Anda di halaman 1dari 24

RHINOSINUSITIS

Oleh:
Rangga Tagari
Pembimbing:
dr. Norman Imansyah Rizal, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN

• Di Indonesia urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat


utama
DEFINISI

• Rhinosinusitis: inflamasi mukosa sinus paranasal.


• Disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rhinosinusitis
ANATOMI
LANJUTAN
FISIOLOGI

• Sebagai pengatur kondisi udara (air coditioning)


• Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
• Membantu keseimbangan kepala
• Membantu resonansi suara
• Sebagai peredam perubahan tekanan udara
• Membantu produksi mukus
KOMPLIKASI: RHINOSINUSITIS
AKUT

• < 12 minggu, < 4 kali/tahun


• Reversibilitas mukosa: normal kembali

Gejala:
• Mayor: sekret purulent, post-nasal drip purulent, dan batuk
• Minor: sakit kepala, nyeri wajah, edema peri orbita, nyeri telinga, halitosis,
nyeri gigi, nyeri tenggorok, peningkatan wheezing dan demam.
• Diagnosis: 2 gejala mayor atau 1 gejala minor dan ≥ 2 gejala minor.
KLASIFIKASI: RHINOSINUSITIS
KRONIS

• > 12 minggu, 4 kali/tahun


• Reversibilitas mukosa: abnormal

Gejala:
• Mayor: nyeri wajah/rasa tertekan, obstruksi nasal/kongesti nasal, sekret
purulent, hiposmia/anosmia, dan batuk bukan karena asma.
• Minor: nyeri kepala, demam, halitosis, nyeri gigi, batuk, gejala otologik.
• Diagnosis: > 2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala minor (nyeri wajah
saja tanpa gejala mayor lain tidak dianggap gejala mayor). Jika hanya ditemukan
1 gejala mayor atau ≥ 2 gejala minor maka dianggap sugestif.
PATOGENESIS

• Infeksi pada KOM  Mukosa edema  Silia tak dapat


bergerak 
• Ostium tersumbat  Tekanan negatif  Transudasi
(penghambatan drainase sinus) 
• Tidak sembuh  sekret berubah purulent  Hipoksia 
Bakteri Anaerob Berkembang  Hipertrofi Mukosa,
polypoid.
MANIFESTASI KLINIS

• Sakit kepala kronik


• Post-nasal drip
• Batuk kronik
• Ganguan tenggorok
• Ganguan telinga akibat sumbatan di muara tuba Eustachius
• Ganguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis),
brokietakasis, serangan asma yang meningkat dan sulit
diobati.
DIAGNOSIS: ANAMNESIS

• Gejala lokal
• Gejala sistemik
• Tanda-tanda alergi
• Durasi penyakit <12 minggu (akut), <10 hari (common cold), memburuk setelah 5
hari atau persisten > 10 hari (rhinosinusitis non viral), > 12 minggu (kronis)
• Nilai Visual Analogue Scale /VAS (berkisar dari 0-10) nilai VAS 0-3 menandakan
keluhan ringan,VAS 4-7 menunjukkan keluhan sedang, dan VAS 8-10 menunjukkan
keluhan berat.
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi dan palpasi luar hidung dan sinus: bengkak (dahi,


kelopak mata atas dan bawah), nyeri sinus.
• Sinus maksila: nyeri pipi
• Sinus etmoid: nyeri diantara atau di belakang bola mata
• Sinus frontal: nyeri di dahi atau seluruh kepala.
• Sinus sfenoid: nyeri di vertex, oksipital, belakang kepala,
dan mastoid.
CON’T

• Rinoskipo anterior: konka edema, mukosa hiperemis, dan


terdapat pus purulent.
• Pus pada meatus medius: mengenai sinus maksila,
etmoid anterior, dan frontal.
• Pus pada meatus superior: mengenai etmoid posterior
dan sfenoid.
• Rinoskopi posterior: post nasal drip, infeksi gigi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Transuluminasi
Laboratorium:
• CRP (C-Reactive Protein: meningkat pada infeksi bakteri), LED
tanda inflamasi
Pencitraan radiologis:
• Foto polos posisi Waters: menilai air fluid level pada
rhinosinusitis akut.
CT-scan:
• sering digunakan pada rhinosinusitis kronis, terutama untuk
menilai adanya kelaianan anatomi polip.
DIAGNOSIS BANDING

• Tension headache, migrain, cluster headache atau arteritis


temporal.
• Pada keluhan sakit mata: glaukoma, kesalahan refraksi dan
strabismus.
• Neuralgia tengkorak, nyeri leher kronis, penyakit gigi dan
gangguan temporomandibular juga harus dipertimbangkan.
PENATALAKSANAAN

Rhinosinusitis Akut
• Golongan penisilin atau cotrimoxazol
• Dekongestan oral + topikal,
• Analgetik
Pasien Atopi, beri antihistamin / kortikosteroid
•  membaik  teruskan antibiotik 10-14 hari
•  tidak membaik  antibiotik lini II (7 hari) amoksicilin
klavulanat/ampisilin sulbactam, cephalosporin gen II
•  tidak membaik  roentgen atau CT Scan atau naso
endoskopi
CON’T

Rhinosinusitis Kronis
• Faktor predisposisi ditemukan  Antibiotik 10-14 hari
• Tidak ditemukan  terapi sesuai pada episode akut lini II +
terapi tambahan.
•  perbaikan  teruskan antibiotik 10 – 14 hari
•  tidak membaik  evaluasi dengan naspo endoskopi,
sinuskopi (5 kali irigasi tak membaik)
CON’T

• Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.


• Pada rhinosinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus,
sedang rhinosinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid
dilakukan tindakan pencucian Proetz.
• Obstruksi KOM  Tindakan bedah
CON’T

Pembedahan
Radikal
• Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
• Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
• Sinus frontal dan sphenoid dengan operasi Killian.
Non Radikal
• Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya
dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks
ostiomeatal.
KOMPLIKASI

• Komplikasi orbita
• Rhinosinusitis ethmoidalis
• Mukokel
• Komplikasi Intra Kranial: meningitis, abses dura, abses
subdura
• Osteomielitis dan abses subperiosteal
PROGNOSIS

• Pengobatan rhinitis alergi  mengurangi resiko sumbatan


ostium  bonam
KDU

• 3A. Bukan Gawat darurat.


• Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan awal, dan merujuk
• Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan
gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
KESIMPULAN

• Rhinosinusitis merupakan inflamasi mukosa pada hidung dan


sinus paranasalis.
• Gejala klinis pada rhinosinusitis adalah nyeri kepala,
sumbatan hidung, drainase post-nasal, halitosis.
• Untuk terapi diberikan medikamentosa berupa antibiotik
empiric.
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai