Anda di halaman 1dari 29

METODE - METODE STUDI

PERJANJIA LAMA

David J.A. Clines, berpendapat bahwa metode


adalah sarana untuk mencapai tujuan. Jadi
sebelum berbicara tentang metode dalam studi
Perjanjian Lama kita harus berbicara tentang
tujuan-tujuannya. Banyak bahkan, kebanyakan,
orang mempelajari Alkitab dengan tujuan-
tujuan religius dalam benak mereka.
 Mereka ingin tahu lebih banyak tentang
Alkitb, karena mereka percaya itu akan
memperdalam iman mereka, menyampaikan
kehendak Tuhan bagi mereka dan seterusnya.
Namun studi Alkitab dalam PL itu sendiri
tidak akan memncapai tujuan-tujuan itu,
meskipun rasanya agak mengherankan apabila
studi itu sendiri tidak memberikan banyak
manfaat rohani.
 Studi ilmiah Alkitab telah dan harus menjadi
satu kegiatan yang dalam sehingga setiap
orang dengan atau tanpa, keyakinan apapun,
dapat terlibat dan dapat bekerja sama. Tujuan
jangka pendek studi Alkitab PL haruslah
memiliki tujuan yang memungkinkan, tetapi
tidak menuntut praduga-praduga religiuis.
Bagi banyak orang, tujuan jangka pendeknya
mungkin hanyala sebuah tahapan antara dalam
perjalanan menuju tujuan religius, akhir tetapi
bagi orang lain mungkin tujuan itu sendiri
sudah cukup.
 Apabila sampai merumusknnya pemahaman
itu baik terhadap sebagian maupun
keseluruhan Perjanjian lama, menyebut
perumusan atau penulisan itu sebagai itu
sebagai penfsiran. Untuk dapat memahami
dengan baik dan benar perlu menuliskannya
dalam kata-kata,. paling tidak dalam benak
seseorang mungkin dapat mengatakan bahwa
"penafsiran" haruslah menjadi tujuan utama
dari study Perjanjian Lama.
 Namun demikian saya lebih suka mengatakan
"memahami", karena hal itu mengarahkan
perhatian kita pada proses=proses pemahaman
ketimbang "penafsiran" yang mengarahkan
perhatian pada kristalisasi penafsiran tersebut.
 Sebuah istilah lain, yang sering dijumpai
dalam studi-studi biblika, perlu diperkenalkan
pada bagian ini, yakni eksegese.
 "Eksegese" tidak lain dari penafsiran, tetapi
istilah ini, biasanya dipakai khusus untuk
penafsiran yang menjelaskan frasa demi frasa
atau ayat demi ayat dari satu bagian Alkitab
yang lebih panjang.
 Untuk membicarakan metode-metode
tradisional dalam keilmuan biblika dan
kemudian tiga metode lainnya yang lebih
dikenal akrab oleh para mahasiswa bidang
sastra lainnya. Semua metode yang dibahas
dalam bab ini tidklah sama sekali berbeda
dengan metode-metode lainnya.
 Sebagian mempunyai prosedur yang cukup
jelas, sementara yang lainnya lebih merupakan
pendekatan atau sikap terhadap teks. Tak ada
urutan yang telah ditetapkan sebelumnya agar
metode-metode ini dapat diterapkan dengan
hasil yang sebaik-baiknya. Begitu pula hal ini
tidak dapat meramalkan, metode mana yang
akan memberikan hasil yang terbaik.
Seringkali malah orang tidak sadar bahwa ia
menggunakan sebuah metode tertentu.
1. Metode Tradisional Dalam Ke Ilmuan Biblika
a. Eksegese gramatika-historis.

 Hal ini sebenarnya bukanlah sebuah metode,


melainkan lebih merupakan sebuah cara hidup
bagi kebanyakan ahli Alkitab. Istilah ini
mengacu pada usaha untuk menafsirkan
bagian manapun sesuai dengan makna kata-
katanya yang alamiah (gramatika) dan sesuai
dengan kemungkinan maksud si pengarang
pada zamannya (historis).
 Sebagai sebuah metode, ia pertama-tama
berfungsi sebagai peringatan terhadap
penafsiran-penafsiran yang sembarang atau
yang dibuat-buat, seperti yang sering (namun
tidak selalu dijumpai pada penafsiran para
Reformasi. Dengan demikian sementara
sebuah penafsir studi Perjanjian Lama yang
alegoris sering menjumpai dalam nama
Yerusalem sebuah acuan terselubung pada
jiwa orang Kristen
 Meskipun muncul masalah demikian
pendekatan gramatika-historis diterima secara
universal, terutama karna metode ini
memberikan sebuah kriterium untuk menilai
antara tafsiran-tafsiran yang bersaingan.
 Keraguan ini muncul sebagai karena para
pengarang (khususnya) penyair tidak selalu
memaksudkan sebuah makna semata-mata dan
sebagian lagi penerapan ulang dari kata-kata
seorang nabi ( dalam nubuatannya terhadap
situasi-situasi di kemudian hari sebuah proses
yang sudah berlengsung pada periode
Perjanjian lama dan lebih diperjelas ketika
masuk dan tampak dalam Perjanjian Baru.
b. Kritik Teks

 Eksegese gramatika-historis menafsirkan teks;


tetapi apakah teks ini? Jelas tidak mempunyai
naskah-naskah asli dari kitab manapun dalam
Alkitab. Naskah-naskah Ibrani tertua berasal
dari abad ke 2 sM, tetapi kebanyakan
fragmentaris (terpotong-potong).
 Alkitab Ibrani lengkap dan yang dapat ditentukan
tertua usianya berasal dari abad ke 11 M.
Sementara semua bukti menunjukkan bahwa
secara keseluruhan teks-teks asli tulisan-tulisan
Alkitab itu telah disalin dengan setia selama
berabad-abad, namun dalam penulisan kata-
katanya yang sendiri ada ribuan variasinya.
Misalnya dalam kitab Ayub atau Amos; tetapi ada
kemungkinan untuk merenkontrusinya sebuah
teks yang lebih baik (artinya kemungkinan besar
mengikuti yang asli) ketimbang bertahan dalam
naskah apapun yang tertinggal.
 Disiplin ilmu yang berusaha mencari di balik
naskah-naskah Abad pertengahan itu
pengungkapan kata yang tepat dari kitab-kitab
dalam Alkitab dikenal sebagai kritik teks. Dalam
banyak seginya ini adalah sebuah disiplin yang
sangat ketat obyektif, yang menguraikan aturan-
aturan lengkap untuk mengevaluasi sebuah
[potongan apapun dari kenyataan tekstual. Namun
dari sudut pandangan lain, ini adalah sebuah
bentuk penafsiran, karena hakim terakhir bagi
evaluasi terhadap potongan kenyataan tekstual
manapun adalah penilaian si ahli (atau para ahli).
c. Kritik Redaksi

 Redaktur adalah istilah dalam study-study Alkitab untuk


yang di tempat lain disebut "penyunting" Istilah ini berasal
dari tahapan dalam kritik biblika ketika para pengarang
kitab-kitab (misalnya Kitab-Kitab Injil) pada hakikatnya
dianggap sebagai pengumpul atau penyuntung sumber-
sumber dan bukan pengarang kitab-kitab dalam Alkitab
semakin dipandang lebih dari sekedar penyunting, istilah
yang agak menyesatkan "kritik redaksi" masih diterapkan
untuk penelitian tentang sudut pandangan, atau maksud yang
khas dari si pengarang yang diungkapkan dalam bentuk dan
penyusunan karyanbya, isinya, prinsip pemilihan dan
penolakan bahan, maupun dalam pernyataan-pernyataan
yang jelas dari si pengarang.
 Salah satu contoh tentang di mana kritik "redaksi"
atu "tendensi" dapat diterapkan dengan hasil yang
baik adalah karya sejarah yang membentang dari
Yosua sampai dengan II Raja-raja, yang dikenal
sebagai "Sejarah Deuteronomitstis", karena gaya
dan pandangan si pengarang banyak
persamaannya dengan Kitab Ulangan. Seorang
pembaca catatan sejarah ini yang teliti tidak akan
membayangkan bahwa ini hanyalah sekedar
sebuah catatan masa lampau melainkan akan
menemukan di dalamnya petunjuk-petunjuk
terhadap niat, maksud atau kecenderungan si
pengarang.
 Kritik Redaksi dalam pengertiannya yang paling
sempit adalah study tentang bagaimana si
pengarang menggunakan sumber-sumbernya.
Dalam hal Sejarah Deuteronomistis, sumber-
sumbernya kebanyakan hipotesis, meskipun sama
sekali masuk akal apabila menduga bahwa
bagian-bagian dari kumpulan cerita, entah tertulis
maupun lisan, tentang para nabi. Apabila sumber-
sumbernya dapat direkomendasikan dengan pasti
dan bila penysunan oleh si pengarang-nya sendiri.
 Betapapun memahaminya, kritik redaksi adalah
bagian dari pendekatan gramatika-historis, dan
bukanlah benar-benar sebuah metode yang dapat
ditempatkan sejajar denganntya. Namun
perhatiannya lebih pada makna tulisan secara
keseluruhan kentimbang pada bagian-bagian kecil
yang menjadi perhatian eksesgese.
Kemenonjolannya dalam dekade-dekade
belakangan ini lebih besar kentimbang pada
rincian ayat demi ayat, namun bagian-bagian yang
besar dan kecil itu toh harus dipelajari secara
seimbang dan hati-hati.
Kritik Teks Alkitab

 Kritik teks adalah salah satu


metode penafsiran Alkitab yang
mempelajari teks yang ada secara terperinci untuk
memahami makna yang terkandung di dalamnya.
 Ketika seseorang mencoba mempelajari suatu teks
Alkitab dari beberapa terjemahan yang berbeda,
tidak jarang ia menemukan bagian yang berbeda
antara dua terjemahan. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa macam hal, antara lain:[1]
1. Perbedaan sumber asal.
2. Perbedaan interpretasi pada saat
menerjemahkan.
3. Kesalahan yang tidak disengaja pada saat
menerjemahkan atau menyalin ulang
sebuah teks.
Pertanyaan: Apakah kritik teks itu?

 Jawaban: Secara sederhana, kritik teks adalah


metode untuk menetapkan makna naskah asli
Alkitab. Naskah asli Alkitab kemungkinan hilang,
disembunyikan, atau sudah tidak berbentuk lagi.
Apa yang kita ketahui ialah bahwa ada puluhan
ribu salinan dari naskah asli yang tertanggal sejak
abad pertama sampai dengan abad ke-15 (untuk
Perjanjian Baru) dan tertanggal sejak abad ke-4
S.M. sampai dengan abad ke-15 (untuk Perjanjian
Lama). Di dalam berbagai naskah ini, adapun
perbedaan yang kecil dan besar.
 Kritik teks mempelajari para naskah ini
demi menemukan pesan yang disampaikan
oleh naskah aslinya.
Ada tiga metode umum dalam mengkritik
teks. Yang pertama adalah Textus Receptus.
Textus Receptus adalah naskah Alkitab
yang dihimpun oleh seorang bernama
Erasmus pada tahun 1500an. Ia menyusun
naskah yang tersedia dan susunannya
dikenal sebagai Textus Receptus.
 Metode kedua dikenal sebagai Teks Mayoritas.
Teks Mayoritas mengambil semua naskah
yang tersedia, membandingkan perbedaannya,
dan memilih tafsiran yang paling sering
muncul. Sebagai contoh, jika 748 naskah
menulis "ia berkata" dan 1429 naskah menulis
"mereka berkata," maka Teks Mayoritas akan
memilih "mereka berkata" sebagai ungkapan
yang paling besar kemungkinannya sesuai
dengan naskah aslinya. Pada jaman ini tidak
ada terjemahan Alkitab yang berdasar pada
metode Teks Mayoritas.
 Metode ketiga dikenal sebagai metode kritis atau
metode beragam. Metode beragam ini
mempertimbangkan bukti eksternal dan internal
dalam menduga pesan naskah aslinya. Bukti
eksternal memaksa kita bertanya: di dalam
beberapa naskah pembacaan ini ditemukan? dari
periode apakah penanggalan naskah ini? di
belahan dunia manakah naskah ini ditemukan?
Bukti internal menimbulkan pertanyaan: apa yang
menyebabkan perbedaan penulisan ini?
pembacaan naskah yang manakah yang dapat
menjelaskan asal usul perbedaan penulisan
tersebut?
 Metode manakah yang paling akurat? Disinilah
perdebatan dimulai. Ketika semua metode
dijelaskan, pada umumnya seseorang memilih
Teks Mayoritas sebagai metode andalannya.
Dalam kata lain Teks Mayoritas ini secara
hakekatnya adalah metode "demokratis" atau
"kebenaran mayoritas." Akan tetapi, kita harus
mempertimbangkan naskah menurut asal usul
kawasannya. Pada beberapa abad pertama gereja,
sebagian besar orang Kristen menggunakan
bahasa Yunani. Akan tetapi, dimulai dari abad ke-
4, Latin menjadi bahasa yang paling umum
digunakan, terutama di dalam gereja.
 Dimulainya dengan Terjemahan Latin Vulgate,
Perjanjian Baru mulai disalinkan dalam bahasa
Latin, bukan lagi Yunani. Akan tetapi di
belahan dunia timur, orang Kristen menggunakan
bahasa Yunani di dalam gereja selama lebih dari
1,000 tahun. Sebagai akibat, sebagian besar
naskah Yunani berasal dari daerah timur /
kawasan Bizantium. Naskah Bizantium ini sangat
mirip satu sama lain. Semuanya kemungkinan
besar berasal dari naskah Yunani yang sama.
Walaupun sangat serupa, naskah Bizantium
memiliki beberapa perbedaan dengan naskah yang
ditemui dari belahan dunia tengah dan barat.
 Seperti apakah metode kritis / beragam dalam
penerapannya? Jika Anda membandingkan
Yohanes 5:1-9 dari beberapa versi terjemahan,
Anda akan menemukan bahwa ayat 4 tidak
dapat ditemui dalam Teks Kritis. Di dalam
Textus Receptus, Yohanes 5:4 berbunyi,
"Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan
ke kolam itu dan menggoncangkan air itu;
barangsiapa yang terdahulu masuk ke
dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi
sembuh, apapun juga penyakitnya."
 Tanpa menghiraukan preferensi metode kritik
teks Anda, inilah isu yang selayaknya
dibicarakan dengan hormat, dengan ramah,
dan dengan kemurahan. Orang Kristen dapat
tidak setuju dalam hal ini. Kita dapat
memperdebatkan metode, tetapi tidak boleh
menyerang motivasi dan kepribadian mereka
yang tidak setuju. Kita semua memiliki tujuan
yang sama - menemukan makna pesan Alkitab
yang asli. Ada mereka yang mempunyai
metode lain untuk mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai