan pidana tertinggal
Perbarengan penentuan pidana
 Perbuatan Pengulangan
PENGANTAR

Perbarengan pidana dalam Civil Law System


Tidak dikenal dalam Common Law system
Tujuan untuk pembatasan pidana maksimum
Perbarengan pidana  sebagai masalah
pemberian pemidaan
Bukan bentuk pidana khusus
Pengaturan Perbarengan Pidana
Bab VI, Gabungan Delik, Buku I, KUHP (63-71)
PERBUATAN

Scaffmeister, Keijzer dan Sutorius:


Perbuatan:
Yang sebenarnya terjadi
Yang dituduhkan
Yang sudah dibuktikan

Perbedaan perbuatan berbeda-beda


berdasarkan konteksnya
STELSEL PENERAPAN PIDANA

Stelsel absorpsi
•Beberapa ketentuan pidana digunakan
•Yang diterapkan adalah ketentuan pidana yang paling berat

Stelsel Kumulasi
•Untuk setiap perbuatan pidana dapat dijatuhkan pidana secara tersendiri
•Setiap pidana dijumlahkan dan diolah menjadi satu pidana

Stelsel Kumulasi terbatas


•Penjumlahan seluruh pidana perbuatan tidak boleh mencamai batas max
ancaman yang paling berat dengan suatu presentasi tertentu

Stelsel Kumulasi tidak terbatas


•Seperti stelsel kumulasi—hanya untuk pelanggaran
PERBARENGAN PERBUATAN PIDANA
(CONCURSUS—SAMENLOOP VAN
STRAFBAARFEIT)
1. CONCORSUS IDEALIS
PA SAL 6 3 ( 1 )
E E N DAADSE SA M E NLOOP ( P E RBA RE NG AN P E RAT URAN ,
C ON C URSUS I DE A LIS )

“Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana,
maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan
itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman
pidana pokok yang paling berat.”

Concursus idealis persamaan sifat dari perbuatan yang


dilakukan termasuk beberapa ketetntuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan yang satu tanpa melenyapkan yang lain

- Suatu perbuatan
- Lebih dari satu aturan pidana
- Yang dikenakan hanya satu diantara aturan-aturan;
- Jika berbeda-beda
- Yang dikenakan yang memuat ancamana pidana pokok yang
paling berat
CONTOH KASUS

Perkosaan (285) dan merusak


kesopanan umum (281)
Pembunuhan pasal 339 dan
pengrusakan barang (406)
UU PKDRT 23/2004

 S et i a p o r a n g ya n g m e l a kuka n p e r b ua t a n ke ke r a s a n f i s i k d a l a m l i n g kup r u m a h
t a n g g a s e b a g a i ma n a d i m a k s ud d a l a m P a s a l 5 h u r u f a d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a
p e n j a r a p a l i n g l a m a 5 ( l i m a ) t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p
 ( 2 ) 1 5 . 0 0 0 . 0 0 0 ,0 0 ( l i m a b e l a s j u t a r u p i a h ) .
 D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 1 ) m e n g a k i b a t ka n
 ko r b a n m e n d a p a t j a t u h s a k i t a t a u l u ka b e r a t , d i p i d a n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a
 ( 3 ) p a l i n g l a m a 1 0 ( s e p u l uh ) t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p 3 0 . 0 0 0 .0 0 0 , 0 0
 ( t i g a p u l uh j u t a r u p i a h ) .
 D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 2 ) m e n g a k i b a t ka n
 ( 4 ) m a t i nya ko r b a n , d i pi da n a d e n g a n p i d a n a p e n j a r a p a l i n g l a m a 1 5 ( l i m a b e l a s )
t a h u n a t a u d e n d a p a l i n g b a nya k R p 4 5 . 0 0 0 . 0 0 0 , 0 0 ( e m p a t p u l uh l i m a j u t a
 rupiah).
 D a l a m h a l p e r b ua t a n s e b a g a i ma n a d i m a k s ud p a d a aya t ( 1 ) d i l a kuka n o l e h s u a m i
te r h a d a p i s te r i a t a u s e b a l i k nya ya n g t i d a k m e n i m b ul ka n p e nya k i t a t a u h a l a n g a n
u n t u k m e n j a l a n ka n p e ke r j a a n j a b a t a n a t a u m a t a p e n c a h a r i a n a t a u ke g i a t a n s e h a r i -
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda
p a l i n g b a nya k R p 5 . 0 0 0 . 0 0 0 ,0 0 ( l i m a j u t a r u p i a h ) .
2. CONCURSUS REALIS
(PASAL 65-71)
 Le bi h da ri s a t u pe rbua t a n pi da n a
 Pe rbua ta n pi da n a ya n g be rdi ri s e n diri :
 Pe rbua t a n P i da n a ya n g te rbuk t i
 Pidana pokok yang sejenis (Pasal 65, meerdaadse samenloop)
 Dijatuhi satu hukuman saja
 Jumlah hukuman tertinggi dengan maksimum hukuman ditambahkan dengan
hukuman maksimum yang paling berat ditambah dengan sepertiganya
 Pidana pokok yang tidak sejenis (Pasal 66 ayat (1))
 dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan tetapi jumlahnya tidak boleh
melebihi maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga.
 Pidana denda dihitung lamanya dengan maksimum pidana pengganti –Pasal
66 ayat (2)
 Pidana mati atau seumur hidup tidak boleh dijatuhi dengan pidana lain
kecuali pidana pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang yang
telah disita sebelumnya dan pengumuman putusan hakim  pasal 67
 Pidana denda (pasal 68)
 Perbandingan pokok yang tidak sejenis (69)
PASAL 65
(MEERDAADSE SAMENLOOP/ PERBARENGAN
PERBUATAN)
(1)Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang
masing-masing harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis, maka
dijatuhkan satu hukuman saja
(2)Maksimum hukuman ini ialah jumlah
hukuman2 tertinggi ditentukan untuk
perbuatan itu, akan tetapi tidak boleh lebih
dari hukuman maksimum yang paling berat
ditambah dengan sepertiganya.
PASAL 66

(1 )
Dalam hal gabungan beberapa perbuatan yang
masing-masing harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan, tetapi
jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana
yang terberat ditambah sepertiga.

(2) Pidana denda dalam hal itu dihitung menurut


lamanya maksimum pidana kurungan pengganti
yang ditentukan untuk perbuatan itu
PASAL 67

Jika seseorang dijatuhi pidana mati atau


pidana penjara seumur hidup, di samping itu
tidak boleh dijatuhi pidana lain kecuali
pencabutan hak-hak tertentu, perampasan
barang-barang yang telah disita sebelumnya
dan pengumuman putusan hakim.
PASAL 68

…terkait pasal 66 dan 65 tentang pidana tambahan:


1. Pidana-pidana pencabutan hak yang sama dijadikan satu,
yang lamanya paling sedikit dua tahun dan paling banyak
lima tahun melebihi pidana pokok atau pidana-pidana
pokok yang dijatuhkan.
2. Jika pidana pokok hanya denda; maka pencabutan hak 2-5
tahun
3. Pidana-pidana pencabutan hak yang berlainan dijatuhkan
sendiri-sendiri
4. Pidana perampasan barang-barang-sendiri-sendiri tanpa
dikurangi
5. Pidana kurungan pengganti jumlahnya tidak boleh melebihi
delapan bulan
PASAL 69

(1) Perbandingan beratnya hukuman pokok yang tidak sejenis,


ditentukan oleh susunan dalam pasal 10
(2) Dalam hal hakim boleh memilih antara beberapa hukuman
pokok maka pada perbandingan hanya hukuman yang
terberat saja yang boleh dipilih
(3) Perbandingan beratnya hukuman pokok yang sejenis,
ditentukan oleh maksimumnya.
(4) Perbandinagan lamanya hukuman pokok yang tidak sejenis,
begitupun hukuman pokok yang sejenis ditentukan oleh
maksimumnya.
PASAL 70 DAN 70 BIS
GABUNGAN PELANGGARAN2 DAN
KEJAHATAN
 Jika ada gabungan:
 pelanggaran dengan kejahatan
 Pelanggaran dengan pelanggaran
 Tiap-tiap pelanggaran dijatuhkan pidana sendiri tanpa pengurangan
 Pelanggaran dengan pidana kurungan:
 Jumlah lamanya pidana kurungan dan pidana kurungan pengganti
maks 1 tahun empat bulan.
 Jumlah lamanya pidana kurungan pengganti maks 8 bulan
 Kejahatan pasal-pasal 302 (1),352, 364, 373, 379, 482
dianggap sebagai pelanggaran –max 8 bulan
CONTOH

 Pasal 302(penganiayan ringan terhadap hewan)


 Pasal 352 (penganiayaan ringan)
 Pasal 364 (pencurian ringan)
PENJATUHAN PIDANA PADA CONCURSUS
REALIS

 Seperti yang diancamkan oleh hakim mengacu pada


apa yang disebutkan dalam pasal (sistem hukuman
yang bersifat sederhana)
 Pidana maksimum (untuk pidana yang lebih berat)
 Pidana untuk setiap perbuatan —namun beratnya
dibatasi
 Pemberatan hukuman yang paling berat
 Tanpa pengurangan (khususnya jika pelanggaran)
3. PERBUATAN BERLANJUT
PASAL 64 KUHP
 Disebut sebagai perbuatan yang berlanjut:
 Perbuatan yang lebih dari satu perbuatan (kejahatan atau
pelanggaran)
 Perbuatan tersebut memiliki hubungan satu dan lainnya (satu
kesatuan)
 Perbuatan yang berlanjut—concursus realis yang berkarakter
khusus
 Menggunakan stelsel absorpsi

Memorie Van Toelichting:


 Harus ada satu keputusan kehendak yang terlarang
 Masing-masing perbuatan harus sejenis
 Tenggat waktu tidak terlalu lama
PASAL 64

(1) Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing


merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya
sedemikan rupa sehingga harus dipandang sebagai satu
perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan
pidana; jika berbeda-beda, yang diterapkan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling berat
(2) Demikina pula hanya dikenakan satu aturan pidana, jika orang
dinyatakan bersalah melakukan pemalsuan atau perusakan
mata uang, dan menggunakan barang yang dipalsu atau yang
dirusak itu
(3) Akan tetapi, jika orang yang melakukan kejahatan-kejahatan
tersebut dalam pasal 364, 373, 379, dan 407 ayat (1) sebagai
perbuatan yang berlanjut dan nilai kerugian yang ditimbulkan
jumlahnya melebihi dari Rp. 250 maka ia dikenakan aturan
pidana tersebut dalam pasal-pasal 362, 372, 378, dan 406.
CONTOH

Ilustrasi 1
 Seorang yang hendak membangun rumah
 Mencuri barang-barang bangunan dari toko
 Dalam jangka waktu tertentu (sebelum rumah
dibangun)

Ilustrasi 2
 Pustakawan mengambil buku di perpustakaan dan
dijual di pasal loak
 Penerapan terhadap pasal 374 KUHP: penggelapan
oleh yang memiliki wewenang karena jabatannya
(max 5 tahun)
CONTOH

 Pencurian ringan yang berlanjut


 Pasal 364 : pencurian ringan tidak lebih dari 250
ribu (max 3 bulan atau denda)
 Pasal 362: Pencurian (max 5 tahun) atau denda
 Penggelapan ringan yang berlanjut
 Pasal 373: tidak lebih dari Rp 250 max 3 bulan atau
denda)
 Pasal 372: Penggelapan
4. PERBUATAN PIDANA TERTINGGAL

Pidana tertinggal:
Perbuatan pidana lebih dari satu, namun
yang baru diadili adalah 1 perbuatan;
Diperlakukan perbarengan pemidanaan
Tidak dapat disamakan dengan nebis in
idem (Pasal 76)
PASAL 71

Jika seseorang setelah dijatuhi pidana,


kemudian dinyatakan bersalah lagi karena
melakukan kejahatan atau pelanggaran lain
sebelum ada putusan pidana itu, maka pidana
yang dahulu diperhitungkan pada pidana yang
akan dijatuhkan dengan menggunakan aturan-
aturan dalam bab ini mengenai hal-hal perkara-
perkara diadili pada saat yang sama.
SCHAFFMEISTER, KEIJZER, SUTORIUS
DALAM MENYIMPULKAN CONCURSUS
 Perbarengan peraturan  stelsel absorpsi
 Perbarengan perbuatan  stelsel kumulasi (tidak menyangkut
perbuatan berlanjut)

 Untuk kejahatan: kumulasi terbatas


 Untuk pelanggaran: kumulasi tidak terbatas
5. PERBARENGAN PENENTUAN PIDANA

Pasal 63 (2)  samenloop van strafbaarstellingen

 Perbuatan yang diatur di dalam satu aturan


 Memiliki sifat-sifat khusus
 Dapat diatur dalam ketentuan pidana yang lain yang lebih
khusus
 Lex specialis derogat legi generali
 Hukum khusus mengesampingkan hukum umum
 Hukum pidana khusus (bijzonder strafrecht)—menyimpangi
ketentuan-ketentuan umum
PASAL 63 (2)

 Jika bagi sesuatu perbuatan yang terancam oleh


ketentuan pidana umum pada ketentuan pidana
yang istimewa, maka ketentuan pidana istimewa
saja yang digunakan

Contoh:
Penganiayaan pasal 351 jo. 356
Kekerasan fisik pasal 45 UU PKDRT
LEX SPECIALIS VERSUS LEX SPECIALIS

 sebuah perbuatan diancam lebih dari satu delik khusus Lex


specialis sistemasis
 Specialitas yuridikal/specialitas sistematikal---Objek diatur lebih
lengkap
 Logishe specialiteit---Defenisi lebih rinci atas kejahatan
 Dapat dilihat di defenisi umum dan kerangka ketentuan khusus

 Lex consumen derogat legi consumte (ketentuan yang satu


memakan ketentuan lainnya)
 Ketentuan pidana yang satu lebih mendominasi dari yang lain
 Bukan sanksi pidana yang terberat tapi ancaman pidana yang
berkaitan dengan perbuatan nyata
CONTOH

 UU No 32/2009 tentang Perlindingan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (No) dan UU No 18/ 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hukum
Pemberantasan Pembalakan Hutan
 UU Peradilan Anak (UU No. 11/2012) dan UU Perlindungan
Anak (35/2014)
 UU PKDRT (23/2004) dan UU Perlindungan Anak
PENGULANGAN (RESIDIVE)

Seseorang telah melakukan beberapa


perbuatan
Perbuatan tersebut berdiri sendiri
Di antara perbuatan tersebut telah dijatuhi
hukuman oleh pengadilan
Tindakan pengulangan menjadi dasar
pemberatan hukuman
Pengulangan dapat dilihat pada pasal 486,
487, 488 KUHP
JENIS RESIDIVE

Residive umum
•Seseorang mengulangi setiap jenis
kejahatan

Residive khusus
•Seseorang mengulangi kejahatan
sejenis
JENIS-JENIS KEJAHATAN DALAM RESIDIVE

Pasal 486
•Kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan:
•Dengan maksud mencari keuntungan yang tidak layak
•Yang menggunakan tipu muslihat

Pasal 487
•Kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan
•Terhadap badan dan jiwa seseorang
•Kekerasan terhadap seseorang

Pasal 488
•Kejahatan-kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang
bersifat penghinaan
SYARAT-SYARAT PENGULANGAN
(RESIDIVE)
 Kejahatan yang pertama dilakukan dan sudah dijatuhi
hukuman
 Putusan bersifat final
 Hukuman sudah dijalankan baik sebagian atau seluruhnya
atau sejak hukuman sudah dihapuskan
 Jangka waktu saat kejahatan yang dilakukan dan saat
hukuman yang dijatuhkan terhadap kejahatan pertama yang
telah selesai tidak melebii 5 tahun
 Jenis hukuman: penjara (pasal 486/487) atau jenis lainnya
 Pemidanaan residive maksimum ditambah 1/3 dari pasal
yang bersangkutan.
 Pengulangan tidak diberlakukan terhadap setiap tindak
pidana.

Anda mungkin juga menyukai