Anda di halaman 1dari 3

CARA PRAKTIS MENYUSUN KHOTBAH

Oleh: Pdt. Benjamin Nara Lulu, M.Th

A. Arti dan Tujuan Khotbah


1. Arti Khotbah
Kata khotbah berasal dari bahasa Arab yang dijabarkan atau diterjemahkan dari kata Yunani
“homilia” yang memiliki arti: suatu percakapan atau suatu pembicaraan 1. Di kalangan orang Kristen, khotbah
adalah memberitakan kabar baik atau kabar kesukaan kepada sesama. Dengan demikian, dari pengertian
tadi terdapat 2 unsur yang sangat penting yakni manusia (pemberita dan pendengar) dan berita itu sendiri.
Manusia sebagai pemberita dipakai oleh Allah sebagai alat untuk memberitakan kabar kesukaan atau Injil
sehingga manusia yang mendengarnya dapat mengerti dan melakukan apa yang dikatakan pemberita (bnd.
1 Pet. 2:9, memakai kata: memberitakan). Berdasarkan arti demikianlah maka seorang ahli teologi praktika
Miskotte, berpendapat bahwa berkhotbah adalah menyampaikan Firman Allah atau memproklamasikan
berita pendamaian dan kesejahteraan, memastikan pengampunan dosa, menyingkapkan masa depan dan
merayakan masa kini sebagai kebaikan Tuhan.
2. Tujuan Khotbah
Berdasarkan pengertian kata khotbah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari sebuah khotbah adalah
sebagai berikut:
 Mengumumkan/memproklamasikan dengan terang dan jelas berita yang dipercayakan kepada si
pemberita tentang Allah yang memerintah dunia ini di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Jadi yang
dikatakan di sini adalah menyatakan dengan terang dan jelas tentang kuasa atau kehendak Allah
bukan mengenai kuasa dan kehendak manusia (Gal. 1: 9-10).
 Menyampaikan pesan berupa kabar baik atau kabar sukacita (kata Yunani: Euanggelion/Injil) yang
telah diperbuat oleh Allah; bahwa Ia telah membebaskan, memberi kelegaan dan menyembuhkan
manusia (bnd. Yes.61; Luk. 4: 18-19; Mat. 11: 28).
 Memberi kesaksian (Yunani: Marturia) secara benar bahwa oleh kematian dan kebangkitan
Kristus, dunia ini telah diampuni dan diselamatkan karena anugerah Allah (Yoh. 3: 16; Rom. 6: 23).
 Mengajarkan tentang kehendak Allah atau perbuatan Allah bagi dunia dan manusia (1 Pet. 2: 9-10)
untuk diyakini dan diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari (bnd. Mat. 7: 21, tekanan pada kata
melakukan).
B. Langklah-langkah Menyusun Khotbah
Langkap-langkah di dalam menyusun sebuah khotbah adalah sebagai berikut:
Persiapan
 Memilih nas atau pembacaan yang sesuai dengan kondisi/situasi yang dihadapi pendengar
(syukur, dukacita, Hari-hari Raya dll).
 Menentukan tujuan khotbah dengan jelas. Hal ini sangat perlu supaya pengkhotbah mendisiplinkan
pikirannya untuk berbicara sesuai arah yang sudah ditetapkan. Banyak khotbah yang membuat
jemaat bingung karena pengkhotbah tidak tahu kemana dia membawa pendengar dengan
khotbahnya.
 Membaca bahagian Alkitab tersebut dengan teliti dan berulang-ulang (didahului dengan berdoa).
Maksudnya agar sambil membaca, kita berusaha untuk menangkap makna setiap kata atau
ucapan di dalam bacaan/nas tersebut. Dalam hubungan dengan membaca bagian Alkitab ini,
maka seorang pengkhotbah harus mencermati dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan:
1. Pelaku dalam nas: nama orang (Petrus, Daud dst), jenis kelamin, rupa orang itu
(perawakannya), bentuk badan (Zakheos: pendek, Saul lebih tinggi dari orang sebangsa-
nya), watak pelaku: keras, lembut .
2. Kedudukannya:(a)dalam keluarga (anak sulung/bungsu), perannya dalam keluarga
bagaimana (bnd. alasan mengapa Yakob lebih mengasihi Yusuf daripada yang lainnya);
(b) dalam masyarakat: yakni apa pekerjaan mereka (pemungut cukai, Farisi, nelayan,
petani, gembala dll). Bagaimana hubungan pelaku dengan orang lain: Zakheos yang
dibenci, Yusuf Arimate yang disegani dstnya.
3. Tempat di mana peristiwa terjadi, jalan mana yang ditempuh, suasana atau kesulitan apa
yang dihadapi (Mis: orang yang dirampok di jalan dari Yerikho dst, di kota, padang gurun,
dst)
4. Waktu: ada peristiwa yang terjadi waktu siang (perempuan Samaria), ada peristiwa waktu
malam (Nikodemus) dst.
 Menafsir yakni usaha untuk menangkap pengertian dari bacaan yang sudah ditentukan untuk
dikhotbahkan. Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan di dalam menafsir adalah: latar belakang
kitab/nas yang akan dikhotbahkan, kata-kata kerja atau kata sifat, nas sebelum dan sesudahnya
(hubungan ke muka dan hubungan ke belakang), misalnya kita mau berkhotbah dari Roma 12:1,
kita harus melihat atau memperhatikan pula Roma 11: 36 dan Roma 12: 9 dst.
1
Dari pengertian ini, maka khotbah pertama-tama adalah percakapan pengkhotbah dengan Firman
Tuhan, kemudian percakapan pengkhotbah dengan para pendengar. Dengan demikian khotbah selalu
bersifat dialogis atau suatu percakapan.
Khusus untuk kitab Injil, perlu pula diperhatikan nas yang sejajar. Misalnya Luk. 21: 1-4 // Mark, 12:
41-44, maksudnya ialah untuk memperkaya kita di dalam menyampaikan maksud nas terutama
penekanan dari nas tersebut baik dari Lukas mau pun dari Markus.
Dalam hubungan dengan nas Luk. 21: 1-4, maka yang perlu ditafsirkan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih dalam adalah: bagaimana kedudukan seorang janda miskin di kalangan
orang Yahudi; Apa arti kata kekurangan dan kelebihan, dan bagaimana kalau kita membandingkan
dengan kondisi kita sekarang; Mengapa persembahan janda miskin yang diterima oleh Tuhan dan
bukan sebaliknya. Untuk memperoleh berbagai informasi tadi kita dapat ditolong dengan berbagai
buku penunjang seperti; kamus Alkitab atau tafsiran atau buku teks lainnya.
 Setelah menafsir, tugas kita adalah menyusun khotbah dengan memperhatikan kerangka sebuah
khotbah ( akan dijelaskan di bawah).

C. Susunan/Kerangka Khotbah
Secara umum, sebuah khotbah memiliki kerangka atau susunan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan jembatan atau pintu masuk kepada isi khotbah. Tujuannya adalah untuk
membangkitkan minat pendengar atau mempersiapkan pendengar untuk masuk dalam isi khotbah. Oleh
karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pendahuluan adalah:
- Harus singkat tetapi jelas
- Tidak boleh panjang dan berbelit-belit sehingga membosankan pendengar.
- Harus mempunyai hubungan dengan isi/tema khotbah
- Harus menarik perhatian pendengar/membangkitkan minta untuk mendengar2
2. Isi/Tubuh Khotbah
Isi atau tubuh khotbah adalah inti dari sebuah khotbah yang akan kita sampaikan kepada jemaat atau
pendengar. Dalam menyusun isi khotbah, kita dapat dibantu dengan beberapa pertanyaan :
o Apa, misalnya tentang tema kebahagiaan tadi. Apa itu kebahagiaan menurut nas tadi atau apa itu
kebahagiaan menurut masyarakat secara umum atau bahkan menurut kita sendiri. Pertanyaan apa
ini, dapat dijawab dengan membuat definisi atau penjelasan.
o Kapan, kapan seseorang mengalami kebahagiaan, apakah ketika memperoleh banyak harta,
ketika memiliki jabatan, atau kapan?
o Mengapa? Mengapa setiap orang membutuhkan kebahagiaan atau mengapa manusia susah
memperoleh kebahagiaan yang dia harapkan?
3. Penutup/Aplikasi
Penutup atau aplikasi khotbah adalah berupa kesimpulan dari khotbah yang kita siapkan dan
sampaikan kepada pendengar atau jemaat. Untuk membuat kesimpulan ini, kita dapat dibantu dengan
pertanyaan: bagaimana atau apa yang seharusnya kita lakukan sehingga kebahagiaan itu kita raih.
Jawabannya dapat berupa: nasehat, teguran, ajakan!
Sebagaimana dalam pendahuluan maka dalam bahagian penutuppun, seorang pengkhotbah tidak boleh
membuat kesimpulan yang panjang dan bertele-tele. Kesimpulan harus singkat dan jelas serta merangkum
keseluruhan bahagian isi khotbah.
D. Bentuk-bentuk Khotbah
1. Bentuk Nas
Khotbah dalam bentuk nas yakni pengkhotbah memilih salah satu nas dari satu perikop. Misalnya dari
Matius 5: 13 atau Matius 10: 16. Kebaikan dari khotbah bentuk nas adalah pengkhotbah terhindar dari
mengatakan semua hal (melompat ke sana kemari) dalam sebuah khotbah. Namun dia juga memiliki
kelemahan karena apabila pengkhotbah tidak selektif di dalam memilih nas akan mereduksi atau
mengurangi makna yang sesungguhnya dari bahagian tersebut. Untuk menghindari berbagai kelemahan di
dalam memilih nas, maka seorang pengkhotbah harus memperhatikan hal-hal berikut:
 Pilih nas yang mengandung arti mendalam dan memungkinkan pengkhotbah untuk menyusun
khotbah dengan uraian-uraian yang bermutu serta yang kena mengena dengan kehidupan nyata
jemaat. Misalnya Im. 20: 26; Kel. 3: 11; Fil. 2: 2.
 Jangan memilih nas yang aneh-aneh dan yang bisa menimbulkan perasaan kurang enak di hati
pendengar atau yang kurang jelas maksudnya (mis: Kid. 5: 3; 1 Tim 1:4).
 Sebaiknya menghindari pemotongan atau pemenggalan nas atau hindari pula nas yang terlalu
panjang (bnd. Mzm. 8: 3).
 Periksalah apakah nas yang dipilih mengandung arti kiasan (konotatif) atau arti yang
sesungguhnya (denotatif), misalnya: Yoh 2: 19.
 Perlu pula membedakan kata yang sama dari penulis atau kitab yang berbeda. Misalnya, apakah
arti kata tubuh dalam Yeh. 11: 19 dengan Rom. 1: 3 atau Ef. 2: 3.
 Janganlah nas dilepaskan dari keadaan penulis atau lingkungan serta inti cerita secara
keseluruhan. Karena itu, apabila berkhotbah berdasarkan nas bukanlah berkhotbah dengan cara
2
Contoh pendahuluan dengan tema khotbah: Kebahagiaan. Kebahagiaan adalah dambaan setiap orang.
Karena itu, siapa pun pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan atau mencapai kebahagiaan dimaksud.
tetapi pertanyaan bagi kita: apakah kebahagiaan itu? Siapakah yang layak disebut bahagia? Kapankah seseorang
disebut berbahagia? dstnya
2
merangkai nas yang satu dengan yang lainnya atau mengutip ayat yang satu lompat ke ayat
lainnya tanpa memperhatikan latar belakang penulis.
2. Bentuk Perikop
Khotbah berdasarkan perikop adalah khotbah yang memakai atau mengangkat satu perikop
sebagai dasar khotbah. Kebaikan bentuk ini adalah pengkhotbah dengan bebas bergerak untuk
menyampaikan firman Tuhan tanpa dibatasi oleh nas tertentu (hanya 1 nas). Namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang pengkhotbah yang memilih bentuk perikop.
 Perlu ada penguasaan akan isi Alkitab khususnya perikop yang akan dikhotbahkan.
 Sebuah perikop yang terlalu panjang akan membosankan pendengar karena itu hindarilah hal ini.
 Apabila kurang persiapan maka ada kecenderungan pengkhotbah hanya menceritakan kembali
perikop tersebut tanpa menjelaskan makna dari bacaan dimaksud.
3. Bentuk Tema
Bentuk tema adalah khotbah yang disusun atau disampaikan berdasarkan satu tema tertentu. kebaikan
bentuk ini adalah seorang pengkhotbah akan memfokuskan perhatian kepada masalah secara serius
sehingga pendengar dapat memahami dengan lebih baik apa yang disampaikan. Akan tetapi, seorang
pengkhotbah di dalam memilih tema perlu memperhatikan:
 Tema harus merupakan rumusan kalimat yang padat, berisi dan menarik perhatian.
 Jika merumuskan tema, pastikan bahwa kita sungguh-sungguh menguasai seluk-beluknya. Ibarat
seorang penjual jeruk, kita harus tahu asal-usulnya, terutama rasa jeruk tersebut sehingga
meyakinkan pembeli/pendengar.
 Di dalam memilih tema perlu sesuaikan dengan situasi atau kondisi pendengar sehingga dapat
dipahami dengan baik.
E. Cara Menyampaikan Khotbah
Secara umum, ada tiga cara di dalam menyampaikan sebuah khotbah yakni:
 Membaca naskah yang sudah tertulis secara lengkap. Metode ini mengharuskan seorang
pengkhotbah untuk mempersiapkan khotbahnya dengan baik. Namun metode ini bisa tidak efektif
apabila tidak adanya kontak antara pengkhotbah dengan pendengar.
 Menggunakan garis besar, dengan maksud pengkhotbah tidak melupakan pokok pikiran/ khotbah
yang akan disampaikan tetapi juga agar jangan hilang kontak dengan pendengar. Akan tetapi
metode bisa menjadi tidak efektif apabila kurang persiapan karena akan kehilangan kata-kata, apa
lagi kalau pengkhotbah gugup dan takut.
 Metode tanpa menggunakan catatan/improvisasi. Metode ini sangat baik karena langsung kontak
dengan pendengar dan tidak terganggu dengan teks khotbah. Namun kekurangannya apabila
kurang persiapan akan terjadi berbagai pengulangan kata-kata atau maksud sehingga
membosankan pendengar.
Metode mana pun yang dipakai sangat tergantung kepada persiapan pengkhotbah. Dalam
hubungan dengan penyampaian khotbah baik metode 1, 2 maupun 3, seorang pengkhotbah harus
memperhatikan hal-hal berikut:
 Berbicaralah dengan menggunakan induk kalimat yang baik dan benar.
 Milikilah skema yang jelas dalam pikiran (memiliki tujuan yang jelas) sehingga tidak melompat
kesana kemari ketika berkhotbah.
 Suara harus disesuaikan dengan ruangan atau jumlah pendengar (usahakan supaya didengar oleh
seluruh pendengar tapi jangan berteriak).
 Dalam menyampaikan khotbah, jangan putus kontak dengan pendengar (jangan hanya menunduk
atau mengangkat muka ke atas terus).
 Tariklah perhatian pendengar dengan pengantar khotbah yang mengesankan terutama
penampilan pengkhotbah yang meyakinkan (tidak acak-acak dan semrawut dan hilangkan kesan
bahwa kita kurang siap).
 Janganlah membuat pendengar bosan karena terlalu lama berkhotbah atau mengecewakan
pendengar karena terlalu singkat berkhotbah. Secara ideal, sesuai dengan susunan dan bentuk
khotbah, maka untuk kebaktian umum/minggu/hari raya berkisar antara 15-30 menit. Sedangkan
untuk ibadat rumah tangga atau syukur, antara 5- 15 menit.
 Yang paling penting adalah, jadikanlah diri kita sebagai khotbah yang hidup dan yang paling tepat
untuk dibaca dan dipelajari oleh jemaat atau pendengar. Sebab sebagus dan semenarik apapun
khotbah yang kita sampaikan tetapi jika kita tidak hidup sesuai dengan apa yang kita sampaikan,
maka khotbah kita akan mubazir.
 Mintalah selalu hikmat dan pengertian dari Tuhan sehingga kita mampu menyaksikan dan
menyampaikan firman Tuhan secara terang dan jelas apa kehendakNya bagi kita.
Demikianlah beberapa catatan untuk kita sebagai dasar percakapan pada saat ini. Syalom!

Anda mungkin juga menyukai