Pembimbing :
dr. Yusmanizar Kasim, SpS
• Segera setelah terjadi cedera medula spinalis, fungsi disertai perubahan patologis akan hilang secara
sementara.
• Memicu timbulnya kaskade yang terdiri dari akumulasi produksi asam amino, neurotransmiter,
eikosanoid vasoaktif, radikal bebas oksigen, dan produk dari peroksidasi lipid.
• Program jalur kematian sel juga teraktivasi.
• Terjadi kehilangan darah dari barier medula akibat edema dan peningkatan tekanan jaringan.
• Suplai darah menjadi terbatas, sehingga menyebabkan iskemia yang mengakibatkan kerusakan
medula lebih lanjut sehingga timbul cedera sekunder
Patofisiologi
Mekanisme trauma medula spinalis
• Mekanisme cedera primer
1. Dampak cedera disertai kompresi persisten : fragmen tulang yang
menyebabkan kompresi pada spinal, fraktur dislokasi, dan ruptur diskus akut
2. Dampak cedera kompresi sementara : penyakit degeneratif tulang cervikal
yang mengalami cedera hiperekstensi
3. Distraksi : kolumna spinalis teregang berlebihan pada bidang aksial
4. Laserasi atau transeksi
Kolumna posterior
Reseptor propioseptor & raba halus, Nukleus grasilis (medulla Posisi, raba halus, berjalan asendens
Fasikulus grasilis tekan, getar dari tubuh bawah oblongata) tekan, getar ipsilateral
Reseptor propioseptor & raba halus, Nukleus kuneatus Posisi, raba halus, berjalan asendens
Fasikulus kuneatus tekan, getar dari tubuh atas (medulla oblongata) tekan, getar ipsilateral
Jaras spinotalamikus
Traktus spinotalamikus berjalan asendens
lateral interneuron dari reseptor nyeri dan suhu Talamus (nukleus ventral) nyeri dan suhu kontralateral
Traktus spinotalamikus interneuron dari reseptor raba kasar dan berjalan asendens
anterior tekan Talamus (nukleus ventral) raba kasar dan tekan kontralateral
Jaras spinoserebelar
medulla spinalis
• Trauma setinggi C1-C4 : tetraplegia. Os mungkin tidak mampu untuk bernapas dan
batuk dengan kemampuan sendiri , kehilangan kemampuan mengontrol defekasi,
berkemih. Terkadang kemampuan untuk berbicara juga terganggu atau menurun.
medulla spinalis
• Trauma setinggi T1-T5 : mempengaruhi otot dada atas, otot abdominal,
dan otot punggung atas, jarang menyebabkan gangguan ekstremitas atas.
• Trauma setinggi L1-L5 : gangguan fungsi panggul dan kaki. Tidak terdapat
atau terdapat sedikit gangguan kontrol terhadap fungsi berkemih atau
defekasi.
• Trauma setinggi S1-S5 : kehilangan beberapa fungsi dari panggul dan kaki.
Tidak terdapat gangguan kontrol atau terdapat sedikit gangguan kontrol
terhadap fungsi berkemih atau defekasi. Pasien mampu berjalan cukup
Klasifikasi pada cedera ASIA
medulla spinalis
Grade Tipe Gangguan Medulla Spinalis
• Pemeriksaan neurologis:
• 1.Sensasi pada tusukan (tractus spinotalamikus)
• 2.Sensasi pada sentuhan halus dan sensasi posisi sendi (kolum posterior)
• 3.Kekuatan kelompok otot (tractus kortikospinal)
• 4.Refleks (abdominal, anal dan bulbokavernosus)
• 5. Fungsi saraf kranial (bisa dipengaruhi oleh cedera cervical tinggi, seperti
disfagia)
Diagnosis
Pemeriksan penunjang:
1.Foto rontgen : Foto polos posisi antero-posterior dan lateral pada daerah
yang diperkirakan mengalami trauma akan memperlihatkan adanya fraktur
dan mungkin disertai dengan dislokasi.
2. CT-Scan dan MRI: CT-Scan dapat menentukan tempat luka / jejas,
mengevaluasi ganggaun struktural dan MRI dapat mengidentifikasi adanya
kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
3.Mielografi.: Mielografi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari
trauma pada daerah lumbal, sebab sering terjadi herniasi diskus
intervertebralis
4.Foto rontgen thorak, memperlihatkan keadan paru
5. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal)
Diagnosis
6.Laboratorium:
a.Osteocalsin: Suatu protein tulang yang disekresi oleh osteoblast.
b.B-cross lap: parameter untuk proses rosorpsi (penyerapan tulang) untuk
mengetahui fungsi osteoklas.
c.Elektrolit: kalsium total.
d.Darah lengkap: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit.
e.Kimia darah: Gula darah 2 jam postprandial, gula darah puasa.
a.Analisa Gas Darah: Menunjukan keefektifan penukaran gas atau upaya
ventilasi
7. Pungsi Lumbal: Berguna pada fase akut trauma medulla spinalis.
Penatalaksaan
Prinsip utama penatalaksanaan trauma medula spinalis =
• Airway = mempertahankan jalan nafas,
• Breathing = berikan oksigen bila ada keadaan sesak,
• circulation = Kontrol perdarahan beri cairan infuse 2line untuk mencegah terjadinya
shok.
• Ulcus decubitus
• Osteopororis
• Infeksi saluran kecing
• Gagal ginjal
• Pneumonia, atelektasis, aspirasi
• Deep Vein Trombosis
Kesimpulan
Trauma medulla spinalis merupakan suatu kerusakan pada medulla
spinalis akibat trauma atau non trauma yang akan menimbulkan
gangguan pada sistem motorik, sistem sensorik dan vegetatif. Gejala-
gejala dapat bervariasi mulai dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya
inkontinensia berhubungan dengan lokasi kerusakan medula spinalis.
Trauma medulla spinalis ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta ditunjang dengan pemeriksaan penunjang.
Dalam penatalaksanaan awal trauma medula spinalis harus
memperhatikan airway, breathing dan circulation, setelah tanda-
tanda vital mengalami perbaikan, baru dilakukan terapi farmakologi,
seperti kortikosteroid. Pada non medika mentosa dapat dilakukan
fisioterapi dan rehabilitasi fisik, hal ini harus dikerjakan sedini
mungkin dan pada kasus-kasus tertentu cedera medulla spinalis
dapat dilakukan operasi. Umur pasien merupakan faktor utama yang
mempengaruhi lamanya masa penyembuhan dan penyebab
kematian utama yaitu pneumonia, emboli paru, dan gagal ginjal.