Anda di halaman 1dari 7

BAHAN PEMBINAAN PENATUA (WAKIL KETUA)

Pedoman Praktis
Mempersiapkan & Menyusun Khotbah

Ketika saya dimintai kesediaanya untuk menyampaikan materi tentang ”Care Membuat
Khotbah”, saya bertanya mengapa saya. Karena saya sadar betul bahwa saya bukan ali
berkhotbah. Namun bila saya meneirma permintaan itu dan ada disini saat ini, itu berarti saya
bersedia membagi pengalaman dan pengetahuan saya. Pengalaman dan pengetahuan saya
selaku pendeta (baca : pelayan Firman Allah) yang dari minggu ke minggu harus berkhotbah.
Yang perlu diingat bahwa berkhotbah adalah menyampaikan Firman Allah, memberitakan Injil.
Dan kalau saya harus berkhotbah, inilah yang saya lakukan.

Mempersiapkan Khotbah
Yang saya maksud dengan ’mempersiapkan khotbah’ meliputi pekerjaan sebagai berikut :
(1) Mempersiapkan bagian / perikop Alkitab
Bagian / perikop Alkitab adalah dasar dan pedoman arah bagi khotbah itu sendiri.
(2) Membaca bagian / perikop Alkitab
Membaca bagian / perikop Alkitab itu harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya sekali
saja.
(3) Memahami dan merenungkan bagian / perikop Alkitab
Untuk memahami ayat-ayat Alkitab tentu dibutuhkan ’alat bantu’, seperti peta, kamus,
berkordansi, tafsiran/komentar Alkitab, dll. Disini kita dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk membantu kita memahami bagian / perikop itu : apa / siapa, mengapa,
bagaimana, untuk / kepada siapa.
Tetapi perlu diingat bahwa tujuan kita bukan semata-mata memperoleh segala
pengetahuan mengenai perikop itu. Tujuan utama kita ialah merenungkan bagian /
perikop itu, untuk mendengarkan suara Tuhan (band. Yoh.10:3-5). Dalam hal ini kita dapat
dibantu dengan pertanyaan : apa yang hendak dikatakan Tuhan melalui bagian / perikop
ini. Disini yang dibutuhkan adalah keheningan, supaya kita mendengarkan Allah dan
bukan mendenarkan suara-suara lain termasuk suara hati kita sendiri...”diamkanlah
suara-suara yang lain, agar kami mendengarkan suara-Mu, ya Tuhan.
(Untuk tahap ini saya mengusulkan untuk menggunakan cara PPA. Catatlah gagasan-
gagasan yang muncul dalam renungan. Lalu rumuskanlah pesan khotbah yang sesuai
dengan situasi / kenyataan hidup sehari-hari pendengar. Situasi / kenyataan hidup apa
atau yang mana yang mau disapa).

MENYUSUN KHOTBAH
Kini kita membutuhkan waktu untuk menyusun semua yang kita peroleh dalam persiapan di
atas ke dalam suatu (tulisan) khorbah. Secara umum susunan khotbah terdiri dari bagian :
pembukaan, isi, dan penutup.
(1) Susunan Khotbah
1. Bagian pembukaan
Dalam bagian ini diungkapkan secara umum apa yang akan menjadi inti khotbah.
2. Bagian Isi
Inilah bagian yang menjadi inti khotbah. Bagian ini dapat juga dibagi menjadi :
a. Pengantar
b. Uraian
c. Inti
3. Bagian Penutup
Bagian penutup tidak berarti akhir dari khotbah. Penutup justru merupakan momen
untuk menantang atau meyakinkan atau mendorong pendengar untuk melaksanakan
Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Disini pengkhotbah berusaha menolong
pendengar melihat “kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Kor, 4:6).
(2) Pembukaan dan Penutup
Aristoteles mengatakan bahwa bila kita ”menguasai awal dari khotbah kita, kita sudah
menguasai lebih dari separuhnya.”
Pembukaan khotbah memainkan peranan penting. Ia menjadi jembatan antara
pengkhotbah dan pendengar. Disini saya mencatat tiga kemungkinan dalam menyusun
pembukaan khotbah, sebagaimana yang biasa saya lakukan.
1. Bertolak dari teks / nas Alkitab
2. Bertolak dari suatu masalah atau situasi kita
3. Bertolak dari ilustrasi
Sedangkan penutup khotbah berperan sebagai rangkuman singkat yang mengarahkan
pendengar menjadi pelaku Firman Allah. Rangkuman disini tidaklah berarti pengulangan
hampa, tetapi suatu pendalaman / pemadatan dari isi khotbah. Jangan menyampaikan
pikiran / pernyataan baru dalam penutup !
Dan jangan bertele-tele, seolah bingung mau mengakhiri khotbah!

Hal Praktis Yang Perlu Diperhatikan


1. Gunakan bahasa yang sederhana. Susun khotbah dengan kalimat-kalimat dan dengan
kata-kata yang mudah dicerna pendengar. Khotbah sebaiknya singkat.
2. Bangun kontak / relasi yang baik. Buatlah agar pendengar merasa disapa, dan bukan kita
bicara sendiri.
3. Tampillah dengan sikap tubuh yang wajar. Jangan berdiri seenaknya, atau nampak tidak
bersemangat, atau diam kaku dan beku (dingin). Bergeraklah dengan efisien.
4. Berkhotbah menuntut kerja keras, disiplin diri dan kepekaan. Karena itu berusahalah
untuk berlatih / memperaktekkannya sesering mungkin.
5. Baca dan ingatlah selalu perkataan dam Mazmur 19:15.

SATU
MEMBACA & MENAFSIRKAN ALKITAB
MEMBACA

Beberapa cara membaca dan merenungkan bagian-bagian Alkitab, bagi kebutuhan pribadi
maupun persekutuan.
1. Metode Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
Baca bagian Alkitab (yang dipilih/ditentukan perlahan-lahan)
Renungkanlah, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
- Apa ini bagian Alkitab ini ?
- Apa yang dikatakan bagian ini tentang Allah ?
- Apa yang dikatakan Allah kepada saya pribadi melalui bagian ini ?
2. Metode Komunitas Taise
Saat hening. Pilih waktu dan tempat tertentu. Baca bagian Alkitab (yang
dipilih/ditentukan), lalu berdiam diri, membiarkan Firman Allah menyentuh kedalam hati
kita.
3. Metode Kontemplasi
Meditasi (renungan) yang dipusatkan pada tokoh-tokoh, perkataan Yesus, peristiwa dalam
hidup Yesus, dll.
4. Metode Tiga Tahap : Teks – Amanat – Tanggapan (TAT)
Tahap pertama : pusatkan perhatian pada teks. Baca : bagian Alkitab itu dengan suara
keras. Hening : selama tiga menit, sambil meneliti bagian itu dan memilih kata, ungkapan
kalimat atau ayat yang paling menarik perhatian atau menyentuh.
Bagian : Kata, ungkapan, kalimat, ayat yang menyentuh tadi, tanpa komentar lebih lanjut.
Ulangi langkah-langkah ini dengan pusat perhatian pada Amanat Tuhan.
Lalu ulangi sekali lagi langkah-langkah yang sama, dan pada tahap ketiga ini pusatkan
perhatian pada Tanggapan terhadap Amanat Tuhan.

5. Metode Kupas-Kunya (kuku)


Kupas :
Baca bagian Alkitab (yang dipilih/ditentukan) dengan tentang dalam hati, kemudian
dengan suara lantang.
Amati seluruh cerita atau perikop dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan, misalnya, sbb :
- Siapa-siapa pelakau dalam cerita ?
- Apa yang dikatakand an dibuat para pelaku ?
- Bagaimana awal ceritanya ?
- Bagaimana tahap-tahap ceritanya ?
- Bagaimana cerita berakhir ?
Kunyah :
Pahami inti / pokok kisah atau perikop dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
- Apa yang hendak disampaikan penulis/pencerita, bagaimana dan mengapa ?
- Apa maksud Yesus atau Allah dengan firman-Nya ?
- Apa yang mau dikatakan Yesus atau Allah sekarang ini ?
Lalu berusaha menerapkan dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
- Apa firman Yesus atau Allah untuk saya/kita sekarang di sini ?
- Apa yang dapat saya/kita rencanakan dan buat sesuai dengan firman Yesus atau Allah
tersebut ?
- Bagaimana, kapan, di mana, dengan apa/siapa ?

MENAFSIR ALKITAB

1. Menentukan Teks (bagian Alkitab)


Menentukan teks atau bagian Alkitab (perikop) mana yang akan diselidiki dan ditafsirkan
tergantung pada kebutuhan yang dirasakand an dipikirkan. Tetapi menentukan teks juga
berarti menentukan teks juga berarti menentukan teks itu di antara teks-teks lain atau
teks-teks sekitar (konteks).
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah : Apakah teks itu berdiri sendiri dan
tidak ada hubungan dengan teks-teks sekitar ? Dapatkah teks itu ditafsirkan sendiri
meskipun mempunyai hubungan dengan teks-teks sekitar ? Mungkinkah ada teks lain
yang sama dengan itu tapi dalam kitab yang lain ? Kalau ada hubungannya dengan teks
yang lain, dalam hal apa hubungan itu harus diperhatikan ?
Tujuan penentuan teks adalah agar kita mengetahui ”kerangka umum” dari teks yang
hendak kita selidiki dan tafsirkan. Kita akan ditolong mengetahui tekanan atau pokok
pikiran teks pilihan kita itu sebagai bagian dari pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam teks-teks sekitarnya. Atau, kita akan dibantu terhindar dari kemungkinan
mengaitkan teks pilihan kita itu dengan teks sebelum dan sesudahnya, padahal teks
pilihan kita itu berdiri sendiri, tidak mempunyai hubungan (langsung) dengan teks sebelum
dan sesudahnya.
Laithan : Kejadian 11:27-12:9; Lukas 10:38-42
2. Menentukan Para Pemeran & Peranan Masing-masing
Menentukan para pemeran dan peranannya masing-masing adalah cara kita untuk
mengenal tokoh (entah Allah ataupun manusia) yang diberitakan dalam teks (perikop)
tersebut secara utuh. Maksud dari langkah ini adalah agar kita memahami secara utuh
teks yang kita pilih itu, dan juga dalam rangka ”membiarkan teks itu berbicara kepada
setiap pembaca.
Dalam teks atau perikop yang berbentuk cerita perlu juga diamat-amati pencerita bercerita
(misalnya kitab-kitab Kejadian, Keluaran, dsb). Dalam kasus-kasus ini pelaku-pelaku
disebut dalam bentuk orang ketiga (tunggal ataupun jamak). Siapa orang pertama ?
Dialah si si pencerita atau narator. Meskipun kita tidak dapat mengetahui persis siapa si
pencerita, tetapi ciri-ciri pencerita bisa kita ketahui dari gaya bercerita, penggunaan istilah-
istilah tehnis, dsb, misalnya ; perbedaan antara pencerita Kej 1:1-2:4a dengan 2:4b-25.
Dalam kasus lain, ada kitab-kitab dalam Alkitab di mana pencerita atau penulisnya adalah
orang yang terlibat langsung dalam peristiwa yang diceritakan – biasanya menggunakan
kata ganti orang pertama (tunggal ataupun jamak). Sebagai contoh, perbedaan antara
kitab Injil Lukas disebut dalam kata ganti orang ketiga (tunggal ataupun jamak); dan dalam
kitab Kisah sampai dengan pasal 19, semua pelaku masih disebut dalam kata-kata ganti
orang ketiga. Artinya, penulis tidak terlibat langsung dalam peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Tetapi dalam kitan Kisah pasal 20, tiba-tiba muncul kata ganti orang pertama
jamak (kami; lihat ayat.5). Apa artinya ? Artinya bahwa sejak itu penulis atau si pencerita
terlibat dalam persistiwa tersebut.
Langkah ini juga menolong kita untuk melihat apa akibat dari peranan-peranan tersebut
bagi pemeran yang lain. Kita dibantu mengetahui hubungan atau relasi di antara mereka,
atau mengetahui hubungan yang saling pengaruh-mempengaruhi antara tokoh-tokoh
yang disebut dalam perikop.
Latihan : Kejadian 11:27-12:0.
3. Mendaftarkan dan Memecahkan Kesulitan atau Hambatan
Ada beberapa jalan utnuk memecahkan masalah dalam memahami kata atau istilah atau
ungkapan dalam teks (perikop) ::
(1) Perhatikan konteks kalimat, alinea, perikop bahkan pasal di mana kata itu ada. Setiap
kata mempunyai dua arti, yaitu arti yang sebenarnya (denotatif) dan arti yang dperluas
(konotatif).
(2) Cari kata yang sama dalam pasal yang sama atau kitab yang sama. Perhatikan pula
dalam konteks mana kata itu digunakan.
(3) Buatlah perbandingan terjemahan, misalnya antara TB-LAI, BIS-LAI, dlsb.
Nama orang dan tempat di dalam Alkitab juga seringkali mempunyai makna. Karena itu
perlu diberi perhatian dan dicatat sebagai masalah. Bagaimana asal-usul nama temapt
tersebut ? Berapa jarak dan letak dari tempat yang disebutkan ? Apa peranan tempat itu
dalam kehidupan masyarakat ditinjau dari semua segi : ekonomi, politik, agama,
kebudayaan, dsb.
Masalah lain adalah menyangkut bentuk sastra. Terkadang kita temukan bahwa satu
kitab, pasal, ataupun satu perikop terdiri dari dua atau lebih bentuk sastra : ada yang
berbentuk ceirta, ada yang berbentuk puisi, atau prosa. Mengapa berbeda ? Apakah
perbedaan itu karena berasal dari sumber dan waktu yang berbeda ? Kalau sumbernya
sama, mungkinkah si penulis hanya mengutip dari sumber lain ?
4. Pembagian Pokok-pokok Pikiran
Disini teks kita bagi-bagi kedalam beberapa judul. Cara yang paling mudah adalah
dengan mengikuti alinea. Jika teks terdiri dari beberapa alinea, tiap alinea kita beri judul
yang mencerminkan isi dari alinea tersebut. Namun perlu diingat bahwa tidak mutlah satu
alinea berisikan satu pokok pikiran.
Untuk menemukan pokok pikiran sangat ditentukan oleh ketekunan kita untuk membaca
berulang-ulang bagian Alkitab tersebut.
5. Mencari yang Tersirat dari yang Tersurat
Ini merupakan langkah inti dari pekerjaan menyelidiki dan menafsirkan bagian Alkitab
tersebut. Di sini kita hendak mencari makna dari tiap kata, kalimat dan alinea yang kita
hadapi. Makna yang hendak kita cara adalah makna yang dimaksudkan oleh si penulis
atau pencerita.
Pada langkah ini, hasil kerja langkah-langkah sebelumnya (butir 3 dan 4) perlu
dimasukkan dan dipadukan.
Latihan : Kejadian 11:27-12:9.
6. Melacak Latar Belakang Teks
Disini kita berusaha untuk mengetahui mengetahui mengapa teks tersebut ditulis, siapa
penulis, untuk siapa ditulis, kapan dan di mana ? Meski tidak ada kita tidak dapat
menjawab semeua pertanyaan tersebut, tetapi setidaknya yang perlu kita ketahui adalah
situasi dan sejarah yang melatarbelakangi teks tersebut.

Pengenalan situasi yang melatarbelakangi teks bisa diperoleh dengan memperhatikan


tekanan pikiran yang dikehendaki oleh teks itu. Misalnya. Bila teks menekankan pada
persatuan, maka sudah barang tentu ada siatuasi tertentu yang berhubungan dengan hal
kesatuan atua sesuatu yang mengganggu kesatuan itu.
7. Merumuskan Pesan (Teologia) Teks
Langkah ini menolong kita untuk memperkaya pemahaman kita tentang kehendak,
rencana dan karya Allah, dan untuk memberlakukan cara Allah berkarya, berkehendak
dan berencana.
8. Makna Teks Bagi Siatuasi Kini dan Di Sini
Langkah ini merupakan jembatan antara “apa makna tkes menurut penulis/pencerita atau
sumber tulisan “dengan” kebutuhan kita sekarang ini.” Langkah ini menentukan dalam kita
mempersiapkan dan menyusun khotbah / renungan, bahan ceramah/diskusi Alkitabiah,
perumusan pokok yang menyangkut ajaran gereja (dogma), pemahaman mengenai
panggilan gereja, dsb.

DUA
MEMPERSIAPKAN & MENYUSUN
KHOTBAH

# Mempersiapkan khotbah dengan baik adalah suatu penderitaan besar !


# Mempersiapkan khotbah dengan baik adalah suatu keharusan bagi pelayan Tuhan, karena
seorang pelayan harus menyampaikan kepada jemaat Tuhan pikiran (kehendak) dan hikmat
Tuhan dan bukan pikirannya sendiri (Band. Gal 1:6-10).
#Mempersiapkan khotbah dengan baik adalah suatu proses kreatif, banyak belajar dan
membentuk hidup rohani si pelayan Tuhan (pengkhotbah).
Jadi, berkhotbah adalah soal studi (belajar0, latihan, usaha terus-menerus, dan sekaligus soal
spiritualitas.

LANGKAH-LANGKAH KERJA

1. Membaca teks atau bagian Alkitab (yang dipilih/ditentukan) dengan baik.


2. Menemukan apa yang mau disampaikan (pesan) teks atau bagian Alkitab tersebut.
3. Menentukan tema yang akan disampaikan sesuatu dengan kebutuhan situasi kini dan
disini.

MERENCANAKAN KHOTBAH

Mempersiapkan khotbah tidak hanya berarti mempersiapkan isi, tetapi juga bagaimana isi dan
pesan itu harus diberitakan/disampaikan. Ini berarti kita harus tahu urutan pembicaraannya,
dan karena itu urutan ini harus direncanakan.
Urutan pembicaraan menghasilkan makna. Atau, dengan kata lain, maka bergantung pada
urutan pembicaraan. Pembicaraan yang teratur berarti pembicaraan yang mempunyai tujuan
atau maksud. Pertanyaan-pertanyaan berikut haruslah dijawab dengan jelas :
 Kesadaran apa yang mau dibangkitkan pada jemaat dengan khotbah.
 Apa yang mau saya perlihatkan dengan membicarakan pesan ini ?
 Apa yang dinantikan oleh jemaat ? Mereka harus berbuat apa ?
Catatan :
Perhatikan, jemaat juga punya kesadaran sendiri tentang tema itu ! Mereka punya cara sendiri
untuk mengerti dunianya. Jemaat harus dibantu untuk melihat dan mengerti kesadarannya
sendiri.
Khotbah harus direncanakan dengan baik, dan perencanan ini menyangkut tiga tahap :
(1) menentukan struktur (susunan) dasar,
(2) mengembangkan struktur dasar,
(3) menulis khotbah.

Struktur Khotbah
1. Bagaimana Pengantar (kepala)
Pada bagian ini dikemukakan secara umum apa yang akan menjadi isi khotbah.
2. Bagian badan
Ini merupakan pokok khotbah. Untuk memudahkan, bagian ini dapat dibagi :
- bagian pembuka, yang mengungkapkan secara singkat pesan/inti khotbah.
- Uraian, yang menguraikan apa yang menjadi pokok dengan contoh kehidupan sehari-
hari (ilustrasi)
- Inti, yaitu bagian di mana penjengar / jemaat dapat menangkap dan tersentuh oleh
khotbah ini.
3. Ringkasan
Biasanya digunakan untuk menutup , sekaligus mengingatkan apa yang menjadi inti
khotbah tadi.

Pembukaan dan Penutupan Khorbah


1. Pembukaan Khotbah
Pembukaan khotbah mempunyai fungsi penting, karena akan membuka pandangan bagi
pendengar/jeaat dalam proses komunikasi. Ada dua aspek yang memiliki garis kuat dalam
khotbah, yakni aspek relasi dan aspek isi. Melalui kedua aspek ini, kiranya pengkhotbah
berusaha menarik perhatian pendengar / jemaat untuk mendengarkan khotbahnya.
Bila kita ”menguasai awal dari khotbah kita, kita sudah menguasai lebih dari separuhnya’
(Aristoteles).
a. Aspek isi
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan dalam khotbah, fungsinya adalah sebagai
jembatan yang menghubungkan dunia pemikiran pendengar/jemaat dan pengkhotbah.
Hal ini menuntut bahwa kalimat pembukaan hendaknya sederhana, mudah dipahami
artinya. Pengkhorbah harus sadar bahwa pendengar/jeaat satu sama lain berbeda
latar belakang dan status hidupnya.
Untuk itu ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan : (1) pengkhotbah ’menjemput’
pendengar/jemaat dan membimbingnya, atau (2) pengkhotbah tidak mengubrisnya.
Jalan semau hatinya. Ada beberapa kemungkinan dalam membuat suatu pembukaan
khotbah :
- berpangkal dari teks
- bertolak dari suatu masalah
- bertolak dari situasi sekitar kita
- bertolak dari titik yang bertentangan
- bertolak dari satu pengertian umum
- bertolak dari pengertian khusus
- bertolak dari ilustrasi.
b. Aspek relasi
Setiap khotbah memiliki karakter yang sangat kuat. Ini bisa kita alami, yakni bahwa
menjelang khotbah hati kita sering gelisah, tegang, dsb. Perasaan ini normal. Maka
yang penting bukan usaha bagaimana menghilangkan rasa tegang, melainkan
bagaimana dalam situasi demikian kita tetap produktif. Sebagai pengkhorbah, kita
harus mencari jalan keluar yang efektif.
(1) Beberapa cara untuk menciptakan relasi dengan pendengar / jemaat :
- sebaiknya pengkhotbah sudah hadir sebelum acara /ibadah dimulai;
- awal yang berat dan tegang, sehingga pendengar sudah letih sebelum
mendengarkan khotbah;
- awal yang membosankan;

2. Penutupan Khotbah
Penutup bukan berarti akhir dari khotbah. Justru penutup menjadi saat bagaimana
pengkhorbah meyakinkan pendengar /jemaat untuk mengungkapkan dan mengamalkan
Firmal Allah yang tadi didengarnya. Pengkhotbah harus membantu pendengar/jemaat
’melihat kemuliaan Allah dalamd iri Yesus Kristus’ (2Kor 4:6).
Penutup juga memiliki dua aspek penting, yakni aspek isi dan relasi.
a. Aspek isi
Fungsi penutup adalah rangkuman singkat yang mengarah ke dalam praktik hidup
pendengar/jemaat. Rangkuman ini bukan hanya pengukangan kosong, tetapi suatu
pendalam/pemadatan dari apa yang tadi dikhot bahkan. Maka isi pikiran pembuka
dapat diulang, dikatakan dengan lebih menarik. Hindarkan dalam penutup khotbah,
menawarkan pikiran baru kepada pendengar / jemaat.
b. Aspek relasi
Relasi ini akan membekas (positif) apabila pengkhotbah membesarkan hati,
memberikan/menunjukan harapan, memberikan dorongan kepada pendengar/jemaat
untuk berebuat baik dan/atau berubah.
Hindarkan bentuk-bentuk seperti berikut :
- pengkhotbah menghilang tiba-tiba, yaitu mengemukakan pikiran/pertanyaan baru,
lalu langsung berhenti, sehingga pendengar merasa kaget dan bingung;
- penutup yang bertele-tele, di mana ada kesan pengkhotbah tidak tahu bagaimana
menutup khotbahnya, sehingga seluruh proses yang telah dibanguna kan hancur.
Pembukaan dan penutup khotbah adalah bagian yang sulit bagi pengkhotbah. Karena
itu persiapan yang tepat dan benar akan menghasilkan khorbah yang baik.

MENULIS KHOTBAH

Bagi para pemula, khotbah seharusnya ditulis secara lengkap. Kenalilah dirimu sendiri dan
belajarlah rendah hati. Berbicaralah kepada Tuhan dan identifikasilah dirimu dengan anggota
jemaat yang paling sederhana dan yang paling banyak mendapat tantangan untuk menghayati
pesan khotbah itu. Gunakan kata-kata yang jelas. Bahasa khotbah adalah bahasa untuk
didengar dan harus membuat orang merasa terlibat. Bahasa khorbah harus dapat
menggerakan dan membuka wawasan baru bagi manusia (pendengar/jemaat).
Bila kita sudah mulai biasa berkhotbah, hendaknya khotbah ditulis dalam garis besarnya atau
kerangka isinya saja. Biarkanlah ruang kosong untuk karya Roh yang akan memberikan daging
dan darah kepada khotbah kita pada saatnya. Endapkan apa yang telah ditulis dalam suatu
pandangan yang menyeluruh dan penuh iman. Mintalah selalu bantuan Roh Kudus.
Seluruh khotbah terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu pembukaan, tubuh, dan penutup. Ketiga
bagian ini merupakan satu kesatuan. Bagian pertama yang harus ditulis adalah tubuh khotbah,
baru kemudian penutup. Pembukaan khotbah harus ditulis paling akhir !

Anda mungkin juga menyukai