Anatomi lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak bewarna, dan hampir
transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
tergantung pada zonula dibelakang iris; zonula menghubungkannya
dengan korpus siliar. Disebelah anterior lensa terdapat aqueous humor;
disebelah posteriornya, terdapat badan vitreus (gambar 1). Kapsul lensa
adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada
dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan lektrolit masuk.
Imm
fgmm
Epidemiologis
Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap
tahunnya. Kurang lebih 4-5% dari pasien-pasien mata yang membutuhkan
perawatan mata yang komperhensif merupakan keadaan skunder akibat
trauma mata. Trauma merupakan penyebab tertinggi untuk buta monokula
pada orang kelompok usia dibawah 45 tahun. Setiap tahunnya
diperkirakan 50.000 orang tidak dapat membaca Koran sebagai akibat
trauma mata.
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatic
laki-laki dan perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study
melaporkan rata-rata usia penderita katarak traumatic adalah 28 tahun dari
648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata.
Patofisiologi dan Etiologi
Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecoup.
Mekanisme coup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan
mengakibatkan cincin Vossius (pigmen iris tercetak) dan kadang- kadang
ditemukan pada kapsul lensa anterior setelah trauma tumpul. Mekanisme
contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat trauma yang
disebabkan oleh gelombang energi yang berjalan sepanjang garis sampai
kebelakang. Ketika permukaan anterior mata terkena trauma tumpul, ada
pemendekan cepat pada anterior-posterior yang diikuti pemanjangan garis
ekuatorial. Peregangan ekuatorial dapat meregangkan kapsul lensa, zonula
atau keduanya. Kombinasi coup, contrecoup dan pemanjangan
ekuatorial bertanggung jawab dalam terjadinya katarak traumatik yang
disebabkan trauma tumpul bola mata. Trauma tembus yang secara langsung
menekan kapsul lensa menyebabkan opasitas kortikal pada tempat trauma.
Jika trauma cukup besar, keseluruhan lensa akan mengalami opasifikasi
secara cepat, namun jika kecil, katarak kortikal yang akan terjadi.
a. Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai
mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan
oleh benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang
munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun.
Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan
adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibatnya
kadang-kadang cukup sulit dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda
lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya tersebut.
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun
posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang (gambar 4),
dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut
cincin Vossius (gambar 5).
manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk
roset (rossete cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan
kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat
berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa (gambar 6).
Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan).
b. Luka tusuk/perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi
(contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai
lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma
tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak
akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan
luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi
trauma-trauma seperti diatas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang
mengakibatkan keluarnya lensamata ke bilik anterior. Urutan dari dampak
setelah trauma juga bergantung pada usia pasien.
kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi
inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya secara berangsur-
angsur akan diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan.
Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian
besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini
merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan
penggunaan lensa buatan intraokuler. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa,
juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti halnya pada anak, namun
tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan jaringan fibrosis opak yang
terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil. Sebuah perforasi
atau cedera tembus lensa sering menyebabkan kekeruhan korteks di lokasi
pecah, biasanya berkembang pesat untuk terjadinya kekeruhan (gambar 7).
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel
sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa
akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan
terdapatnya lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara
histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya
yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakolitik. Lensa dengan
kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering (gambar 8) atau bila epitel
lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig (gambar 9).
Gbr 7: kekeruhan kortikal lengkap setelah cedera perforasi, dengan gangguan kapsul lensa
c. Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan
gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir.
Sinar gelombang pendek ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar
kornea superficial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.
Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder flash”. Sinar
infra merah yang berkepanjangan (prolong) juga dapat menjadi penyebab
katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja,
namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya mengeliminasi
sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan katarak.
Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada
pasien-pasien yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun
resiko terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X.
d. Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa
yang masuk mengenai mata menyebbakan peningkatan pH cairan akuous
dan menurunkan kadar glukosda dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara
akut ataupun pelahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat
asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata
dibandingkan basa makan jarang menyebabkan katarak.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis dari katarak traumatic
Apakah ada trauma? Mekanisme trauma tumpul atau tajam
Riwayati kondisi mata sebelumnya operasi mata
sebelumnya, glaucoma, retinal detachment, penyakit mata
diabetes
Riwayat penykit sebelumnya diabetes, sickle cell,
sindrom Marfan, hemosistinuria, hiperlisinemia, defisiensi
sulfat oksidase
Keluhan penglihatan penurunan penglihatan
(katarak, subluksasi lensa, disloksi lensa, ruptur globe,
trauma optic neuropati, perdarahan vitreous, retinal
detachment); monocular diplopia (subluksasi lensa dengan
phakik parsial dan aphakik vision); binocular diplopia
(traumatic nerve palsy, fraktur orbita); nyeri (skunder
glaucoma menjadi hiphema, pupillary block, atau lens
particles, perdarahan retrobulbar, iritis).
- Pemeriksaan Fisik
Visus, lapangan pandang, dan pupil
Kerusakan ekstraokuler
Tekanan intraokuler
Bilik anterior
Lensa
Vitreus
Fundus
- Pemeriksaan penunjang
B-scan jika pole posterior tidak dapat terlihat
A-scan sebelum ekstraksi katarak
CT scan orbita adanya fraktur, bendaasing, atau
kelainan lain.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya.
Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan
terjadinya amblyopia. Untuk mencegah amblyopia pada anak dapat
dipasang lensa intra ocular primer atau skunder.Apabila tidak terdapat
penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi
penyulit seperti seperti glaucoma, uveitis, dan lain sebagainya maka
segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaucoma sering
dijumpaia pada orang usiaa tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk
cincin sommering pada pupil sehinggaa dapat mengurangi tajam
penglihatan. Keaadaan sepertidapat disertaai dengan perdarahan, aablasi
retina, uveitis, atau salah letak lensa.
Harus diberikan antibiotic sistemik dan topical serta kortikosteroid
topical dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi
dan uveitis. Aatropin sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk
menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan
sinekia posterior.
Katarak dapat dikelurkan pasa saat pengeluaran benda asing atau
setelah peradangan mereda.Apabila terjadi glaucoma selama periode
menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat
peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatic, biasanya
digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk
mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada pasien berusia kurang
dari 30 tahun.
- Indikasi penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak
traumatik adalah sebagai berikut:
Penurunan visus yang berat
Hambatan penglihatan Karena proses patologis pada bagian
posterior
Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma
Ruptur kapsul dengan edema lensa
Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan
membutuhkan tindakan bedah
Metode fakoemulsifikasistandar dapat dilakukan jika kapsul lensa intak dan
integritas dari zonular cukup.Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan
pada kasus-kasus dislokasi anterior atau instabilitas zonular yang
ekstrem.Dislokasi anterior lensa ke bilik anterior meupakan suatu keadaan
emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat
menyebabkan pupillary block glaucoma. Lesentomi dan virektomi pars
plana dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus rupture kapsul
posterior. Dislokasi posterior, atau instabilitas zonular yang ekstrem.
Kesimpulan
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Sedangkan katarak traumatik
adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus maupun
trauma tumpul pada bola mata yang dapat terlihat setelah beberapa hari
atau beberapa tahun dan paling sering karena adanya cedera yang
disebabkan oleh benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul
pada bola mata. Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme
coup dan contrecoup.Mekanisme coup adalah mekanisme dengan
dampak langsung.Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera
yang jauh dari tempat trauma yang disebabkan oleh gelombang energi
yang berjalan sepanjang garis sampai kebelakang.
Gejala klinis dari katarak traumatik ini biasanya dijumpai
penurunan penglihatan, silau, sensitivitas kontras, pergeseran myopia,
dan diplopia monokuler.Indikasi dilakukannya pengkoreksian pada
katarak traumatic dengan oprasi adalah jika dijumpai penurunan visus
yang berat, hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian
posterior, inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma,
ruptur kapsul dengan edema lensa, keadaan patologis okular lain yang
disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah. Tindakan yang
sekarang ini menjadi pilihan utama adalah ectracapsular cataract
extraction dengan implantasi intraocular lens dari pada metode
intracapsular cataract extraction.