Anda di halaman 1dari 5

3.

2 Berbagai Metode Penafsiran

Menerjemahkan Alkitab atau bagiannya bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak

masalah yang muncul berkenaan dengan penerjemahan Alkitab. Misalnya, satu terjemahan

belum tentu diterima sebagai terjemahan yang benar oleh semua orang. Hal itu terbukti dari

banyaknya versi terjemahan Alkitab dalam sebuah bahasa. Contoh iainnya, seperti adanya orang

yang menganggap Alkitab terjemahan Inggris versi King James sebaga satu-satunya terjemahan

yang berwibawa dan menganggap terjemahan lain sebagai pengurangan, penambahan, dan

pemutarbalikan firman. Penerjemahan menjadi sumber untuk mendapatkan masalah dalam

penelitian biblika. Peneliti teologi biblika yang hendak melakukan penelitian penerjemahan tentu

saja harus menguasai bahasa asli Alkitab, sebagai bahasa sumber, dan menguasai bahasa sasaran.

Pemahaman atas bahasa Ibrani dan Yunani membuat si peneliti bisa mengetahui adanya masalah

dalam terjemahan ayat atau perikop tertentu dalam Alkitab. Mungkin terjemahan itu benar

terhadap bahasa sumbernya, tetapi maknanya dalam bahasa sasaran tidak jelas. Mungkin juga

terjemahan itu jelas maknanya, tetapi menyimpang dari makna dalam bahasa sumber.

Pemahaman terhadap bahasa asli Alkitab membuat si peneliti bisa mengetahui beberapa

kemungkinan penerjemahan dari sebuah kata atau rangkaian kata.

Tidak mengherankan jika penelitian penerjemahan dilakukan dengan tujuan untuk

menghasilkan terjemahan yang benar dan maknanya dapat dipahami sesuai dengan bahasa

sumber (bukan sekadar pengalihan bahasa secara harfiah). Untuk itu, Bolich (1985:88-89)

menyebutkan beberapa prinsip dan langkah penerjemahan yang dapat memberi petunjuk

mengenai data yang harus ditemukan dalam teks yang akan diterjemahkan. Data tersebut adalah

arti asli, bentuk dan isi, keterangan mengenai latar belakang, sintaks, dan tata bahasa.
Tenney (1957:21) mengemukakan sepuluh macam metode. Metode-metode tersebut adalah

sebagai berikut.

1.2.1. Metode sintetis

Metode sintesis ialah metode yang mendekati sebuah kitab sebagai satu satuan dan

berusaha memahami maknanya sebagai keseluruhan. Metode tersebut bersifat memadukan,

menekankan keseluruhan, dan mengabaikan perincian. Langkah-langkahnya adalah membaca

kitab untuk menemukan tema, mengembangkan tema (jangan terpaku pada pembagian pasal-

pasal dan ayat-ayat yang sudah ada), dan membaca paragraf demi paragraf untuk menemukan

kerangka kitab.

3.2.2.Metode kritis

Metode kritis yaitu kriti ialah metode yang memeriksa secara cermat pernyataan-

pernyataan dan implikasi-implikasi sebuah kitab untuk memastikan realibilitasnnya dan

hubungannya dengan masa serta keadaan dalan tulisan itu.

3.2.3.Metode biografis

Metode biografis ialah metode yang menyusun kembali gambaran penulis dan orang-orang

yang berhubungan dengannya serta mengartikan kontruksinya dari segi kepribadian mereka.

Untuk itu, penuturan biografis dan argumentasinya di dalam teks perlu diperhatikan. Metode itu

mencakup pengumpulan semua fakta-fakta dari sumber lain, dan analisis serta penafsiran ulang

cermat dari fakta-fakta yang ada.

3.2.4 Metode teolcgis


Metode teologis ialah metode yang mengatur ajaran sebuah kitab sesuai dengan doktrin-

doktrin yang dibicarakan dan menjelaskan tekanan spiritualnya. Metode itu memiliki tiga aspek,

yaitu penentuan anggapan dasar yang mendasari pengajaran dalam kitab, pengaturan topik ajaran

yang menonjol, dan penanganan secara terpisah bagian-bagian kitab yang bersifat doktrin

(Tenney, 1957:114).

3.2.5. Metode retoris

Metode retoris ialah metode yang menunjukkan bagaimana penggunaan sintaks dan gaya

bahasa untuk meyakinkan ajaran doktrin. Metode itu juga menentukan aturan-aturan penafsiran

yang berhubungan dengan bahasa atau prinsip prinsip komposisi tulisan, termasuk penyelidikan

mengenal jenis-jenis wacana tertentu, seperti perumpamaan, alegori, tipologi, lambang, dan

nubuat. Dengan demikian, pernyataan dengan kata-kata yang dipakai secara imajinatif (bukan

harafiah) dapat diartikan dengan benar.

3.2.6. Metode topikal

Metode topikal ialah metode yang menyarikan dari teks semua acuan dalam topik tertentu

dan mengalihkan konteksnya ke dalam pengajaran yang utuh termasuk penyelidikan kata dan

frasa. Metode ini mencakup pengumpulan semua bahan yang berkaitan dengan tema tertentu.

3.2.7. Metode analitis

Metode analitis ialah metode yang memeriksa teks atau bagiannya secara terperinci dengan

menganalisis dan merumuskan struktur gramatikanya sehingga makna struktur itu dapat

dinyatakan dengan tepat. Metode ini terdiri atas tiga tahap, yaitu membuat tata letak mekanis

atau penulisan kembali teks dalam bentuk struktur gramatika, membuat kerangka analitis tekstual
berupa pikiran utama dan pikiran yang lebih kecil sesuai dengan susunan dan isi teks, serta

mencatat hasil pengamatan dari gejala yang muncul dalam kerangka tersebut untuk mendapatkan

kebenaran yang tersurat dan tersirat.

3.2.8. Metode perbandingan

Metode perbandingan ialah metode yang menyoroti teknis dengan membandingkan atau

dengan bagian-bagian lain dari Alkitab yang berkaian. Hal itu bisa meliputi perbandingan

mengenai sebuah topik seorang tokoh, atau perbandingan antara teks Perjanjian Baru dan

Perjanjian Lama.

3.2.9. Metode devosional

Metode devosional ialah metode yang berupaya menetapkan makna wacana pada kehidupan

pribadi pembaca. Metode itu paling baik digunakan bersama metode lain. Prosedur

penerapannya menggunakan pertanyaan-pertauyaan, seperti bagaimana bagian Alkitab

memperbaiki diri si pembaca bagaimana pembaca dapat membetulkan yang salah, dan apakah

pengajaran Allah kepada pembaca sebagai anak-Nya (Arthur, 1987:28).

Metode tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri atau dipadukan. Misalnya, dalam

penyelidikan kitab untuk menyiapkan khotbah, renungan, dan pelajaran Alkitab, sebagian

metode-metode itu dipakai untuk memaham teks, mengartikannya, dan menerapkannya

(Subagyo, 2000). Dalam menggunakan metode-metode itu, gagasan dari penafsiran model

filsafat mengenai pandangan seseorang terhadap dunia dan perpaduan pandangan penulis teks

dan penafsir dapat dimanfaatkan sehingga dapat menghasilkan pengertian. Gagasan itu

menekankan bahwa pemahaman adalah tindakan efektif yang tidak dapat dianggap sebagai

sebuah metode yang cepat (Stiver, dalam Bailey, 1992:173). Jadi, peneliti harus memanfaat- kan
berbagai macam metode dan tidak terjebak oleh satu metode yang dianggap objektif. Dalam

melakukan penelitian biblika dengan metode mana pun, perlu diingat bahwa sebuah penelitian

hendakny atidak sekadar melakukan kegiatan dan pengulangan kegiatan, tetapi menyelesaikan

masalah-masalah yang muncul karena ada sesuatu yang tidak memuaskan dari apa yang telah

dilakukan peneliti lain. Memang, penyelidikan Alkitab bisa dijalamkan tanpa maksud akademik,

yaitu sebagai praktik dari kehidupan kristen. Dalam hal itu, adanya masalah pada hasil-hasil

penelitian terdahulu tidaklah penting. Namun, penyelidikan Alkitab yang memenuhi syarat

sebagai penelitian akademik haruslah bertolak dari masalah dalam konteks penyelidikan-

penyelidikan terdahulu. Jadi, sebelum peneliti bermaksud melakukan dengan metode tertentu, ia

harus memastikan bahwa ada ketidakpuasan terhadap apa yang telah diteliti orang lain.

Anda mungkin juga menyukai