Pengajar :
Dr Ara Siahaan M.Th
Bagaimana Berkhotbah
Penjelasan Mengenai Khotbah Ekspositori
EKSPOSITORI
Alkitab menekankan bermacam-macam tugas bagi orang Kristen, tetapi tugas dasar
ialah “menyampaikan kebenaran.”
Semua orang Kristen wajib berbeban dan harus berusaha menyampaikan kebenaran
kepada mereka yang belum percaya dan kepada umat Kristen juga. Dengan “kebenaran”
kami maksudkan seluruh wahyu dan amanat Allah seperti yang terdapat dalam Alkitab,
terutama “Kristus,” yaitu “Kebenaran Allah.”
Bagaimana kita dapat menyampaikan kebenaran? Saudara bisa bersaksi secara lisan
pada tetangga atau membagikan literatur Kristen pada orang di pasar. Jika saudara suka
menyanyi, melalui nyanyian saudara dapat menyampaikan kebenaran Allah. Melalui
sebuah drama atau sandiwara kita dapat menjalankan tugas ini. Malahan tanpa berbuat
apa-apa kecuali dengan kesucian pribadi kita menyampaikan kebenaran, karena orang
lain akan melihat dan menilai kebenaran yang ada dalam diri kita.
Tetapi untuk menjadi ahli dalam hal menyampaikan kebenaran saudara harus
menguasai dua bidang: pertama, saudara harus menguasai kebenaran itu sendiri.
Yesus adalah sumber kebenaran dan Dia adalah kebenaran (Yohanes 14:6). Kebenaran
yang kita sampaikan terdapat dalam Alkitab (II Timotius 2:16).
Jadi, seseorang yang hendak menjadi ahli dalam “menyampaikan kebenaran” harus
mengerti dan menguasai Alkitab.
Kedua, di samping menguasai Alkitab, saudara harus menjadi ahli dalam komunikasi,
yaitu ilmu menyampaikan. Dengan kata lain saudara harus menjadi ahli dalam bidang
menyampaikan kebenaran yang terdapat dalam Alkitab.
Ilmu menyampaikan (komunikasi) ini meliputi lebih dari berbicara secara lisan. Kalau
saudara hendak berkomunikasi dengan orang lain, saudara akan memakai gerak tangan,
mengubah suara, menekankan kata-kata tertentu, serta memakai semua pancaindera
saudara.
Tulian ini adalah tulisan tentang homiletika, atau lebih jelas makala yang mengajarkan
cara berkhotbah.
Jadi, dalam makala ini kita akan berkonsentrasi pada bidang komunikasi atau ilmu
menyampaikan. Tetapi perlu diingat bahwa tak mungkin saudara menjadi pengkhotbah
yang berhasil kecuali saudara menguasai “kebenaran” (Alkitab) dan “ilmu
menyampaikan.”
Kami sudah mengambil manfaat dari semua jenis buku Homiletika (Ilmu Berkhotbah)
namun kami tidak ingin mengikatkan diri kami pada istilah-istilah serta faham-faham
yang terdapat dalam buku-buku itu.
Walaupun buku-buku Homiletika yang ada sering bertentangan, pada umumnya mereka
setuju bahwa ada 4 jenis khotbah Alkitabiah.
1. Khotbah Topika
Khotbah ini didasarkan dan berkisar pada sebuah pokok yang diambil dari dalam
atau luar Alkitab, misalnya : mengenai dosa, sorga, musibah kelaparan, bahaya
(proposition theses) dan pokok-pokok besar diambil dari nas pendek ini.
4. Khotbah Ekspositori
Khotbah ini didasarkan pada nas Alkitab yang biasanya lebih panjang dari dua ayat.
Mungkin karena jauh lebih mudah menyiapkan khotbah Topikal daripada yang lain.
Misalnya, untuk menyiapkan khotbah Topikal, si pengkhotbah hanya perlu mencari
sebuah pokok (topik) dalam konkordansi dan memungut beberapa ayat dari
konkordansi itu serta membentuknya menjadi pokok-pokok besar, dan dengan begitu
khotbahnya sudah jadi.
Tulisan ini kita akan membicarakan satu jenis khotbah saja, yaitu Khotbah Ekspositori.
Kita akan belajar bagaimana menyiapkan khotbah ini serta membentuknya menjadi
khotbah yang kuat; juga kita akan menyelidiki sedikit mengenai penyajiannya. Kiranya
tulisan ini, atau lebih tepat “pelajaran” ini, akan menolong saudara menyiapkan khotbah
Ekspositori yang berhasil.
Untuk lebih mengerti apa yang kami maksudkan dengan khotbah Ekspositori, marilah
kita menyelidiki beberapa corak tertentu dari khotbah ini.
Khotbah Ekspositori didasarkan pada nas Alkitab yang lebih panjang dari dua ayat.
Pokok-pokok besar dan pokok-pokok kecil semuanya didasarkan pada nas khotbah
ini.Khotbah ini menyatakan/menerangkan arti utama atau arti dasar dari nas-nya.
Menghubungkan arti nas dengan konteks (ayat-ayat sebelum dan sesudah nas).
Khotbah Ekspositori menggali Kebenaran – Kekal dari nas, (lihatlah sifat kedua dari
Kalimat – Kunci pada Pokok III makala ini, serta langkah ke 6 pada Pokok II).
Khotbah Ekspositori mengatur beberapa Kebenaran – Kekal ini sekeliling sebuah pokok.
Mempergunakan unsur-unsur penguraian ilustrasi, logika, argumentasi (perdebatan),
dan penerapan, untuk menolong para pendengar.
Demikianlah kita melihat bahwa khotbah Ekspositori bukan penguraian ayat demi ayat
begitu saja; khotbah ini sangat teratur dengan tema, kalimat – kunci, dan pokok-pokok
besar. Susunannya harus baik dan jelas, di samping harus ada kesatuan yang baik juga.
Ekspositori (expository) berarti menjelaskan, atau membuka sesuatu sehingga
dimengerti dengan jelas.
Khotbah Ekspositori akan mengupas nas (ayat-ayat yang diuraikan) sehingga nas itu
dimengerti dan dapat dipraktekkan oleh pendengar.
Cara memakai khotbah Ekspositori dengan baik adalah dengan memilih satu kitab
seperti misalnya: Injil Markus, dan setiap minggu menguraikan satu pasal secara
ekspositori.
Jikalau kita berkhotbah dua minggu sekali pada gereja kita, dan setiap kali menguraikan
satu pasal; kita akan menyelesaikan Injil Markus dala waktu 32 minggu. Kemudian kita
dapat memilih satu kitab lain, dan seterusnya.
Mungkin saudara berpikir, mengapa jenis khotbah ini ditekankan kalau ada jenis lain
yang lebih gampang dan mudah dikerjakan? Untuk menjawab pertanyaan ini kami ingin
mengemukakan beberapa keuntungan bila saudara memakai khotbah Ekspositori:
Kita akan berkhotbah tentang seluruh Alkitab dan bukan tentang beberapa ayat
terpisah.Kalau berkhotbah melalui sebuah buku dari Alkitab kita tidak akan pusing-
pusing mencari nas atau pokok.
Pasal berikutnya akan merupakan nas kita untuk khotbah berikutnya juga.
Para pendengar tidak akan bosan dengan bahan-bahan kita, karena setiap minggu akan
berubah.Kita akan dapat berkhotbah pada pokok-pokok yang mungkin menyinggung
(menempelak) tanpa mendatangkan prasangka pada diri kita.
Misalnya, mungkin ada seorang anggota yang masih mencuri, dan “kebetulan” pasal
dalam buku Alkitab yang sedang saudara uraikan secara ekspositori menempelak hal
mencuri.
Otomatis saudara dapat menekankan hal mencuri.
Dan hadirin tidak dapat mengatakan bahwa pasal dan nas itu dipilih khusus untuk
“memukul!” mereka.
Menolong saudara menjadi ahli dalam doktrin dan ajaran di seluruh Alkitab.
Memberi satu pengertian Alkitab yang luas sekali pada anggota sidang.
Mendirikan di dalam kita dan pendengar-pendengar kita suatu penghargaan besar
terhadap seluruh Alkitab.“Memaksa” kita menekankan pokok-pokok (topik) yang
mungkin akan dilalaikan di dalam metode khotbah lain.
Marilah kita melihat kutipan dari beberapa ahli khotbah. Harold J. Ockenga mengatakan,
“Seperti Zwingli (seorang pendiri reformasi dari Swiss) kita harus mulai dengan Matius
1:1 dan berkhotbah secara ekspositori menyusuri seluruh Perjanjian Baru.”
Berikut :
Langkah - langkah dalam menyusun khotbah ekspositori
Jangan hanya biasa dengan kitab Perjanjian Baru atau Injil-injil, pelajarilah Perjanjian
Lama.
Jangan memilih karena ada "pesan sponsor" atau karena motif khusus.
Kata kunci selalu jamak, untuk diulang-ulang saat transisi dari pokok besar satu ke
pokok besar lainnya.
Satu kata atau kalimat yang sejajar sesuai kata kunci. Jika kata kuncinya perintah, pokok
besarnya berisi perintah-perintah. Jika kata kuncinya langkah, pokok besarnya berisi
langkah-langkah.
Menjelaskan
Nehemia orang buangan yang terhormat menjadi juru minuman raja (1:11, 2:1). Ia
mendengar dari Hanani (seorang dari Yehuda yang terluput dari penawanan), bahwa
kondisi Yerusalem sangat menyedihkan. Orang-orang menderita, temboknya
terbongkar, pintu-pintunya terbakar (1:3). Mendengar ini Nehemia "menangis ...
berkabung..." (1:4). Nehemia sangat "terbeban" atas penderitaan bangsanya,
keruntuhan kota, bahkan rusaknya kota Yerusalem.
Menguraikan
Sebagai orang sukses, Nehemia bisa berpikir egois. Tetapi, Nehemia adalah orang yang
peduli terhadap penderitaan umat Allah. Ia memikirkan masalah bangsanya sangat
serius, sangat terbeban, sehingga kesedihannya terbaca dalam sikap dan raut mukanya
oleh Raja Artahsasta (2:2). Nehemia terpanggil membangun Yerusalem, karena
terbeban, karena terpanggil. Tanpa pamrih.
Nehemia mengungkapkan sikap terbeban dengan doa. Dan, pada saat ditanya oleh
sang raja, apa keinginannya, Nehemia tidak langsung menjawab atau meminta kepada
raja, tetapi kembali berdoa. "Lalu kata raja kepadaku: 'Jadi, apa yang kauinginkan?'
Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit" (Nehemia 2:4).
Menggambarkan atau ilustrasi
(Tidak perlu ilustrasi, karena kisah Nehemia yang terbeban sudah jelas.)
Menerapkan
Doa akan mengubah keadaan, jika kita memiliki sikap hati yang terbeban secara pribadi.
Tanpa rasa terbeban, tdak akan ada doa yang serius.
Menguraikan
Doa permohonan Nehemia sungguh-sungguh digumuli dengan merendahkan diri di
hadapan Tuhan. Ia berdoa "siang dan malam" (1:6). Nehemia tidak hanya berdoa secara
pribadi. tetapi melibatkan orang-orang lain juga (1:11). Nehemia sebenarnya layak
sombong, karena di negeri orang lain, ia bisa berprestasi. Namun, semua prestasi dan
kejayaannya harus ditanggalkan tatkala ia berhadapan dengan Allah. Nehemia
merendahkan diri. Dalam doanya, ia memohon pengampunan atas dosa-dosa, baik dosa
secara pribadi maupun dosa bangsanya (1:6).
Menerapkan
Jauhkan kesombongan, tidak ada faedahnya menyalahkan siapa pun, tidak baik
menyesali kegagalan dan masalah di sekitar kita. Marilah saatnya kita berdoa dengan
merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Menjelaskan
Nehemia mengharapkan satu hal: berhasil. Untuk berhasil, diperlukan doa dan usaha.
Dalam rangka berusaha, Nehemia menggunakan potensi dan strategi yang didukung
doa.
Menguraikan
Berusaha memanfaatkan potensi:
"Ketika itu aku ini juru minuman raja" (Nehemia 1:11). Kedudukan, jabatan adalah
sebuah potensi yang bisa digunakan untuk akses hubungan yang lebih luas.
Berusaha menggunakan strategi:
Setelah raja memberi kesempatan kepada Nehemia, ia memakai strategi memohon
surat rekomendasi atau surat jalan agar bupati-bupati yang wilayahnya akan dilewati
memperlancar tujuannya (2:7,8).
Berusaha dengan kerja keras:
Nehemia menghadapi banyak tantangan. Dari Sanbalat yang menolak Yerusalem
dibangun kembali (2:10,19; 6:1-19). Nehemia mengandalkan doa (4:9). Dan, siap
berperang (4:1-23). Inilah berdoa dengan berusaha. Akhirnya, pekerjaan selesai (6:15),
dan seluruh cita-cita berhasil (7:1).
Lukisan "tangan berdoa". Perhatikanlah lukisan kedua tangan tersebut bukan tangan
yang lembut, melainkan tangan kasar yang berotot besar. Sebuah tangan yang berdoa,
tetapi juga sebuah tangan yang bekerja keras. Latar belakang historis lukisan tersebut
dimulai dari keinginan Albrecht untuk sekolah seni rupa. Namun, karena Albrecht
miskin, maka ia mencari kawan untuk bekerja sama. Akhirnya, disepakati Albrecht
sekolah dulu, sedangkan kawannya yang bekerja untuk membiayai. Kawan Albrecht
adalah seorang yang rajin berdoa dan bekerja keras sebagai buruh kasar. Beberapa
tahun kemudian Albrecht lulus, ia ingin kawannya bergantian sekolah. Saat ia
mengunjungi rumah kawannya, kawannya sedang berdoa, dengan tangan kasar yang
berotot besar, "Oh Tuhan, tanganku sudah menjadi kaku dan kasar. Sudah tidak bisa
untuk melukis lagi. Biarlah Albrecht saja yang menjadi pelukis." Seorang yang rela
berdoa dan bekerja keras bukan bagi dirinya sendiri, melainkan bagi orang lain ini telah
mengubah hidup Albrecht dan diabadikan dalam lukisan tangan berdoa karya Albrecht
Durer (1471-1528), yang mengilhami motto ora et labora.
Thomas Alva Edison (1847-1931), seorang pekerja keras, penemu terbesar dalam
sejarah dunia dengan tiga ribu penemuannya. Pada usia enam tahun, ia bereksperimen
mengerami telur ayam. Usia tujuh tahun, ia dikeluarkan dari sekolah karena dianggap
terlalu bodoh, maka Nancy Elliot, sang ibu, mengajarkannya membaca. Setelah bisa
membaca, ia membaca buku-buku ilmiah, buku sejarah, ensiklopedia. Dan, setiap kali
membaca, ia juga mencoba bereksperimen. Saat remaja pendengarannya rusak karena
ditampar kondektur. Ia mulai belajar telegraf, dan akhirnya memproduksi alat sendiri,
serta menekuni eksperimen listrik. Dan, menemukan: stasiun tenaga listrik, lampu listrik,
sistem pendistribusian listrik, dan lain-lain. Energi listrik yang membuat terang, yang
menjadi daya bagi seluruh komponen elektronik. Yang kita nikmati sekarang adalah hasil
penemuan keda kerasnya.
Menerapkan
Untuk mengubah keadaan diperlukan doa dan usaha. Tuhan adalah sumber mukjizat,
tetapi tidak berarti kita pasif. Kita harus berusaha sesuai dengan panggilan kita: usaha
bekerja lebih keras, melayani lebih baik, mengampuni dengan tulus, mengasihi tanpa
pamrih, dan lain sebagainya. Suatu tindakan keliru, bahkan mencobai Tuhan jika kita
hanya berdoa tanpa mau berusaha.
Pendahuluan harus singkat, memiliki hubungan langsung dengan tema khotbah atau
nas. Dan, memiliki hubungan langsung dengan pendengar. Hindarilah sikap atau kesan
kurang siap, tidak percaya diri, kurang simpatik, kurang menguasai bahan. Atau,
hindarilah sikap yang berlebih-lebihan dengan banyak janji.