Anda di halaman 1dari 69

Degenerasi dan nekrosis

Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan:
Degenerasi sel.
Proses Nekrose Jaringan
Proses ketuaan
Topik
• Degenerasi sel.
• Proses Nekrose Jaringan
• Proses ketuaan
Patologi
anatomi

Degenerasi
dan
Nekrosis
PENDAHULUAN
PATOLOGI

• Patologi:
– Pathos: penyakit
– Logos: ilmu

• Cabang ilmu yang menjembatani ilmu dasar


dan klinis → mempelajari perubahan
struktural dan fungsional sel, jaringan, dan
organ yang mendasari terjadinya penyakit.
4 aspek proses terjadinya penyakit:
1. Penyebab (etiologi)
2. Patogenesis (Rangkaian kejadian
respon sel atau jaringan terhadap
penyebab, dari rangsangan awal
sampai munculnya tanda dan gejala
penyakit)
3. Perubahan morfologi
4. Gangguan fungsional dan manifestasi
klinis
Fungsi Sel dan Jaringan
• Sel  bagian terkecil dari tubuh.

Sel

Organ Jaringan
Fungsi normal sel tergantung kepada :
1. Keadaan lingkungan sel
2. Ketersediaan suplai zat gizi (O2,
Glukosa, Asam Amino)
3. Kemampuan sel untuk mengeluarkan
metabolit termasuk CO2.
RESPON SELULAR TERHADAP STRESS DAN
RANGSANGAN BERBAHAYA
ADAPTASI SELULAR
• HIPERPLASI
• HIPERTROFI
• ATROFI
• METAPLASI
HYPER-PLASIA
IN-CREASE IN NUMBER OF CELLS
HIPERPLASI

• Peningkatan jumlah sel dalam organ atau


jaringan → menyebabkan peningkatan volume

• Sering terjadi bersama dengan hipertrofi →


dipicu rangsangan eksternal yang sama

• Fisiologik atau patologik


Hiperplasia Fisiologik
• Hiperplasia hormonal → meningkatkan kapasitas
fungsional jaringan apabila dibutuhkan

• Hiperplasi kompensatoris → meningkatkan massa


jaringan setelah kerusakan atau reseksi parsial

• Hiperplasia hormonal
– Proliferasi epitel kelenjar payudara
– Uterus pada kehamilan

• Hiperplasia kompensatoris
– Hepatektomi parsial → merangsang proliferasi sel-sel hepar
yang tersisa dan regenarasi hepar
– Nefrektomi unilateral
Hiperplasi patologik
• Penyebab: rangsangan hormonal atau faktor
pertumbuhan yang berlebihan

• Contoh:
– Hiperplasi endometrium → gangguan
keseimbangan estrogen dan progesteron
– Benign prostatic hyperplasia (BPH)
Endometrial hyperplasia
HYPER-TROPHY
IN-CREASE IN SIZE OF CELLS
HIPERTROFI
• Peningkatan ukuran sel → peningkatan ukuran organ
• Tidak ada sel baru, hanya sel yang lebih besar → sintesis
komponen struktural
• Inti sel yang hipertrofi: mengandung DNA lebih banyak

• Dapat fisiologik atau patologik → karena peningkatan


kebutuhan atau rangsangan hormonal khusus
• Contoh:
– peningkatan beban kerja: pembesaran otot pada
binaragawan
– overload hemodinamik kronik (hipertensi atau kelainan
katup): hipertrofi otot jantung

• Uterus pada kehamilan: hipertrofi dan hiperplasi


• Prolaktin dan estrogen: hipertrofi pada payudara selama
menyusui
Hipertrofi fisiologis uterus saat hamil
A-TROPHY?
DE-CREASE IN SIZE OF CELLS? YES

IN CELL SIZE DUE TO


SHRINKAGE

LOSS OF CELL SUBSTANCE


ATROFI
• Pengurangan ukuran sel → kehilangan
substansi sel
• Respon adaptif
• Dapat berujung pada kematian sel
• Dapat fisiologik atau patologik

• Atrofi fisiologik:
– sering terjadi pada awal perrtumbuhan
– notochord dan duktus tiroglosus → atrofi selama
pertumbuhan fetal
– uterus mengecil ukurannya segera setelah
melahirkan
• Atrofi patologik

– Tergantung penyebab yang mendasari: dapat lokal


atau general
– Penurunan beban kerja (atrofi disus) → immobilisasi
pada pasien patah tulang dengan gips atau bed rest
total
– Hilangnya inervasi (atrofi denervasi)
– Berkurangnya pasokan darah
– Nutrisi yang tidak adekuat
– Hilangnya rangsangan endokrin
– Penuaan (atrofi senil)
– Tekanan
Atrofi otak laki-laki 82 tahun dengan penyakit
atherosklerotik
METAPLASIA
• A SUBSTITUTION of one NORMAL
CELL or TISSUE type, for
ANOTHER
– COLUMNAR SQUAMOUS (Cervix)
– SQUAMOUS COLUMNAR
(Glandular) (Stomach)
– FIBROUS BONE
–WHY?
METAPLASIA

• Perubahan reversibel
• Suatu tipe sel dewasa (epitelial atau mesenkimal) → sel
dewasa tipe lainnya
• Substitusi adaptif

• Metaplasi epitelial paling sering: kolumnar ke skuamosa


– Iritasi kronis saluran nafas
– Batu pada duktus ekskretorius kelenjar ludah, pankreas, atau
duktus empedu → kolumnar manjadi gepeng berlapis
– Defisiensi vit A → metaplasi skuamosa pada saluran nafas
– Kelebihan vit A → menekan keratinisasi

• Faktor yang mempengaruhi terjadinya metaplasia


menetap → memacu transformasi keganasan
Metaplasi kolumnar → skuamosa
DEGENERASI
DEGENERASI
• Terjadi perubahan morfologik (dalam
sel / dalam zat antar sel) akibat
gangguan metabolisme pada sel

Penyebab : jejas non-fatal


Sifat degenerasi :
 ringan (reversibel)
 berat (irreversibel) s.d nekrosis
DEGENERASI
• Kelainan RETROGRESIF/ REGRESIF
[= proses kemunduran]

>< PROGRESIF
• Walau penyebabnya sama  bila
berlangsung lama & derajat   nekrosis
(kematian sel)  irreversible
• Perubahan morfologik (cedera bio-
molekuler)  lama  baru terlihat

Jejas pada sel (+)

DEGENERASI

Perubahan metabolisme
( KH, Protein, Lemak)

Perubahan stuktur sel


DEGENERASI
• Sering disertai pengendapan zat-zat :
• lemak
• amiloid
• lipoid (zat yang menyerupai lemak)
• dsb.

• Degenerasi :
• D.Albumin
• D.Hidropik (D.vakuoler)
• D.Hyalin, D.zenker/ waxy deg.
• Deg/ infiltrasi glikogen
DEGENERASI HIDROPIK
(Degenerasi vakuoler)
• Edema intraseluler menonjol
(>deg.bengkak keruh)
• Kerusakan tampak lebih berat
• Sediaan :
• kuretage cavum uteri ( abortus imminens) 
perdarahan hebat
• Hasil curetage (makroskopis): gelembung
jernih dgn Ø bervariasi
• Diagnosa : Mola hidatidosa
Macroscopis (Hydatidiform Mole)
 a mass of tissue with grape-like swollen villi
Macroscopis (Hydatidiform Mole)
JEJAS DAN KEMATIAN SEL
• Jejas sel reversibel
– Perubahan fungsi dan morfologi yang reversibel jika rangsangan
dihilangkan
– Ditandai dengan
• Penurunan fosforilasi oksidatif
• Penurunan ATP
• Pembengkakan sel
• Jejas sel ireversibel dan kematian sel
– Kerusakan berlanjut → ireversibel
– the point of no return → ?
– Kematian sel: necrosis and apoptosis
– Kerusakan membran berat: enzim lisosom masuk ke sitoplasma
dan mencerna sel, isi sel keluar → nekrosis
– Beberapa rangsangan berlebihan (terutama yang merusak DNA)
memacu apoptosis → disolusi inti tanpa hilangnya integritas
membran secara komplet
– Nekrosis: proses patologik
– Apoptosis: banyak fungsi normal dan tidak begitu berperan
dalam jejas sel
FITUR NEKROSIS APOPTOSIS

UKURAN SEL Membesar (membengkak) Berkurang (melisut)

Piknosis → karioreksis → Fragmentasi menjadi seukuran


INTI kariolisis nukleosom

Utuh, perubahan struktur,


MEMBRAN PLASMA Terganggu
terutama orientasi lemak

Digesti enzimatik, dapat ke luar Utuh, dapat dikeluarkan dalam


ISI SEL sel badan apoptotik

RADANG DI SEKITARNYA Sering Tidak

Sering fisiologk, dimaksudkan


untuk menghilangkan sel yang
PERAN FISIOLOGIK ATAU Patologik bervariasi (kulminasi tidak diinginkan, dapat
PATOLOGIK jejas sel ireversibel) patologik setelah beberapa
bentuk jejas sel, terutama
kerusakan DNA
PENYEBAB JEJAS SEL
• Kekurangan oksigen
• Agen fisik
• Agen kimia dan obat
• Agen infeksious
• Reaksi imunologi
• Gangguan genetik
• Ketidakseimbangan nutrisi
KEKURANGAN OKSIGEN

• Hipoksia: kekurangan oksigen → respirasi oksidatif


aerobik menurun
• Penyebab paling sering jejas dan kematian sel
• Harus dibedakan dengan iskemia
• Iskemia → kehilangan pasokan darah dari arteri yang
tersumbat → tidak hanya kekurangan oksigen, tetapi
juga substrat metabolik (glukosa)
• Jaringan iskemik terkena jejas lebih cepat dan lebih
berat

• Penyebab hipoksia: oksigenasi yang tidak adekuat pada


darah karena kegagalan kardiorespirasi
• Hilangnya kemampuan membawa oksigen dalam darah:
anemia atau keracunan CO
→ adaptasi, mengalami jejas, atau kematian
• Contoh: arteri femoral menyempit, sel-sel otot skelet
tungkai bawah mengecil (atrofi)
AGEN FISIK
• Trauma mekanik
• Suhu yang ekstrem (panas dan dingin)
• Perubahan tekanan atmosfer tiba-tiba
• Radiasi
• Listrik

AGEN KIMIA DAN OBAT


• Glukosa atau garam hipertonik dapat menyebabkan jejas sel secara
langsung atau mengganggu homeostasis elektrolit sel
• Oksigen dengan konsentrasi tinggi
• Racun: arsen, sianida, gram merkuri → merusak sel dalam menit-
jam
• Polutan lingkungan dan udara, insektisida, herbisida, limbah industri
(CO dan asbes)
• Alkohol dan narkotika
• Obat-obatan
AGEN INFEKSIUS
• Dari virus - cacing pita yang besar
• Ricketsia, bakteri, jamur, dan parasit
REAKSI IMUNOLOGIK
• Reaksi anafilaksis
• Reaksi terhadap self-antigen
GANGGUAN GENETIK
• Sindroma Down
• Sickle cell anemia
• Inborn errors of metabolism
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
• Defisiensi protein-kalori
• Defisiensi vitamin
• anorexia nervosa / self-induced starvation
• Kelebihan nutrisi
– Kelebihan lemak: atherosklerosis, obesitas
• Diabetes
NEKROSIS
• Akibat denaturasi protein intraselular dan digesti
enzimatik

• Morfologi
– Semakin eosinofilik
– Homogen seperti kaca
– Bervakuola, moth-eaten
– Kalsifikasi
– Massa fosfolipid seperti pusaran (myelin figure)

• Mikroskop elektron
– Diskontinuitas membran plasma dan organela
– Dilatasi bermakna mitokondria (densitas amorf luas)
– Myelin figure intrasitoplasma
• Nekrosis koagulatif
• Nekrosis liquefaktif
• Nekrosis kaseosa
• Nekrosis lemak
NEKROSIS KOAGULATIF
• Mempertahankan struktur dasar sel
• Teksturnya padat
• Asidosis intraselular meningkat →
denaturasi protein struktural dan enzim →
menghambat proteolisis sel
• Contoh: infark myokardium
• → kematian hipoksik sel pada semua
jaringan, kecuali otak
NEKROSIS LIQUEFAKTIF
• Infeksi bakterial fokal atau infeksi jamur
• Kematian hipoksik pada sel sistem syaraf pusat

• Nekrosis gangrenosa
– Bukan pola kematian sel yang jelas
– Masih sering digunakan pada praktek bedah klinis
– Biasanya pada anggota gerak, umumnya tungkai bawah
– Kehilangan pasokan darah → nekrosis koagulatif
– Infeksi bakteri → aksi liquefaktif → gangren basah
LIQUEFACTIVE
NECROSIS, BRAIN
MORE LIQUID  MORE WATER 
MORE PROTONS
“WET” GANGRENE
“DRY” GANGRENE
NEKROSIS KASEOSA
• Bentuk nekrosis koagulatif → paling sering
pada infeksi tuberkulosis
• Makroskopik: putih seperti keju
• Mikroskopik:
– Debris granular amorf terdiri dari sel-sel yang
terfragmentasi dan terkoagulasi
– Dikelilingi reaksi granulomatosa
CASEOUS NECROSIS, TB
NEKROSIS LEMAK
• Fokus destruksi lemak
• Terjadi karena keluarnya lipase pankreas yang
teraktivasi → pankreas dan kavum peritonei (pada akut
pankreatitis)
• Enzim yang teraktivasi mencairkan membran sel lemak
dan lipase yang teraktivasi mengubah trigliserid ester
• Asam lemak + kalsium → daerah chalky white
(saponifikasi lemak)
• Mikroskopis: bayang-bayang sel lemak nekrotik dengan
deposit kalsium basofilik dikelilingi reaksi radang
APOPTOSIS
• Apoptosis merupakan jalur kematian sel yang
dipicu oleh program intraselular yang sangat
teratur di mana sel yang diprogram untuk mati
mengaktivkan enzim yang mendegradasi DNA
inti, protein inti dan sitoplasmanya sendiri.
• Membran plasma tetap utuh tetapi strukturnya
berubah sehingga sel yang apopototik menjadi
target fagositosis
• Sel yang mati dengan cepat dihilangkan
sebelum isinya keluar → tidak memicu reaksi
radang
• Apoptosis berbeda dengan nekrosis
6/28/2018
Peran apoptosis
1. Dalam masa tumbuh kembang
2. Mekanisme homeostatik untuk
memelihara populasi sel dalam jaringan

cell-injury-pafkugm-tums
3. Mekanisme pertahanan pada reaksi imun
4. Pada saat sel diserang penyakit atau
bahan berbahaya
5. Pada proses penuaan

59
Apoptosis in Physiologic Stuations

6/28/2018
• The programmed destruction of cells during embryogenesis
• Hormone dependent involution in the adults  endometrial
cells breakdown during menstrual cycle, ovarian follicular
atresia in menopause, regressing lactating breast after
weaning, prostatic atrophy after castration
• Cell deletion in proliferating cell populations  intestinal
crypt epithelia, in order to maintain constant number
• Death of host cells that have served their useful purpose 

cell-injury-pafkugm-tums
neutrophils in an acute inflammatory response, and
lymphocytes at the end of an immune response
• Elimination of potentially harmful self-reactive lymphocytes
 before or after completed maturation
• Cell death induced by cytotoxic T cells  defense
mechanism against viruses and tumors, and cellular
rejection of transplan
60
6/28/2018
Apoptosis in Pathologic Condition

• Cell death produced by a variety of injurious


stimuli  radiation therapy and chemotherapy
• Cell injury in certain viral diseases  viral
hepatitis, loss of infected cells is largely
because of apoptosis

cell-injury-pafkugm-tums
• Pathologic atrophy in parenchymal organs after
duct obstruction  pancreas, parotid gland,
kidney
• Cell death in tumors  most frequently during
regression
61
MORFOLOGI APOPTOSIS
• Penyusutan sel
• Kondensasi kromatin
• Pembentukan bleb sitoplasmik dan
apoptotic bodies
• Fagositosis sel apoptotik, biasanya oleh
makrofag
6/28/2018
Apoptosis pada kulit dengan reaksi imun

cell-injury-pafkugm-tums
63
HUBUNGAN ANTARA SEL MYIOKARDIAL NORMAL, BERADAPTASI,
MENGALAMI JEJAS REVERSIBEL, DAN KEMATIAN
6/28/2018 cell-injury-pafkugm-tums
65
Aging Process
6/28/2018
Aging Process
Merupakan proses perubahan struktur dan
fungsi sel yang berlangsung selama bertahun-
tahun yang mengakibatkan kematian sel atau
setidaknya pengurangan kemampuan sel
bereaksi terhadap jejas.

Melibatkan 2 faktor:
• Intrinsik : jam molekuler penuaan sel
• Ekstrinsik : stressor dari luar sel
66
6/28/2018
Intrinsic Cellular Aging

Setiap sel memiliki batas jangka waktu


hidup replikasi yang ditentukan
secara genetik:
• Fibroblast orang dewasa dibiakkan

cell-injury-pafkugm-tums
secara in vitro akan mengalami
sekitar 50 kali replikasi kemudian
berhenti Hayflick phenomenon
• Fibroblast dari neonatus akan
mengalami 65 kali replikasi lalu
berhenti membelah. 67

• Progeria patient: hanya 35 replikasi


6/28/2018
Progeria

A 10-year old girl shows the


typical features of premature
aging associated with progeria

68
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai