JURNAL Trauma
Kornea dan
Sclera"
DISUSUN OLEH :
EVIRA SYAHFITRI
1102008096
PEMBIMBING :
Dr. Rita Sp.M
dari semua
cedera mata serius yang
dilaporkan melibatkan kornea dan sclera
Pria lima kali lebih banyak terkena daripada
wanita (76% banding 24%)
sering terjadi pada kelompok usia muda 54%
pasien dengan usia di bawah 40 tahun, dan
kurang dari 10% dengan usia di atas 60 tahun
kurang dari setengah dari cedera kornea-sklera
terjadi di rumah.
Secara
4 langkah penatalaksanaan
trauma pada mata adalah:
1. Evaluasi lengkap dari mata dan adneksa
2. Pengujian tambahan yang diperlukan
3. Identifikasi faktor-faktor untuk menemukan
penatalaksanaannya
4. Rencana pengembangan dan pelaksanaan
terapi
Umum
kelalaian
gagal untuk mengeklsplorasi
sejauh mana sebenarnya cederanya
mengabaikan pertimbangan semua
aspek kondisi medis pasien ketika
merancang
dan
menerapkan
rencana pengobatan.
EVALUASI
Riwayat Penyakit Pasien
aspek
Pemeriksaan
Harus dilakukan secara terperinci dan
menyeluruh
Pemeriksaan
segmen
anterior
membutuhkan alat pencahayaan dan
pembesaran yang baik (slit lamp)
Tidak terfokus hanya ke lokasi trauma,
melainkan mengikuti urutan standar
Melakukan pencahayaan langsung,
pencahayaan tidak langsung, sclerotic
scatter, dan retroillumination, dan evaluasi
transmisi optik dari sifat lensa dan kornea
melalui refleks fundus
Sclerotic scatter
melihat secara halus luka kornea dan
benda asing intrakornea.
retroillumination
mendeteksi diskontinuitas pada
lensa dan kornea, melihat adanya
penetrasi okular oleh benda asing
kecil (Gambar 1)
melihat diskontinuitas stroma iris,
melihat adanya kerusakan
lentikular (Gambar 2)
Gonioscopy
melihat adanya benda asing
intraokular jika bola mata tidak
terganggu
Seidell's test
mendeteksi cedera penetrasi
kornea
Tekanan intraokular
membantu dalam kasus ruptur
sklera posterior, kontraindikasi jika
bola mata terbuka
Dilatasi fundus
PERTIMBANGAN
PERAWATAN UMUM
Pengobatan dengan Bedah atau Non-Bedah
3 pertanyaan yang paling menentukan dalam menentukan
arah dalam penatalaksanaannya adalah:
1.Apakah ada keterlibatan lapisan kornea secara parsial atau
seluruhnya?
2.Apakah laserasi / diskontinuitas kornea berjalan sendiri
dengan tekanan intraokular yang normal atau kah ada
kebocoran aktif?
3.Apakah ada kondisi lain yang menyertai yang membutuhkan
perbaikan dengan bedah jika luka tidak menutup sendiri
(kelainan topografi kornea yang signifikan, cedera pada anak
atau individu lain yang mungkin tidak mampu untuk
melindungi matanya selama proses penyembuhan, dan
lainnya)?
Perekat
jaringan
cyanoacrylate
(Gambar 3)
Luka bocor
Luka kornea
nonpenetra
si
Jika
penutupan
terhidrasi dengan baik
dan tidak basah, harus
direposisi dan ditutup
dengan balutan soft lens
(Gambar 4)
Jika penutupan kering
atau basah, posisi dan
jahitan fiksasi mungkin
diperlukan.
PERBAIKAN PEMBEDAHAN
Penatalaksanaan preoperatif
harus memiliki perisai atau tempat penutup mata
yang kaku untuk melindungi bola mata dari
tekanan eksternal
Profilaksis antibiotik sistemik
Persiapan bedah
tidak
Perencanaan operasi
Kebutuhan khusus (alat vitrectomy) dan personil
(spesialis vitreoretinal) harus disiapkan
paling
sederhana
adalah jahitan loop terputus
(Gambar 5)
menghasilkan
bidang
kompresi pada jaringan yang
terkandung dalam jahitan
loop (lihat Gambar. 5A),
tetapi
juga menghasilkan
zona kompresi yang meluas
jauh dari jahitan (Gambar.
5B).
konfigurasi
stabil
pada
(Gambar 6)
yang
loop
paling
planar
jahitan
mencoba
lurus (Gambar. 7).
mencapai
garis
Jaringan
yang
berada di dalam
jahitan akan melengkung dan berubah
(Gambar 8).
Terjadi
Untuk
Hal
luka
yang
tidak
rata
dapat
mengakibatkan dog earing dari satu
bagian luka dengan jarak kompensasi
dibagian yang berdekatan (Gambar. 13B)
Keratometri intraoperatif
Slip knots
Kedua
jenis
ini
memungkinkan
ahli
bedah
untuk
mempertahankan penutupan luka sekaligus menyesuaikan
tingkat kompresi jaringan dan dengan demikian kornea akan
merata / steepening
kornea
Strip
Teknik bedah
Dimulai
Masalah khusus
Hilangnya
pasien
harus
dilanjutkan
dengan
pemberian
RINGKASAN
Luka
TERIMAKASIH