Anda di halaman 1dari 34

Curriculum Vitae

Name: dr. Gitalisa Andayani Adriono, SpM(KVR)


Birth: Jakarta, 10 Januari 1968
1992: Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2003: Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2004-2006: Fellowship Vitreoretina, Departemen IK Mata, FKUI-RSCM Kirana
2009: Fellowship Vitreoretina, National Healthcare Group Eye Institute-Tan
Tock Seng Hospital, Singapura
2008: Konsultan Vitreo-retina
RIWAYAT ORGANISASI :
◦ 2006-2010: Humas - Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami)
◦ 2010-2014: Sekretaris II Perdami
◦ 2014-sekarang: Humas Perdami
OCCULAR TRAUMA
GITALISA ANJAYANI ADRIONO
STAF AHLI DIVISI VITREO-RETINA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RSCM/FKUI
Trauma Okular
• Penyebab utama kebutaan satu mata di USA: 2.4 juta trauma
okular dalam 1 tahun1
• Anak dan dewasa muda (<40 tahun) risiko tinggi  dampak
kerugian sosio-ekonomik
• 2004: 37.000 kasus terjadi di tempat kerja; umumnya usia 
45 tahun (74%), terbanyak usia  30 tahun (57%)2
• Laki-laki : perempuan = 9:11
• Closed-globe injuries > open-globe injuries (Cardillo et al,
1997: 79% vs 21%), namun open globe injuries merupakan
penyebab kebutaan

1 Mieler WF, Rubin MP. Surgical management of open-globe injuries. In:Bhavsar AR, ed. Surgical techniques in ophthalmology - retina and vitreous surgery. Elsevier,;
2008:93-114
2 Handbook-part of the Healthy Vision 2010 Toolkit from the National Eye Institute (NEI), National Institutes of Health (NIH), U.S. Department of Health and Human Services
Trauma Okular di Indonesia
2000
2017

1750

1500

1250

1000
789
750

500 304

250

0
Nuraini, RSCM, 2005 Sumeidi, Palembang Modjasartika, Bandung,
93/94(estimasi) 91/92

Jumlah Kasus Trauma Mata/tahun


Trauma Okular di RSCM, Jakarta
250
221

200

152
141
150

100

50

0
Rasoebala, 2001 Data IGD, 2004 Nuraini, 2005

Jumlah Kasus Trauma Tembus Mata/tahun


Sebaran Berdasarkan Jenis Trauma
(Nuraini, RSCM, 2005)

Closed-globe
43.9% injuries
56.1% Open-globe
injuries

N = 321
Sebaran Berdasarkan Pembedahan Awal
(Nuraini, RSCM, 2005)

Repair ruptur
kornea /
32.2 % 64.9% korneosklera /
sklera
Eviserasi /
enukleasi

2.9% Repair adneksa

N = 117
Sebaran Berdasarkan Pembedahan
Lanjutan
(Nuraini, RSCM, 2005)
5%
5%
5% Ekstraksi katarak

5% 50% Vitrektomi

Metal locator

Trabekulektomi

30% Repair palpebra

Repair kornea,
reposisi iris

N = 20
Klasifikasi Trauma Okular Birmingham Eye Trauma
Terminology System
(ISOT online)
Klasifikasi Trauma Okular (Kuhn et al, 1996, Pieramici et al, 1997)
Term Definition
Eyewall Sclera and cornea
Closed Globe The eyewall (cornea and sclera) does not have a full-thickness wound
Contusion Closed-globe injury resulting from a blunt object: injury can occur at
the site of impact or at a distant site secondary to changes in globe
configuration or momentary IOP elevation
Rupture Full-thickness wound caused by blunt object
Open Globe The eyewall (corneosclera) has a full-thickness wound
Laceration Full-thickness ncorneal and/or sclera wound caused by a sharp object
Lamellar laceration Closed-globe injury of the eyewall or bulbar conjunctiva usually
caused by a sharp object; the wound occurs at the impact site
Penetrating injury Single full-thickness wound of the eyewall (corneosclera), usually
caused by a sharp object
Perforating injury Two full-thickness wounds of the eyewall (entrance and exit) of the
eyewall (corneosclera) usually caused my a missile
Intraocular foreign body The retained foreign object causes a single entrance wound
Superficial foreign body Closed globe injury resulting from a projectile; the foreign body
becomes lodged into the conjunctiva and/or eyewall (corneosclera)
but does not result in a full-thickness eyewall defect
Klasifikasi Trauma Okular
Closed-globe Injuries
Dapat menimbulkan:
- Edema makula /
komosio retina
umumnya
- Ruptur koroid
konservatif
- Hifema, glaukoma
- Perdarahan vitreus
- Dislokasi/subluksasi lensa
- Perdarahan koroid
- Retinal detachment umumnya perlu bedah
- Macular hole segmen posterior
Dampak Closed-globe Injuries
 Timbulnya retinal tears (kontroversi: sudah ada lesi
degeneratif sebelumnya, trauma sebagai pemicu)
 Dialisis retina
 Robekan siliaris onset lambat
 Ragged retinal tears
 Proliferative Vitreoretinopathy (PVR)
 Macular holes
Mekanisme Dialisis Retina pada
Closed-globe Injuries
Prinsip tatalaksana closed-globe injuries
Open-globe Injuries
• Memerlukan surgical repair
• Kerusakan okular dapat dapat melebihi penilaian awal
• Gangguan penglihatan umumnya disebabkan:
- Kekeruhan kornea (scar/dekompensasi)
- Hifema, glaukoma
- Katarak/subluksasi lensa walaupun
- Perdarahan vitreus dilakukan
- Retinal tear, dialysis dan detachment pembedahan,
- Proliferative vitreoretinopathy (PVR) tajam penglihatan
dapat buruk”
- Perdarahan koroid
- Kontusio makula dan saraf optik
- Disfungsi badan siliar dengan ptisis bulbi
- Oftalmia simpatetik
Open-globe Injuries
• Ruptur (akibat trauma tumpul):
• Sering di sklera dekat limbus atau posterior insersi m. rektus
• Luka bedah lama berisiko tinggi mengalami ruptur

• Laserasi (akibat trauma tembus, +/- IOFB):


• Kerusakan jaringan ditentukan oleh site of entry, kedalaman
penetrasi, dan ukuran obyek

Ruptur dan laserasi dapat disertai inkarserasi vitreus, koroid dan


retina; serta respon fibrosis menimbulkan risiko retinal detachment,
PVR dan ptisis bulbi
Open-globe injuries, RSCM

Corneoscleral laceration
(grade B zone III)

Corneoscleral laceration
(grade B zone II)

Corneal laceration, traumatic cataract,


IOFB (grade C zone I)
Open-globe Injuries
Evaluasi pre-operatif:
•Anamnesis detil dan lengkap (untuk patient care dan aspek medikolegal)
•Cek fungsi visual:
• Visus ≥ 5/200 (~1/60) memiliki kemungkinan menyelamatkan visus 28
kali lebih besar
• Visus NLP merefleksikan prognosis buruk
•Pasien anak: pemeriksaan dalam anestesi umum
•Imaging: pemeriksaan radiologik diperlukan pada semua kasus open-globe
injuries → x-ray, ultrasound, CT scan

Handbook-part of the Healthy Vision 2010 Toolkit from the National Eye Institute (NEI), National Institutes of Health (NIH), U.S.
Department of Health and Human Services
Open-globe
injuries:
imaging

IOFB: gambaran radio opak pada


orbita kiri

Pasca repair ruptur sklera: perdarahan


vitreus, subhialoid, PVD
Prinsip Tatalaksana Open-globe injuries
• Tidak menambah ekstrusi isi bola mata
• Bola mata diberi eye shield
• Antibiotik profilaksis (terutama bila repair dilakukan
dalam >24 jam)
• Ultrasonografi dapat berguna; gunakan gel yang
banyak, guna menghindari kontak dengan bola mata
• Primary closure dalam 24-36 jam pertama (NB: tidak
ada infeksi/endoftalmitis!)
Prinsip Tatalaksana Open-globe Injuries
 Repair ruptur/laserasi kornea, korneo-sklera dan
sklera bertujuan mengembalikan integritas bola
mata dan TIO
 Laserasi sklera sering memerlukan eksplorasi
 Prolaps uvea: reposisi kecuali bila nekrotik
 Prolaps vitreus: “cut flush” dengan gunting
 Ablatio retina: reposisi (lalu reattachment)
Kondisi yang menyertai open-globe injuries
 Katarak traumatik/subluksasi/dislokasi lensa:
• Ekstraksi bila mengganggu visualisasi
• Approach secara limbal/clear cornea maupun
lensektomi pars plan
• PC-IOL seringkali sulit diimplantasi karena
kelemahan zonula
 Perdarahan vitreus: tanpa RD/IOFB dapat ditunggu 1-
2 bulan hingga clear-up
Trauma Kimia
 Kasus kedaruratan mata, umumnya karena
masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan
adneksa di sekitarnya

 Keadaan ini memerlukan penanganan cepat dan


segera, potensi kerusakan berat jaringan mata dan
kebutaan permanen

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Trauma Kimia
Zat kimia penyebab : asam atau basa
Basa : - pestisides
- household products (cleaners, etc)
- cements, plasters
 Asam: - batteries
Thermal: - flame
- hot water
- metal liquid, etc
Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma
asam dan umumnya menyebabkan kerusakan lebih berat
Kerusakan juga ditentukan oleh besarnya area yang terkena
serta lamanya pajanan
• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Gejala Klinis
 Mata merah, bengkak dan iritasi
 Rasa sakit pada mata
 Penglihatan buram
 Sulit membuka mata
 Rasa mengganjal pada mata

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Faktor Risiko
Penyebab pajanan terhadap zat kimia antara lain;
 Detergen
 Disinfektan
 Pelarut kimia
 Cairan pembersih rumah tangga
 Pupuk
 Pestisida
 Cairan aki

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Langkah Diagnostik
• Anamnesis
• Zat kimia penyebab trauma
• Lama kontak
• Tempat kejadian
• Kronologis kejadian  kecelakaan kerja? tindak kriminal?
• Penanganan yang sudah dilakukan sebelumnya
• Pemeriksaan
• Menggunakan sentolop dan loupe  menilai kelainan pada mata
• Bila tersedia, lakukan tes dengan kertas lakmus untuk mengetahui zat
kimia penyebab
• Bila kertas lakmus terwarnai merah  penyebab bersifat asam
• Bila kertas lakmus terwarnai biru  penyebab bersifat basa

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Tanda Klinis
 Biasanya visus menurun
 Ditemukan hiperemia konjungtiva
 Defek epitel kornea dan konjungtiva
 Iskemia limbus kornea
 Kekeruhan kornea dan lensa

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Komplikasi
 Simblefaron
 Hipotoni bola mata
 Ptosis bulbi
 Entropion
 Katarak
 Neovaskularisasi kornea

Simblefaron

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Tatalaksana Trauma Kimia
• Segera irigasi mata yang terkena zat kimia dengan cairan
mengalir sebanyak mungkin
• Nilai dengan kertas lakmus
• Irigasi terus dilakukan hingga tidak terjadi pewarnaan pada
kertas lakmus
• Coba eversi kelopak atas mata selama irigasi dan singkirkan
debris pada permukaan bola mata atau pada forniks
• Nilai tajam penglihatan pasca irigasi, kemudian rujuk segera
ke dokter spesialis mata di fasilitas sekunder atau tersier

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008
Edukasi
•Menggunakan pelindung (kacamata/goggle, sarung tangan,
dan masker misalnya) pada saat kontak dengan bahan kimia

•Kriteria Rujukan: Setelah penanganan awal dengan irigasi,


rujuk pasien ke dokter spesialis mata untuk tatalaksana
lanjut

•Prognosis

• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
• Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
• Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2008

Anda mungkin juga menyukai