C. Susunan/Kerangka Khotbah
Secara umum, sebuah khotbah memiliki kerangka atau susunan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan jembatan atau pintu masuk kepada isi khotbah. Tujuannya adalah untuk
membangkitkan minat pendengar atau mempersiapkan pendengar untuk masuk dalam isi khotbah. Oleh
karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pendahuluan adalah:
- Harus singkat tetapi jelas
- Tidak boleh panjang dan berbelit-belit sehingga membosankan pendengar.
- Harus mempunyai hubungan dengan isi/tema khotbah
- Harus menarik perhatian pendengar/membangkitkan minta untuk mendengar2
2. Isi/Tubuh Khotbah
Isi atau tubuh khotbah adalah inti dari sebuah khotbah yang akan kita sampaikan kepada jemaat atau
pendengar. Dalam menyusun isi khotbah, kita dapat dibantu dengan beberapa pertanyaan :
o Apa, misalnya tentang tema kebahagiaan tadi. Apa itu kebahagiaan menurut nas tadi atau apa itu
kebahagiaan menurut masyarakat secara umum atau bahkan menurut kita sendiri. Pertanyaan apa
ini, dapat dijawab dengan membuat definisi atau penjelasan.
o Kapan, kapan seseorang mengalami kebahagiaan, apakah ketika memperoleh banyak harta,
ketika memiliki jabatan, atau kapan?
o Mengapa? Mengapa setiap orang membutuhkan kebahagiaan atau mengapa manusia susah
memperoleh kebahagiaan yang dia harapkan?
3. Penutup/Aplikasi
Penutup atau aplikasi khotbah adalah berupa kesimpulan dari khotbah yang kita siapkan dan
sampaikan kepada pendengar atau jemaat. Untuk membuat kesimpulan ini, kita dapat dibantu dengan
pertanyaan: bagaimana atau apa yang seharusnya kita lakukan sehingga kebahagiaan itu kita raih.
Jawabannya dapat berupa: nasehat, teguran, ajakan!
Sebagaimana dalam pendahuluan maka dalam bahagian penutuppun, seorang pengkhotbah tidak boleh
membuat kesimpulan yang panjang dan bertele-tele. Kesimpulan harus singkat dan jelas serta merangkum
keseluruhan bahagian isi khotbah.
D. Bentuk-bentuk Khotbah
1. Bentuk Nas
Khotbah dalam bentuk nas yakni pengkhotbah memilih salah satu nas dari satu perikop. Misalnya dari
Matius 5: 13 atau Matius 10: 16. Kebaikan dari khotbah bentuk nas adalah pengkhotbah terhindar dari
mengatakan semua hal (melompat ke sana kemari) dalam sebuah khotbah. Namun dia juga memiliki
kelemahan karena apabila pengkhotbah tidak selektif di dalam memilih nas akan mereduksi atau
mengurangi makna yang sesungguhnya dari bahagian tersebut. Untuk menghindari berbagai kelemahan di
dalam memilih nas, maka seorang pengkhotbah harus memperhatikan hal-hal berikut:
Pilih nas yang mengandung arti mendalam dan memungkinkan pengkhotbah untuk menyusun
khotbah dengan uraian-uraian yang bermutu serta yang kena mengena dengan kehidupan nyata
jemaat. Misalnya Im. 20: 26; Kel. 3: 11; Fil. 2: 2.
Jangan memilih nas yang aneh-aneh dan yang bisa menimbulkan perasaan kurang enak di hati
pendengar atau yang kurang jelas maksudnya (mis: Kid. 5: 3; 1 Tim 1:4).
Sebaiknya menghindari pemotongan atau pemenggalan nas atau hindari pula nas yang terlalu
panjang (bnd. Mzm. 8: 3).
Periksalah apakah nas yang dipilih mengandung arti kiasan (konotatif) atau arti yang
sesungguhnya (denotatif), misalnya: Yoh 2: 19.
Perlu pula membedakan kata yang sama dari penulis atau kitab yang berbeda. Misalnya, apakah
arti kata tubuh dalam Yeh. 11: 19 dengan Rom. 1: 3 atau Ef. 2: 3.
Janganlah nas dilepaskan dari keadaan penulis atau lingkungan serta inti cerita secara
keseluruhan. Karena itu, apabila berkhotbah berdasarkan nas bukanlah berkhotbah dengan cara
2
Contoh pendahuluan dengan tema khotbah: Kebahagiaan. Kebahagiaan adalah dambaan setiap orang.
Karena itu, siapa pun pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan atau mencapai kebahagiaan dimaksud.
tetapi pertanyaan bagi kita: apakah kebahagiaan itu? Siapakah yang layak disebut bahagia? Kapankah seseorang
disebut berbahagia? dstnya
2
merangkai nas yang satu dengan yang lainnya atau mengutip ayat yang satu lompat ke ayat
lainnya tanpa memperhatikan latar belakang penulis.
2. Bentuk Perikop
Khotbah berdasarkan perikop adalah khotbah yang memakai atau mengangkat satu perikop
sebagai dasar khotbah. Kebaikan bentuk ini adalah pengkhotbah dengan bebas bergerak untuk
menyampaikan firman Tuhan tanpa dibatasi oleh nas tertentu (hanya 1 nas). Namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang pengkhotbah yang memilih bentuk perikop.
Perlu ada penguasaan akan isi Alkitab khususnya perikop yang akan dikhotbahkan.
Sebuah perikop yang terlalu panjang akan membosankan pendengar karena itu hindarilah hal ini.
Apabila kurang persiapan maka ada kecenderungan pengkhotbah hanya menceritakan kembali
perikop tersebut tanpa menjelaskan makna dari bacaan dimaksud.
3. Bentuk Tema
Bentuk tema adalah khotbah yang disusun atau disampaikan berdasarkan satu tema tertentu. kebaikan
bentuk ini adalah seorang pengkhotbah akan memfokuskan perhatian kepada masalah secara serius
sehingga pendengar dapat memahami dengan lebih baik apa yang disampaikan. Akan tetapi, seorang
pengkhotbah di dalam memilih tema perlu memperhatikan:
Tema harus merupakan rumusan kalimat yang padat, berisi dan menarik perhatian.
Jika merumuskan tema, pastikan bahwa kita sungguh-sungguh menguasai seluk-beluknya. Ibarat
seorang penjual jeruk, kita harus tahu asal-usulnya, terutama rasa jeruk tersebut sehingga
meyakinkan pembeli/pendengar.
Di dalam memilih tema perlu sesuaikan dengan situasi atau kondisi pendengar sehingga dapat
dipahami dengan baik.
E. Cara Menyampaikan Khotbah
Secara umum, ada tiga cara di dalam menyampaikan sebuah khotbah yakni:
Membaca naskah yang sudah tertulis secara lengkap. Metode ini mengharuskan seorang
pengkhotbah untuk mempersiapkan khotbahnya dengan baik. Namun metode ini bisa tidak efektif
apabila tidak adanya kontak antara pengkhotbah dengan pendengar.
Menggunakan garis besar, dengan maksud pengkhotbah tidak melupakan pokok pikiran/ khotbah
yang akan disampaikan tetapi juga agar jangan hilang kontak dengan pendengar. Akan tetapi
metode bisa menjadi tidak efektif apabila kurang persiapan karena akan kehilangan kata-kata, apa
lagi kalau pengkhotbah gugup dan takut.
Metode tanpa menggunakan catatan/improvisasi. Metode ini sangat baik karena langsung kontak
dengan pendengar dan tidak terganggu dengan teks khotbah. Namun kekurangannya apabila
kurang persiapan akan terjadi berbagai pengulangan kata-kata atau maksud sehingga
membosankan pendengar.
Metode mana pun yang dipakai sangat tergantung kepada persiapan pengkhotbah. Dalam
hubungan dengan penyampaian khotbah baik metode 1, 2 maupun 3, seorang pengkhotbah harus
memperhatikan hal-hal berikut:
Berbicaralah dengan menggunakan induk kalimat yang baik dan benar.
Milikilah skema yang jelas dalam pikiran (memiliki tujuan yang jelas) sehingga tidak melompat
kesana kemari ketika berkhotbah.
Suara harus disesuaikan dengan ruangan atau jumlah pendengar (usahakan supaya didengar oleh
seluruh pendengar tapi jangan berteriak).
Dalam menyampaikan khotbah, jangan putus kontak dengan pendengar (jangan hanya menunduk
atau mengangkat muka ke atas terus).
Tariklah perhatian pendengar dengan pengantar khotbah yang mengesankan terutama
penampilan pengkhotbah yang meyakinkan (tidak acak-acak dan semrawut dan hilangkan kesan
bahwa kita kurang siap).
Janganlah membuat pendengar bosan karena terlalu lama berkhotbah atau mengecewakan
pendengar karena terlalu singkat berkhotbah. Secara ideal, sesuai dengan susunan dan bentuk
khotbah, maka untuk kebaktian umum/minggu/hari raya berkisar antara 15-30 menit. Sedangkan
untuk ibadat rumah tangga atau syukur, antara 5- 15 menit.
Yang paling penting adalah, jadikanlah diri kita sebagai khotbah yang hidup dan yang paling tepat
untuk dibaca dan dipelajari oleh jemaat atau pendengar. Sebab sebagus dan semenarik apapun
khotbah yang kita sampaikan tetapi jika kita tidak hidup sesuai dengan apa yang kita sampaikan,
maka khotbah kita akan mubazir.
Mintalah selalu hikmat dan pengertian dari Tuhan sehingga kita mampu menyaksikan dan
menyampaikan firman Tuhan secara terang dan jelas apa kehendakNya bagi kita.
Demikianlah beberapa catatan untuk kita sebagai dasar percakapan pada saat ini. Syalom!