Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN

       Dalam menyusun khotbah kita harus memakai pedoman pokok-pokok isi Alkitab dan
Konkordasi Alkitab yang lengkap. Faktor terpenting dalam mempersiapkan khotbah yaitu
adanya persiapan hati untuk berkhotbah. Tidak ada tingkatan pengetahuan atau tingkat studi atau
bakat-bakat alamiah yang dapat menggantikan hati yang bersungguh-sungguh, merendah, penuh
dedikasi yang semakin merindukan Kristus dan hanya orang yang hidup bergaul dengan Allah,
yang hidup dalam kesucian yang dapat mendorong orang lain untuk bertumbuh dalam anugerah
dan pengetahuan akan Kristus.
            Dalam berkhotbah, terlebih kita harus menjadi orang yang memahami dan menelaah
Firman Tuhan. Namun semuanya itu bukan saja untuk mendapatkan suatu berita dari Alkitab
saja, akan tetapi Alkitab harus menjadi makanan dan minuman sampai seumur hidup dengan
menghabiskan mempelajari Alkitab berjam-jam setiap minggunya.

BAGIAN 1
MODEL-MODEL UTAMA KHOTBAH ALKITABIAH
BAB 1
KHOTBAH TOPIK (TOPIKAL)
Dalam usaha mengklasifikasikan khotbah, penulis menggunakan definisi-definisi yang
berbeda, dan dalam menggunakan definisi-definisi ini banyak terjadi tumpang tindih dalam
klasifikasi. Beberapa pengarang mengklasifikasikan khotbah menurut isi atau pokok, yang lain
menurut strukturnya, sedangkan sewaktu menyampaikan khotbah menggunakan metode
psikologis. Ada metode-metode lain untuk mengklasifikasikan khotbah ialah
mengklasifikasikanya sebagai khotbah topik atau pokok, tekstual, dan ekspositori.
Khotbah topik adalah suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya
atau pokoknya, lepas dari teks. Khotbah topik itu dimulai dengan satu topik atau tema dan
bagian-bagian utama khotbah, terdiri atas ide-ide yang terbit dari pokok pembicaraan. Kemudian
bagian kedua dari definisi khotbah topik yaitu tidak memerlukan satu teks sebagai dasar
pemberitaan, dan ini tidak berarti pemberitaannya tidak Alkitabiah, namun hanya menunjukkan
bahwa ayat Firman Tuhan bukanlah sumber khotbah topik.
Kitab Suci membicarakan setiap fase yang dapat dipikirkan dalam hidup dan kegiatan
manusia. Alkitab juga mengungkapkan rencana-rencana anugerah Allah terhadapat manusia di
dunia dan dalam kekekalan. Jadi, dalam Alkitab tertimbun persediaan pokok-pokok yang tidak
akan habis. Dari hal ini, pengkhotbah dapat memperoleh bahan untuk khotbah-khotbah topik
yang sesuai dengan setiap peristiwa dan keadaan manusia. Dengan menggali Firman Allah
secara terus-menerus dan tekun, hamba Tuhan akan memperkaya jiwanya sendiri dengan emas
mulia kebenaran Ilahi.
Jika pengkhotbah dengan tekun mempelajari Alkitab menurut topik-topiknya, maka ia
akan mendapat banyak macam topik sehingga ia bingung bagaimana memilih satu tema yang
cocok untuk khotbahnya. Kemudian kita harus mencari pimpinan Tuhan dengan mengambil
waktu untuk berdoa dan bermeditasi akan Firman Tuhan.
Ada prinsip dasar untuk mempersiapkan khotbah topik, yaitu:
1.     Bagian-bagian utama harus menurut susunan logika atau kronologi.
2.     Bagian-bagian utama boleh merupakan analisa pokok itu.
3.     Bagian-bagian utama dapat mengemukakan berbagai bukti mengenai pokok itu.
4.     Bagian-bagian utama boleh menguraikan pokok dengan jalan perbandingan atau pertentangan.
5.     Bagian-bagian utama dapat dinyatakan dengan kata atau ungkapan Alkitab tertentu yang
diulangi sepanjang kerangka itu.
6.     Bagian-bagian utama dapat ditunjang oleh kata atau ungkapan Alkitab yang identik.
7.     Bagian-bagian utama terdiri atas penyelidikan kata dengan menunjukkan aneka arti sebuah kata
atau kata-kata tertentu dalam Alkitab.
8.     Bagian-bagian utama seharusnya tidak ditopang dengan ayat-ayat bukti yang tafsirannya tidak
sesuai dengan konteksnya.

BAB 2
KHOTBAH TEKSTUAL
Khotbah tekstual adalah suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu
teks yang terdiri atas suatu bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu
garis saran dan teks memberikan tema khotbah itu. Berbicara mengenai khotbah tekstual berarti
kita berurusan dengan suatu macam khotbah yang berbeda dengan khotbah topik. Khotbah topik
dimulai dengan tema, tetapi khotbah teks dimulai dengan teks. Kemudian dari bagian yang kedua
mengenai definisi, yaitu setiap bagian utama yang dipakai dari teks, dapat dipakai sebagai suatu
garis saran. Ini berarti bahwa bagian-bagian utama itu menyarankan hal-hal yang akan
dibicarakan dalam khotbah. Namun, kadang-kadang teks itu begitu padat sehingga bisa
didapatkan banyak kebenaran atau hal-hal yang dapat dipakai untuk menguraikan pikiran-pikiran
yang terdapat dalam kerangka. Tetapi, adakalanya perlu mengambil dari bagian lain di Alkitab
untuk mengembangkan bagian-bagian utamanya. Dengan kata lain, bagian-bagian utama
kerangka tekstual harus berasal dari teks itu sendiri, namun untuk pengembangan selanjutnya
boleh diambil dari teks itu atau dari bagian-bagian lain di Alkitab.
Ada prinsip dasar persiapan kerangka tekstual, yaitu:
1.     Kerangka tekstual harus berpusat pada satu pikiran utama dalam teks dan bagian-bagian
utamanya harus diambil dari teks agar dapat mengembangkan atau memperluas tema yang satu
itu.
2.     Bagian-bagian utama dapat terdiri atas kebenaran-kebenaran atau prinsip-prinsip yang
disarankan oleh teks.
3.     Dalam satu teks dapat ditemukan lebih dari satu tema atau pikiran yang menonjol, tergantung
dari segi pandangan kita terhadap teks.
4.     Bagian-bagian utama harus disusun dalam urutan logika atau kronologi.
5.     Kata-kata dalam teks boleh menjadi bagian-bagian utama kerangka asalkan bagian-bagian ini
berkumpul keliling satu tema utama.
6.     Konteks dari teks harus diselidiki dengan seksama dan dihubungkan dengan teks.
7.     Beberapa teks berisi perbandingan atau pertentangan yang dapat digarap dengan baik dengan
menunjukkan persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan yang disengaja.
8.     Dua atau tiga ayat, yang diambil dari bagian-bagian Alkitab yang beda-beda, dapat disatukan
dan digarap seperti satu teks.

BAB 3
KHOTBAH EKSPOSITORI
Khotbah ekspositori merupakan suatu khotbah dimana suatu bagian Alkitab yang pendek
atau yang panjang diartikan dalam hubungan dengan satu tema atau pokok. Bagian terbesar dari
materi khotbah ini adalah diambil langsung dari nas Alkitab tersebut dan kerangkanya terdiri dari
serangkaian ide yang diuraikan secara bertahap dan berpangkal pada satu ide utama. Khotbah
ekspositori adalah bentuk amanat mimbar yang paling efektif dari semua jenis khotbah. Khotbah
jenis ini menghasilkan jemaat yang paham akan ajaran Alkitab. Dengan mengupas satu bagian
Kitab Suci, pendeta telah menunaikan fungsi khotbah yang utama, yaitu menafsirkan kebenaran
Alkitabiah kepada manusia. Khotbah ekspositori didasarkan pada suatu bagian Alkitab yang
pendek atau yang panjang. Nas Alkitab ini terdiri dari beberapa ayat atau satu pasal, bahkan bisa
lebih. Bagian terbesar dari materi khotbah ini diambil langsung dari nas Alkitab. Bukan saja ide-
ide utama dari nas Alkitab namun bagian-bagian kecilnya harus diterangkan dan disusun untuk
melengkapi materi pokok khotbah.
Khotbah ekspositori dari satu segi adalah cara yang paling sederhana dalam berkhotbah, hal ini
disebabkan karena semua bahan untuk khotbah ada didalam nas yang akan diuraikan, dan
pengkhotbah hanya mengikuti susunan yang terdapat dalam teks. Keuntungan menggunakan
khotbah ekspositori adalah menjamin pengetahuan yang baik tentang Alkitab bagi pengkhotbah
maupun pendengar. Keuntungan yang lain yaitu pengkhotbah menjadi ekspositori Firman Allah
akan lebih menginsafi dengan bertambahnya pengalaman bahwa khotbah ekpositori akan
memberikan kesempatan berulang-ulang untuk menguraikan nas-nas Alkitab yang mungkin tak
akan disebut selama pelayanan.
Ada perbedaan mengenai khotbah tekstual dengan khotbah ekspositori, yaitu bahwa khotbah
tekstual diambil dari teks Alkitab yang pendek, biasanya satu atau dua ayat, bahkan terkadang
sebagian dari ayat. Kemudian dalam khotbah ekspositori, teksnya mungkin pendek atau panjang
terkadang mencakup seluruh pasal bahkan bisa lebih dari itu dengan bagian-bagiannya diambil
dari nas Alkitab. Dan dalam khotbah tekstual, bagian-bagian yang diambil dari teks dipakai
sebagai garis saran. Artinya bagian-bagian itu menunjukkan jalan pikiran yang akan diikuti
dalam khotbah.
v Bentuk uraian yang dengan salah dianggap sebagai khotbah ekspositori
1.     Uraian Alkitabiah
Merupakan suatu uraian yang terus-menerus mengenai suatu bagian Alkitab, yang panjang atau
pendek, yang diterangkan dan diterapkan ayat demi ayat, atau ungkapan demi ungkapan.
2.     Ceramah Exegetik
Merupakan uraian panjang lebar tentang arti sebuah teks, dengan atau tanpa susunan logis atau
penerapan praktis. Exegetik menarik keluar arti yang tersembunyi dalam sebuah teks; eksposisi
memaparkan arti itu dalam susunan yang tepat dan efektif.

v Prinsip Dasar Persiapan Kerangka Khotbah Ekspsitori


1.     Setiap bagian Alkitab yang akan diselidiki harus dipelajari dengan saksama supaya artinya
dimengerti dan pokoknya diketahui.
2.     Kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang penuh arti dalam teks bisa menjadi petunjuk atau
membentuk bagian-bagian utama dalam kerangka khotbah.
3.     Kerangka yang diambil dari unit ekspositori dapat menurut susunan yang berbeda dari susunan
yang ada dalam teks.
4.     Kebenaran-kebenaran penting yang dikemukakan dalam teks dapat membentuk bagian-bagian
utama kerangka khotbah.
5.     Dua atau tiga nas yang pendek atau panjang dari berbagai bagian Alkitab dapat disatukan untuk
menjadi dasar suatu kerangka ekspositori.
6.     Dengan menggunakan metode pendekatam berganda, dapat menguraikan nas Alkitab dengan
berbagai cara sehingga memperoleh dua atau lebih kerangka yang berlainan sama sekali tentang
satu bagian yang sama.
7.     Perhatikan konteks unit ekpositori.
8.     Periksalah latar belakang sejarah dan kebudayaan nas.
9.     Seluk-beluk teks harus digarap dengan semestinya, tetapi tidak perlu secara tuntas.
10.  Kebenaran–kebenaran yang terdapat dalam teks harus dihubungkan dengan keadaan sekarang.

BAGIAN II
TEHNIK PENYUSUNAN KHOTBAH
BAB 4
STRUKTUR HOMILETIKA
Menurut D. Martyn Lloyd-Jones, dia adalah pendeta yang terkenal dari Westminster
Chapel of London di Inggris. Dia menyatakan, bahwa khotbah bukanlah suatu risalah atau
karangan sastra untuk diterbirkan dengan maksud dibaca berulang-ulang, melainkan suatu berita
yang dimaksudkan untuk didengar dan mempunyai dampak langsung pada pendengar-
pendengarnya.
Khotbah harus bebas dari ketidakjelasan dan tidak berisi materi tambahan yang tidak ada
hubungan dengan tema utama. Di lain pihak, khotbah itu harus mempunyai bentuk yang tegas
atau pola tertentu, dengan ide-ide dalam khotbah menunjukkan kesinambungan pikiran dan
keseluruhan khotbah menuju satu sasaran atau klimaks tertentu. Dengan kata lain, khotbah itu
harus disusun sedemikian rupa sehingga tanpa mengalami kesulitan pendengar sanggup
memahami inti khotbah maupun berbagai hal yang membentuk khotbah tersebut. Inilah alasan
untuk struktur homiletika.
Menurut Dr. James M. Gray, mengatakan bahwa Tuhan tidak dibatasi oleh peraturan-
peraturan berpidato atau homiletika. Namun sebaliknya, mendapat suatu berita dari Firman Allah
tanpa adanya rencana atau kesatuan pikiran yang nyata. Maka pengkhotbah tidak perlu merasa
bahwa ia harus selalu terikat pada prinsip-prinsip homiletika.

BAB 5
JUDUL
Dalam penyusunan suatu pidato, judul biasanya satu dari hal-hal yang terakhir
dipersiapkan. Prosedur yang umum ialah pertama-tama mempersiapkan proposisi dan kerangka
utama. Pada permulaan perlu mendapat pengertian yang jelas mengenai arti pokok, topik, tema,
dan judul. Beberapa penulis homiletika membedakan antara pokok, topik, dan tema. Mereka
mengatakan bahwa pokok itu memberikan ide umum, sedangkan tema atau topik adalah aspek
khusus pokok itu. Jadi, bagaimanapun juga judul mengungkapkan hal khusus yang akan
disajikan dalam khotbah, yang dinyatakan dengan menarik sebagai reklame untuk khotbah.
Maka dari itu, bisa dikatakan judul adalah penghias pokok.
v Prinsip Persiapan Judul Khotbah
1.     Judul harus berhubungan dengan teks atau berita.
2.     Judul harus menarik.
3.     Judul harus sesuai dengan martabat mimbar.
4.     Judul harus singkat.
5.     Judul harus diungkapkan dalam bentuk penegasan, pertanyaan, atau seruan.
6.     Judul harus terdiri atas sebuah ungkapan yang diikuti sebuah pertanyaan.
7.     Judul kadang-kadang diutarakan dalam bentuk pokok yang majemuk.
8.     Judul harus terdiri atas kutipan singkat sebuat nas Alkitab.

BAB 6
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan proses dimana pengkhotbah berusaha mempersiapkan pikiran
dan mendapatkan perhatian para pendengar terhadap berita yang hendak diwartakannya.
Menurut Austin Phelps menjelaskan bahwa ada perbedaan antara kata pengantar dan
pendahuluan, yaitu jika kata pengantar adalah mengutarakan hal-hal yang umum. Akan tetapi,
pendahuluan adalah menghubungkan pikiran jemaat dengan tema. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendahuluan adalah bagian yang penting dalam khotbah, dan keberhasilan seluruh khotbah
sering kali bergantung pada kemampuan pendeta untuk memperoleh dukungan para
pendengarnya pada permulaan uraiannya.
v Maksud Tujuan Pendahuluan
1.     Untuk mendapatkan kemauan baik para pendengar.
2.     Untuk membangkitkan minat terhadap temanya.

v Prinsip Bagi Persiapan Pendahuluan


1.     Pendahuluan harus singkat.
2.     Pendahuluan harus menarik.
3.     Pendahuluan harus menuntun kepada gagasan yang terkemuka atau tujuan utama khotbah.
4.     Pendahuluan harus ditulis dalam kerangka dengan beberapa kalimat atau ungkapan singkat.

BAB 7
PROPOSISI
Proposisi ialah suatu pernyataan sederhana mengenai pokok yang dikemukakan
pengkhotbah untuk didiskusikan, diperluas, dibuktikan, ataupun dijelaskan dalam khotbahnya.
Dengan kata lain, proposisi adalah suatu pernyataan mengenai pelajaran rohani utama khotbah
atau kebenaran kekal dalam khotbah yang dipersingkat menjadi satu kalimat pernyataan. Jadi
proposisi juga dinamakan tesis, ide pokok, ide homiletik, ataupun kalimat subjek, adalah suatu
prinsip: suatu peraturan yang mengatur tingkah laku yang benar, atau suatu fakta, atau
generalisasi yang diterima sebagai dasar dan kebenaran. Proposisi terdiri atas sebuah pernyataan
deklaratif yang jelas tentang kebenaran dasar yang tetap sepanjang zaman dan dapat diterapkan
secara universal.
v Pentingnya Proposisi
1.     Proposisi adalah dasar seluruh struktur khotbah.
2.     Proposisi menunjukkan dengan jelas arah khotbah kepada jemaat.

v Proses Pengembangan Proposisi


1.     Penelitian exegetika lengkap tentang nas.
2.     Perumusan ide exegetika dalam nas.
3.     Penemuan satu kebenaran utama yang disarankan nas.
4.     Pernyataan proposisi dalam bentuk kalimat yang ringkas dan tegas.

v Prinsip Perumusan Proposisi


1.     Proposisi haruslah suatu pernyataan yang mengungkapkan satu ide utama.
2.     Proposisi haruslah suatu kalimat yang menyatakan sesuatu.
3.     Proposisi haruslah satu kebenaran kekal yang biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan
bentuk sekarang.
4.     Proposisi harus dinyatakan dengan sederhana dan jelas.
5.     Proposisi harus menyatakan satu kebenaran yang penting.
6.     Proposisi harus sesuatu yang khusus.
7.     Proposisi harus dinyatakan secara singkat dan harus mudah dipahami.

BAB 8
BAGIAN-BAGIAN
Yang dimaksud dengan bagian-bagian adalah bagian-bagian utama satu khotbah yang
teratur. Apakah bagian-bagian itu disebut dalam penyampaian khotba atau tidak, namun suatu
khotbah yang direncanakan dengan baik akan dibagi atas bagian-bagian yang nyata dan setiap
pelengkapanya menyokong kesatuan khotbah itu.
v Nilai Bagian Bagi Pengkhotbah
1.     Bagian yang membantu kejelasan pikiran.
2.     Bagian yang membantu kesatuan pikiran.
3.     Bagian yang membantu menguraikan sesuatu pokok dengan baik.
4.     Bagian yang mengingat butir-butir utama khotbah.

v Nilai Bagian Bagi Jemaat


1.     Pembagian membuat butir-butir utama khotbah.
2.     Pembagian menolong ingatan pendengar.

v Prinsip Persiapan Bagian-Bagian Utama


1.     Harus timbul dari proposisi.
2.     Harus berbeda dengan yang lain.
3.     Harus diatur agar bergerak maju secara bertahap.
4.     Harus membicarakan secara mendalam dan mempertahankannya dengan baik.
5.     Harus berisi satu ide dasar.
6.     Harus merumuskan dengan jelas.
7.     Bagian-bagian utamanya harus sedikit mungkin.
8.     Harus disajikan dengan aneka ragam.
9.     Bagian harus disusun dengan sejajar.

Dalam menghubungkan proposisi dengan tubuh khotbah, memerlukan kalimat peralihan.


Peralihan dilakukan dengan cara memberikan ide-ide dari satu bagian khotbah ke bagian
berikutnya. Jadi, peralihan dapat menghubungkan bagian dengan proposisi atau dengan kalimat
peralihan yang utama: dapat mengulang satu atau lebih bagian utama dalam kerangka; dapat
membangkitkan minat pendengar terhadap kesatuan pikiran; atau dapat menunjuk ke bagian
utama. Apabila kalimat peralihan utama telah dirumuskan dengan baik, maka akan mendapatkan
kata kunci yang dapat digunakan dalam tiap bagian utama. Jadi, bilamana pengkhotbah sampai
kepada satu bagian utama dalam khotbahnya, ia dapat menunjuk ke kalimat peralihan yang
utama itu dengan menyebut kata kuncinya.
v Prinsip Persiapan Bagian-Bagian Tambahan
1.     Bagian-bagian tambahan diperoleh dari bagian-bagian utamanya.
2.     Bagian-bagian tambahan harus tersusun sejajar.
3.     Bagian-bagian tambahan harus terbatas jumlahnya.
4.     Bagian-bagian tambahan tidak perlu menuruti susunan dalam teks.

BAB 9
DISKUSI
Diskusi adalah pembentangan ide-ide yang terdapat dalam bagian-bagian itu. Apabila
pengkhotbah mengembangkan khotbahnya, ia harus menggunakan seluruh pengetahuan dan
kemampuan kreatif yang ada padanya. Ia harus memperluas kerangkanya agar menghasilkan
suatu berita khotbah yang hidup dan lengkap serta mencapai sasaran yang ada dalam pikirkan.
Agar dapat melakukan hal ini, ia harus memperkenalkan, memilih, dan menyusun materinya
supaya akan mengembangkan tiap-tiap bagian itu secara efektif.
v Sifat-Sifat Diskusi
1.     Kesatuan
Dalam diskusi harus memiliki ide-ide yang memiliki kestuan dalam setiap bagian.
2.     Pertimbangan
Memungkinkan pengkhotbah mengenal bagian-bagian khotbah dengan menguraikan dengan
lebih teliti.
3.     Gerak Maju
Ide-ide setiap bagian harus menunjukkan pengembangan pikiran secara bertahap.
4.     Keringkasan
Seorang pengkhotbah harus dapat meringkas khotbahnya, agar tidak memboroskan waktu di
mimbar.
5.     Kejelasan
Tujuan utama diskusi adalah membentangkan dan menerangkan lebih jelas arti ide-ide dalam
bagian-bagian khotbah.
6.     Daya Hidup
Dalam setiap pembicaraan harus memiliki hal-hal kebenaran, yang dapat membangkitkan minat
para pendengar.
7.     Keserbaragaman
Pengkhotbah harus berusaha agar khotbahnya senantiasa baru dan mengesankan, maka harus
dapat memastikan bahwa pembicaraan itu berisi keseragaman.

v Sumber-Sumber Bahan Untuk Diskusi


1.     Alkitab
Adalah sumber bahan yang tidak ada habis-habisnya untuk mengembangkan setiap pemikiran
yang terdapat dalan setiap bagian suatu khotbah.
2.     Kepustakaan yang lain
Berguna untuk menguraikan sebuah khotbah dengan menggunakan beberapa jenis buku yang
lain, misalnya: buku tafsiran yang bersifat kritis, ekspositori, dan buku-buku renungan saat
teduh.
3.     Pengalaman
Pengalaman pribadi seorang pendeta merupakan sarana lain yang berharga untuk memperluas
bagian-bagian khotbah.
4.     Pengamatan terhadap dunia di sekitar kita
Ada banyak hal lain yang dapat menambahkan daya tarik suatu khotbah, yaitu pengkhotbah
harus memiliki mata untuk melihat dan memiliki pikiran untuk memahami hubungan kejadian
sehari-hari dengan kebenaran rohani yang terdapat dalam Alkitab.
5.     Daya khayal
Pengkhotbah harus dapat membayangkan gambaran-gambaran mental yang bertujuan untuk
menambah keefektifan suatu kebenaran dalam setiap pembicaraan.

v Proses Retoris Dalam Mengembangkan Kerangka Khotbah


1.     Penjelasan
a.     Proses-proses yang terlibat dalam penjelasan teks
·      Konteks
·      Referensi-referensi silang
·      Penggunaan hukum-hukum bahasa
·      Latar belakang sejarah dan kebudayaan
b.     Mengupas suatu bagian yang sulit
c.     Menguraikan seluk-beluk dalam teks
2.     Argumentasi
a.     Nilai argumentasi
b.     Metode-metode argumentasi
·      Penggunaan ayat Alkitab
·      Penalaran yang logis
·      Kesaksian
·      Urutan yang logis dalam kerangka khotbah
c.     Peringatan dalam menggunakan argumentasi
3.     Kutipan-kutipan
a.     Ayat-ayat Alkitab
b.     Ungkapan-ungkapan singkat yang tegas
c.     Pernyataan yang berasal dari sumber-sumber yang berwenang
d.     Puisi

BAB 10
LUKISAN-LUKISAN
Penggunaan lukisan untuk khotbah sama seperti jendela untuk suatu gedung.
Sebagaimana jendela memasukkan cahaya ke dalam sebuah gedung, demikian juga yang lebih
baik menjelaskan suatu khotbah. Arti dari kata ‘melukiskan’ adalah menjelaskan dengan
menggunakan suatu contoh atau contoh-contoh. Jadi, suatu lukisan adalah cara untuk memberi
keterangan tentang suatu khotbah dengan menggunakan contoh. Suatu pemandangan dilukis
dengan kata-kata, atau gambaran tentang seorang atau kejadian dipakai untuk menerangi isi
khotbah, supaya menjadi lebih mudah bagi pendengar untuk mengerti kebenaran-kebenaran yang
disampaikan oleh pengkhotbah. Suatu lukisan berupa bisa berapa perumpamaan, ibarat, kiasan,
cerita (termasuk anekdot atau dongeng), cerita mengenai pengalaman pribadi, peristiwa dalam
sejarah, atau kejadian dalam biografi.
v Nilai Lukisan
1.     Lukisan memberi kejelasan pada khotbah
2.     Lukisan membuat khotbah menarik
3.     Lukisan menjadikan kebernaran itu hidup
4.     Lukisan menegaskan kebenaran

v Prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunalan lukisan


1.     Gunakan lukisan-lukisan yang cocok
2.     Pastikan bahwa lukisan-lukisan itu jelas
3.     Gunakan lukisan-lukisan yang dapat dipercaya
4.     Sebutkan fakta-fakta lukisan itu dengan tepat
5.     Gunakan lukisan-lukisan yang agak singkat
6.     Gunakan diskriminasi ketika memilih lukisan-lukisan

BAB 11
PENERAPAN
Penerapan adalah salah satu unsur yang paling penting dalam khotbah. Dengan proses
retoris ini tuntutan-tuntutan Firman Tuhan dipusatkan kepada individu agar ia dapat memberi
tanggapan yang baik kepada pesan khotbah. Penerapan dapat menunjukkan hubungan ayat
Alkitab kepada kehidupan sehari-hari seseorang, dan penerapan dapat membuat ajaran Alkitab
yang bersangkutan denga dirinya.
Penerapan sering dilukiskan dalam buku-buku homiletika sebagai proses yang dengannya
pengkhotbah hendak mendorong pendengar-pendengarnya untuk untuk memberi tanggapan yang
baik kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Allah. Orang yang hendak menerapkan
keberanaran-kebenaran dalam khotbahnya secara menyeluruh kepada jemaatnya, kadang-kadang
kelihatan seperti mengagumkan dirinya sendiri.
Jadi penerapan, dapat didefinisikan sebagai proses retoris yang menyampaikan kebenaran
secara langsung dan secara pribadi kepada tiap-tiap orang agar dapat menyakinkan mereka untuk
menanggapinya sebagaimana mestinya. Jadi, definisi ini meliputi baik pembicara maupun para
pendengar.
v Syarat untuk penerapan yang efektif
1.     Seorang pengkhotbah harus hidup dekat dengan Allah.
2.     Seorang pengkhotbah harus berpendidikan yang baik, agar bisa menghubungkan Alkitab
kepada masa kini.
3.     Seorang pengkhotbah harus dapat mempunyai pengertian mengenai sifat manusia.
4.     Seorang pengkhotbah harus mempelajari kondisi jemaatnya.
5.     Seorang pengkhotbah harus dapat menyampaikan Firman tanpa dibuat-buat.
6.     Seorang pengkhotbah harus dapat mengandalkan pekerjaan Roh Allah.
v Prinsip untuk menjadikan kebenaran Alkitab relavan
1.     Menghubungkan khotbah dengan probelema dan kebutuhan dasar umat manusia.
2.     Gunakan daya khayal saat berkhotbah, agar adegan tokoh Alkitab menjadi hidup.
3.     Gunakan lukisan-lukisan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4.     Ambil dari teks prinsip-prinsip umum.
5.     Pastikan setiap penerapan sesuai dengan kebenaran dalam bagian yang akan diuraikan.
6.     Penerapan harus bersifat khusus dan tegas.
7.     Harus dapat memberikan motivasi kepada pendengar.
8.     Hubungkan kebenaran dengan zaman.
v Tema-tema penting pengkhotbah interpretif
1.     Injil
Khotbah Injil merupakan kabar baik dari Allah untuk manusia.
2.     Penginjilan
Khotbah mengenai pengijilan dapat mendorong jemaat untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang lain.
3.     Nubuat
Khotbah mengenai nubuat dapat memberi peringatan kepada orang yang tidak mempunyai iman
dan menyadarkan gereja akan perlunya tanggung jawab.

BAB 12
KESIMPULAN
Kesimpulan adalah klimaks dari seluruh khotbah, dimana satu-satunya tujuan untuk
mencapai sasarannya dalam bentuk bentuk kesan yang sangat kuat. Kesimpulan bukan hanya
sekedar tambahan kepada tubuh khotbah, melainkan menjadi satu bagian integral dari khotbah
itu. Kesimpulan adalah bagian terakhir khotbah, dimana segala sesuatu yang telah disampaikan,
dapat dipusatkan melalui kekuatan dan intensitas untuk menghasilkan dampak yang hidup
kepada jemaat.
Kesimpulan bukanlah tempat untuk memperkenalkan gagasan atau sanggahan baru.
Namun hanya semata-mata menekan, menetapkan kembali, meneguhkan, atau mematangkan apa
yang telah dinyatakan dalam khotbah, dengan memberi sasaran untuk menginsyafkan para
pendengar akan tujuan utama khotbah itu.
Kesimpulan merupakan unsur yang paling kuat dalam seluruh khotbah. Karena jika
dilaksanakan kurang baik, maka dapat melemahkan atau merusak efek bagian-bagian khotbah
yang sebelumnya.
v Bentuk-bentuk kesimpulan
1.     Ikhtisar
Biasanya dipakai jika khotbah dibangun atas serangkaian alasan atau gagasan ide.
2.     Lukisan
Yaitu kebenaran suatu khotbah yang dapat menghasilkan suatu klimaks yang efektif dalam
khotbah
3.     Penerapan atau Himbauan
Dalam berkhotbah harus diakhiri dengan suatu penerapan atau hibauan dan meminta jemaat
untuk memberi tanggapan atas kebenaran-kebenaran yang dipaparkan dalam khotbah itu.
4.     Motivasi
Dengan menggunakan kesimpulan ini dapat memberikan pengertian yang memiliki kuasa dan
mengena.

v Prinsip untuk persiapan kesimpulan


1.     Kesimpulan harus singkat
2.     Kesimpulan harus sederhana
3.     Kesimpulan harus memakai kata-kata yang dipilih secara teliti dan bijaksana. Untuk mencapai
sasaran yang tepat, maka kata-kata harus terdiri:
·      Harus tegas dan hidup
·      Kutipan diambil dari teks sendiri
·      Harus mengambil kutipat ayat yang sesuai dengan khotbah
·      Harus memilih kutipan syair yang sesuai
·      Harus memiliki himbauan yang tegas
4.     Kesimpulan harus dinyatakan dalam kerangka beberapa kalimat atau ungkapan yang singkat.

BAB 13
PENGULANGAN SINGKAT
v Langkah-langkah dasar dalam mempersiapkan suatu kerangka khotbah
1.     Memilih Nas
Dalam berkhotbah dari permulaan sampai akhir suatu kitab dalam Alkitab, maka tugas memilih
suatu bagian Firman Tuhan untuk diterangkan akan ditiadakan. Sebagai nas kitab yang berikut
hanya memilih nas yang terdapat sesudah nas yang terakhir.
2.     Mempelajari dan menafsirkan suatu nas dengan seksama
Adakalanya Roh Allah dapat menyatakan berita khotbah yang kita sampaikan asalkan
sebelumnya harus disertai dengan doa yang sungguh-sungguh.
3.     Menemukan tujuan utama suatu nas
Yaitu bahwa ide penafsiran dapat membawa pernyataan proposisi atau ide homiletiks, dimana
kebenaran dasar nas dapat dipakai untuk semua orang.
4.     Susunan kerangka khotbah
Pengkhotbah dapata membangun khotbahnya dengan cara pendekatan induktif, yang dapat
menyatakan pokok-pokoknya dalam susunan yang berurutan yang dapat mencapai klimaks.
5.     Mengisi kerangka khotbah
Dalam mengisi kerangka khotbah harus memilih bahan yang memuaskan yang dapat membuat
pendengar memiliki ide-ide yang dapat dikemukakan oleh bagian-bagian utama dalam kerangka
khotbahnya.
6.     Mempersiapkan kesimpulan, pendahuluan, dan judul
Pengkhotbah perlu mempersiapkan kesimpulan, pendahuluan dan judul agar dapat memberikan
khotbah yang klimaks.
7.     Sikap bergantung dalam doa kepada Roh Allah
Dengan melakukan hal ini, maka Dia akan membenarkan pikiran kita, membenarkan perkataan
kita, memenuhi kita dengan Roh kasih dan anugerah, ketika menyampaikan khotbah sehingga
berkat Allah dapat menyertai kebenaranNya.

Anda mungkin juga menyukai