Definisi
Luka bakar suatu bentuk tingkat
kerusakan atau kehilangan jaringan yg
disebabkan kontak dgn sumber
panas/dingin shg dpt menyebabkan
kematian
Penyebab Luka Bakar
• Paparan suhu tinggi (api, air panas,
uap panas ) zat kimia
• Listrik Radiasi
Petir
Gangguan Sirkulasi
Ekspansi cairan intravaskuler, plasma
(protein) elektrolit ke ruang intersisiel
cairan di jar.intersisiel gang.
keseimbangan tek. hidrostatik & onkotik,
gang. perfusi metabolisme seluler
Pembagian zona kerusakan jaringan
1. Zona koagulasi / nekrosis
Daerah yg mengalami kontak dgn sumber panas.
kerusakan maksimum, irreversibel meski penanganan adekuat
2. Zona statis
Terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan
leukosit penurunan aliran darah (pucat). reversibel dg
penanganan adekuat
3. Zona Hiperemis
reaksi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.
terjadi penurunan perfusi, berwarna kemerahan, sembuh
meski tanpa penanganan.
Klasifikasi Luka Bakar
Derajat I :
• Hanya mengenai lap-epidermis
• tampak eritema, kering tanpa bulla.
• Terasa nyeri/hipersensif
• Sembuh dlm 5 –10 hari
Derajat II dangkal :
• Mengenai epidermis dan superficial
dermis
• Kulit tampak hiperemis, lembab,
nyeri dan terbentuk bulla
• Sembuh < 3 minggu
Derajat II Dalam :
• Mengenai epidermis dan sebagian besar dermis
• Sembuh > 3 minggu dengan meninggalkan parut
Derajat III :
• Mengenai epidermis & dermis
serta lapisan di bawahnya.
• Kulit pucat, abu-abu dan permukaan
lebih rendah dari sekitarnya.
• Tidak ada bulla dan tidak nyeri
• Memerlukan skin graft, lama sembuh
Perbedaan klasifikasi baru dan lama
klasifikasi
Klasifikasi baru kedalaman luka bakar bentuk klinis
tradisional
Erytema
Rasa sakit seperti tersengat,
Superficial thickness Derajat 1 Lapisan Epidermis
blisters
( Gelembung cairan )
Names Layers involved Appearance Texture Sensation Time to healing Complications Example
Increased risk to
Redness
First degree epidermis Dry painfull develop skin cancer
(erytema )
later in life
Extends into
Second degree superficial Red with clear
(superficial partial (papillary) blister Blanches Moist Painful 2-3wks Local infection/celulitis
thickness) dermis with pressure
Red-and-white
Second degree Extends into Weeks - may Scarring, contractures
with bloody
(deep partial deep (reticular) Moist Painful progress to third (may require excision
blisters. Less
thickness) dermis degree and skin grafting
blanching.
Third degree (full Extends through Stiff and Dry, Scarring, contractures,
Painless Requires excision
thickness) entire dermis white/brown leathery amputation
Extends through
Amputation, significant
skin, ubcutaneus
Black; charred functional impairment,
Fourth degree tissue and into Dry Painless Requires excision
with eschar possible ganggren and
underlying
in some cases death.
muscle and bone
Cont..Klasifikasi Luka Bakar
Luas Luka Bakar
Gambar: Kartu LUND&BROWDER dari buku ABC of Burns
RL
NaCl 0,9%
Koloid
Protein plasma
Darah
Formula Cairan 24 jam Kristaloid Pada 24 Koloid Pada 24
pertama jam kedua jam kedua
RESPON GASTROINTESTINAL
Terjadi ileus paralitik ditandai kurang peristaltik dan bising usus; terjadi
distensi lambung ,nausea serta muntah, perlu dekompresi pemasangan
NGT, ulkus curling yaitu stress fisiologis yang masif menyebabkan
perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah seperti kopi atau
fomitus berdarah, ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
1. Fase resusitasi
a. Perawatan awal di tempat kejadian
Mematikan api .Mendinginkan LB .Melepaskan benda
penghalang .Menutup LB .Mengirigasi luka kimia .Tindakan
kegawatdaruratan : ABC.Pencegahan syok
b. Pemindahan ke unit RS
Penatalaksanaan shok. Penggantian cairan (NHI consensus)
: 2 – 4 ml/BB/% luka bakar, ½ nya diberikan dalam 8 jam
pertama, ½ lagi dalam 16 jam berikutnya
2. Fase akut/intermediate
a. Perawatan luka umum
Pembersihan luka. Terapi antibiotik lokal.Ganti
balutan.Perawatan luka tertutup/tidak tertutup.Hidroterapi
b. Debridemen
• D. alami, yaitu jaringan mati akan memisahkan diri spontan dari
jaringan di bawahnya.
• D. mekanis dengan gunting untuk memisahkan, mengangkat jaringan
nekrotik
• Tindakan bedah dengan eksisi primer seluruh tebal kulit atau dengan
mengupas kulit yang terbakar secara bertahap sd jaringan yang masih
viabel.
c. Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin terjadi :
Autograft : dari kulit sendiri.
Homograft : kulit dari manusia hidup/ atau baru saja meninggal
Heterograft : kulit dari hewan, biasanya babi
d. Balutan luka biosintetik dan sintetik
Bio-brane/sufratulle, Kulit artifisial
e. Penatalaksanaan nyeri
f. Dukungan nutrisi
g. Fisioterapi/mobilisasi
3. Fase rehabilitasi : Perawatan lanjut di rumah.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
KOMPLIKASI
kontraktur
Sikatriks,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nasfas tidak efektif b.d edema & efek inhalasi asap.
2. Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap &
destruksi saluran
nafas atas.
3. Nyeri akut b.d cedera jaringan.
4. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan akibat
evaporasi dari luka bakar.
5. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme
6. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
ingesti/digesti/absorbsi makanan.
7. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan dan penurunan sistem imune
8. Cemas b.d ketakutan dan dampak emosional.
9. Kerusakan mobilitas fisik b.d luka bakar,nyeri.
10. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, nyeri.
11. PK: Anemia.
12. PK: Gagal ginjal akut.
13. PK; Ketidakseimbangan elektrolit
14. PK: Sepsis
15. Kerusakan integritas jaringan d.b mekanikal (luka bakar)
• Diagnosa Keperawatan : Resiko bersihan jalan nafas tdk efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial; oedema mukosa; kompresi jalan nafas .
• Tujuan dan Kriteria Hasil : Bersihan jalan nafas tetap efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR
dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis.
• Intervensi :
• Kaji refleks menelan; perhatikan pengaliran ludah, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
• Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan pucat/sianosis dan sputum mengandung
karbon atau merah muda.
• Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.
• Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera.
• Tinggikan kepala tempat tidur.
• Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.
• Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril.
• Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara
periodik.
• Selidiki perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental.
• Awasi 24 jam keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan.
• Lakukan program kolaborasi meliputi : Berikan masker wajah.
• Awasi AGD
• Kaji ulang rontgen.
• Berikan fisioterapi dada/spirometri intensif.
• Siapkan intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi.
• Diagnosa Keperawatan : Resiko kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
• Tujuan dan Kriteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan
oksigenasi adekuat. Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit
normal, GDA dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak ada
kesulitan bernafas.
• Intervensi :
• Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum
• Beriakan oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu
dengan selang endotrakeal dan tempatkan pasien pada ventilator
mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan
(dibuktikan dengan hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan
perubahan sensorium).
• Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif
setiap 2 jam selama tirah baring.
• Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
• Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi
dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pembedahan eskarotomi
• Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer
tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder
tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
• Tujuan dan Kriteria Hasil : Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi: tak ada demam,
pembentukan jaringan granulasi baik.
• Intervensi :
• Pantau: (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur
kulit dilakukan) setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan
• Bersihkan area luka bakar dan lepaskan jaringan nekrotik (debridemen). Berikan mandi
kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor,
yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site
• Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru.
• Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi
donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika.
• Tempatkan pasien pada ruangan khusus. Gunakan linen steril, handuk dan skort untuk
pasien.
• Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia
• Rujuk ahli diet, protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi
• Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan
permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.
• Tujuan dan Kriteria Hasil : Memumjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka
bakar.
• Intervensi :
• Kaji ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jar.nekrotik dan
kondisi sekitar luka.
• Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol
infeksi.
• Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
• Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang
diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.
• Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor
sesuai indikasi.
• Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
• kolaborasi : Siapkan / bantu prosedur bedah.
Prognosis