Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

Trauma Medulla Spinalis


Disusun Oleh :
Siti Azliyana Azura Binti Adzhar 102016191
Irena 112017082

Pembimbing :
dr. Yusmanizar Kasim, SpS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 7 Mei 2018 – 9 Juni 2018
Definisi
• .Trauma medulla spinalis = suatu kerusakan pada
medulla spinalis akibat trauma atau non trauma yang
akan menimbulkan gangguan pada sistem motorik,
sistem sensorik dan vegetatif.
• Kelainan motorik = kelumpuhan atau gangguan gerak
dan fungsi otot-otot
• gangguan sensorik = hilangnya sensasi pada area
tertentu sesuai dengan area yang dipersarafi oleh
level vertebra yang terkena
• gangguan sistem vegetatif = gangguan pada fungsi
kandung kemih, dan gangguan fungsi seksual.
Epidemiologi
• 40- 80 kasus baru per 1 juta populasi setiap tahunnya
• Setiap tahun sekitar 250.000-500.000 orang mengalami trauma medula
spinalis.
• 90% kejadian cedera medula spinalis disebabkan oleh adalah trauma
seperti kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%), olahraga (10%), atau
kecelakaan kerja (5%).
• Tingkat mortalitas yang tinggi (50%) pada cedera medula spinalis umumnya
terjadi pada saat kondisi kecelakaan awal, sedangkan tingkat mortalitas
bagi pasien yang masih bertahan hidup dan dilarikan ke rumah sakit adalah
16%.
• Sekitar 80% meninggal di tempat kejadian oleh karena vertebra servikalis
memiliki risiko trauma paling besar, dengan level tersering C5, diikuti C4,
C6, kemudian T12, L1, dan T10.
• Cedera ini umumnya melibatkan pria dewasa muda dengan rentang usia
rata-rata 28 tahun (terutama antara 16-30 tahun)
Etiologi
Mekanisme Terjadinya Trauma Medula Spinalis
• Fleksi
• Fleksi dan rotasi
• Kompresi Vertikal (aksial)
• Hiperekstensi atau retrofleksi
• Fleksi lateral
• Fraktur dislokasi
Patofisiologi

• Segera setelah terjadi cedera medula spinalis, fungsi disertai perubahan patologis akan hilang secara
sementara.
• Memicu timbulnya kaskade yang terdiri dari akumulasi produksi asam amino, neurotransmiter,
eikosanoid vasoaktif, radikal bebas oksigen, dan produk dari peroksidasi lipid.
• Program jalur kematian sel juga teraktivasi.
• Terjadi kehilangan darah dari barier medula akibat edema dan peningkatan tekanan jaringan.
• Suplai darah menjadi terbatas, sehingga menyebabkan iskemia yang mengakibatkan kerusakan
medula lebih lanjut sehingga timbul cedera sekunder
Patofisiologi
Mekanisme trauma medula spinalis
• Mekanisme cedera primer
1. Dampak cedera disertai kompresi persisten : fragmen tulang yang
menyebabkan kompresi pada spinal, fraktur dislokasi, dan ruptur diskus akut
2. Dampak cedera kompresi sementara : penyakit degeneratif tulang cervikal
yang mengalami cedera hiperekstensi
3. Distraksi : kolumna spinalis teregang berlebihan pada bidang aksial
4. Laserasi atau transeksi

• Cedera sekunder meliputi syok neurogenik, gangguan vaskular seperti


perdarahan dan reperfusi-iskemia, eksitotoksisitas, cedera primer yang
dimediasi kalsium dan gangguan cairan elektrolit, trauma imunologik,
apoptosis, gangguan fungsi mitokondria, dan proses lainnya.
Anatomi
• Medulla Spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat.
Terbentang dari foramen magnum - L1.
• Medulla Spinalis berbentuk silinder panjang. Panjangnya
sekitar 45 cm (18 inci) dan lebar 1 hingga 1,5 cm.
• Medula spinalis terletak di canalis vertebralis, dan dibungkus
oleh tiga meninges yaitu duramater, arakhnoid dan piamater.
• Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra, ligament,
meningen spinal dan juga cairan LCS (liquor cerebro spinal).
LCS mengelilingi medulla spinalis di dalam ruang
subarachnoid

Disepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal :


• 8 pasang syaraf servikal
• 12 pasang syaraf torakal
• 5 pasang syaraf lumbal
• 5 pasang syaraf sakral
• 1 pasang syaraf koksigeal.
Anatomi
• Selama perkembangan, kolom vertebral tumbuh sekitar 25 cm lebih
panjang dari sumsum tulang belakang. Karena pertumbuhan diferensial ini,
segmen dari sumsum tulang belakang yang menimbulkan berbagai saraf
tulang belakang tidak selaras dengan ruang intervertebral yang sesuai

• Medulla spinalis tersusun sebagai substansia alba (putih) yang mengelilingi


substansia grisea (kelabu) berbentuk seperti kupu kupu
• Substansia alba :
– Tidak mempunyai badan sel
– Terdiri dari serabut yang sedikit bermielin dan tanpa mielin
• Substansia grisea
– Terdiri dari badan sel neuron dan dendrit, akson tanpa mielin dan sel
glia
Traktus medulla spinalis
• Traktus asendens (kordaspinalis ke otak) yang menyalurkan sinyal dari masukan aferen ke
otak.
• Traktusdesendens (otak ke kordaspinalis ) yang menyampaikan pesan dari otak ke neuron
eferen.
Jaras sensoris utama medulla spinalis
Traktus Asal Tujuan Sensasi Keterangan

Kolumna posterior

Reseptor propioseptor & raba halus, Nukleus grasilis (medulla Posisi, raba halus, berjalan asendens
Fasikulus grasilis tekan, getar dari tubuh bawah oblongata) tekan, getar ipsilateral
Reseptor propioseptor & raba halus, Nukleus kuneatus Posisi, raba halus, berjalan asendens
Fasikulus kuneatus tekan, getar dari tubuh atas (medulla oblongata) tekan, getar ipsilateral
Jaras spinotalamikus
Traktus spinotalamikus berjalan asendens
lateral interneuron dari reseptor nyeri dan suhu Talamus (nukleus ventral) nyeri dan suhu kontralateral
Traktus spinotalamikus interneuron dari reseptor raba kasar dan berjalan asendens
anterior tekan Talamus (nukleus ventral) raba kasar dan tekan kontralateral
Jaras spinoserebelar

Traktus spinoserebelar berjalan asendens


posterior Interneuron dari propioseptor Serebelum Propiosepsi ipsilateral
Traktus spinoserebelar berjalan asendens
anterior Interneuron dari propioseptor Serebelum Propiosepsi kontralateral
Jaras motoris utama medulla spinalis
Traktus Asal Tujuan Fungsi Keterangan
Traktus Piramidalis
Korteks motoris primer Motorneuron nukleus, Saraf
Traktus Kortikobulbaris (hemisfer serebri) kranial di batang otak Kendali motoris volunter otot skeletal Menyeberang kontralateral di batang otak
Traktus Kortikospinalis Korteks motoris primer Motorneuron cornu anterior Menyeberang kontralateral sebelum masuk
lateralis (hemisfer serebri) medula spinalis kendali motoris volunter otot skeletal medula spinalis
Traktus kortikospinalis Korteks motoris primer Motorneuron cornu anterior Berjalan desendens tanpa menyeberang.
anterior (hemisfer serebri) medula spinalis Kendali motoris volunter otot skeletal Terakhir menyeberang sebelum bersinaps
Traktus Ekstrapiramidalis
Nukleus vestibular
(dekat batas rostral Motorneuron cornu anterior Regulasi involunter terhadap keseimbangan Berjalan desendens tanpa menyeberang.
Traktus vestibulospinalis medula oblongata) medula spinalis dan tonus otot Terakhir menyeberang sebelum bersinaps
Regulasi involunter terhadap posis mata,
Motorneuron cornu anterior kepala, leher, lengan sebagai respon Menyeberang kontralateal sebelum masuk
Traktus tektospinalis Tektum (midbrain) medula spinalis servikal terhadap stimuli visual dan auditoris medula spinalis
Nukleus ruber Motorneuron cornu anterior Regulasi involunter terhadap sikap tubuh Menyeberang kontralateral sebelum masuk
Traktus rubrospinalis (midbrain) medula spinalis dan tonus otot medula spinalis
Neuron somato dan viero Regulasi onvolunter terhadap aktivitas Berjalan desendens tanpa menyeberang.
Traktus retikulospinalis Formasio retikularis motoris refleks dan otonom Terakhir menyeberang sebelum bersinaps
Dermatom
• Berkaitan dengan masukan sensorik, setiap daerah spesifik di tubuh yang dipersarafi oleh saraf
spinal tertentu yang disebut area dermatom.
• Saraf spinal juga membawa serat-serat yang bercabang untuk mempersarafi organ-organ
dalam, dan kadang-kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ tersebut dialihkan ke
dermatom yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama.
Klasifikasi pada cedera Level neurologis

medulla spinalis
• Trauma setinggi C1-C4 : tetraplegia. Os mungkin tidak mampu untuk bernapas dan
batuk dengan kemampuan sendiri , kehilangan kemampuan mengontrol defekasi,
berkemih. Terkadang kemampuan untuk berbicara juga terganggu atau menurun.

• Trauma setinggi C5 : paraplegia. Mampu berbicara menggunakan diafragma, tetapi


kemampuan bernapas melemah.

• Trauma setinggi C6 : gangguan pada kemampuan ekstensi siku, dan paraplegia.


Mampu berbicara menggunakan diafragma, tetapi kemampuan bernapas melemah.

• Trauma setinggi C7 : Sebagian besar pasien mampu menggerakkan bahu, dengan


gangguan ekstensi siku dan ekstensi jari – jari tangan. Tidak terdapat gangguan
kontrol atau terdapat sedikit kontrol terhadap fungsi berkemih atau defekasi

• Trauma setinggi C8 : Pasien masih mampu menggenggam dan melepaskan objek


yang digenggam. Tidak terdapat gangguan kontrol atau terdapat sedikit kontrol
terhadap fungsi berkemih atau defekasi
Klasifikasi pada cedera Level neurologis

medulla spinalis
• Trauma setinggi T1-T5 : mempengaruhi otot dada atas, otot abdominal,
dan otot punggung atas, jarang menyebabkan gangguan ekstremitas atas.

• Trauma setinggi T6 – T12 : mempengaruhi otot perut dan punggung,


paraplegia dengan kekuatan ekstremitas atas dalam kondisi normal. Pasien
masih mampu mengendalikan kemampuan dan keseimbangan tubuh untuk
duduk dan mampu batuk produktif selama otot abdominal masih intak.
Biasanya tidak terdapat gangguan berkemih ataupun defekasi.

• Trauma setinggi L1-L5 : gangguan fungsi panggul dan kaki. Tidak terdapat
atau terdapat sedikit gangguan kontrol terhadap fungsi berkemih atau
defekasi.

• Trauma setinggi S1-S5 : kehilangan beberapa fungsi dari panggul dan kaki.
Tidak terdapat gangguan kontrol atau terdapat sedikit gangguan kontrol
terhadap fungsi berkemih atau defekasi. Pasien mampu berjalan cukup
Klasifikasi pada cedera ASIA

medulla spinalis
Grade Tipe Gangguan Medulla Spinalis

A Komplit Tidak ada fungsi motorik dan sensorik sampai


S4-S5
B Inkomplit Fungsi sensorik masih baik tapi motorik
terganggu sampai segmen S4-S5

C Inkomplit Fungsi motorik terganggu, tapi otot-otot motorik


utama masih memiliki kekuatan <3

D Inkomplit Fungsi motorik terganggu, otot-otot motorik


utama memiliki kekuatan >=3

E Normal Fungsi motorik dan sensorik normal


Klasifikasi pada cedera
medulla spinalis
Manifestasi Klinis
1.Gangguan sensasi menyangkut adanya anastesia, hiperestesia, parastesia.
2.Gangguan motorik menyangkut adanya kelemahan dari fungsi otot-otot dan reflek
tendon miotom.
3.Gangguan fungsi vegetatif dan otonom menyangkut adanya flaccid dan sapstic blader
dan bowel.
4.Gangguan fungsi ADL yaitu makan, toileting, berpakaian, kebersihan diri.
5.Gangguan mobilisasi yaitu miring kanan dan kiri, transfer dari tidur ke duduk, duduk,
transfer dari bed ke kursi roda, dan dari kursi roda ke bed.
6.Penurunan vital sign yaitu penurunan ekspansi thorax, kapasitas paru, dan hipotensi.
7.Skin problem menyangkut adanya decubitus.
8.Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena.
9.Paraplegia
10.Paralisis sensorik motorik total
11.Kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi kandung kemih) dan
disfungsi saluran pencernaan.
12.Disfungsi autonom berupa penurunan keringat dan tonus vasomotor
13.Penurunan fungsi pernapasan
14.Infertilitas
Diagnosis
• Anamnesis: kejadian trauma, tipe trauma, keadaan pasien sebelum dan
setelah trauma, gejala-gejala penyerta seperti nyeri yang menjalar,
kelumpuhan/hilangnya pergerakan, hilangnya sensasi rasa, hilangnya
kemampuan peristaltik usus, spasme otot, perubahan fungsi otonom dan
seksual

• Pemeriksaan neurologis:
• 1.Sensasi pada tusukan (tractus spinotalamikus)
• 2.Sensasi pada sentuhan halus dan sensasi posisi sendi (kolum posterior)
• 3.Kekuatan kelompok otot (tractus kortikospinal)
• 4.Refleks (abdominal, anal dan bulbokavernosus)
• 5. Fungsi saraf kranial (bisa dipengaruhi oleh cedera cervical tinggi, seperti
disfagia)
Diagnosis
Pemeriksan penunjang:
1.Foto rontgen : Foto polos posisi antero-posterior dan lateral pada daerah
yang diperkirakan mengalami trauma akan memperlihatkan adanya fraktur
dan mungkin disertai dengan dislokasi.
2. CT-Scan dan MRI: CT-Scan dapat menentukan tempat luka / jejas,
mengevaluasi ganggaun struktural dan MRI dapat mengidentifikasi adanya
kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
3.Mielografi.: Mielografi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari
trauma pada daerah lumbal, sebab sering terjadi herniasi diskus
intervertebralis
4.Foto rontgen thorak, memperlihatkan keadan paru
5. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal)
Diagnosis
6.Laboratorium:
a.Osteocalsin: Suatu protein tulang yang disekresi oleh osteoblast.
b.B-cross lap: parameter untuk proses rosorpsi (penyerapan tulang) untuk
mengetahui fungsi osteoklas.
c.Elektrolit: kalsium total.
d.Darah lengkap: Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit.
e.Kimia darah: Gula darah 2 jam postprandial, gula darah puasa.
a.Analisa Gas Darah: Menunjukan keefektifan penukaran gas atau upaya
ventilasi
7. Pungsi Lumbal: Berguna pada fase akut trauma medulla spinalis.
Penatalaksaan
Prinsip utama penatalaksanaan trauma medula spinalis =
• Airway = mempertahankan jalan nafas,
• Breathing = berikan oksigen bila ada keadaan sesak,
• circulation = Kontrol perdarahan beri cairan infuse 2line untuk mencegah terjadinya
shok.

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari TKP- UGD


• fraktur atau dislokasi vertebra servikal : Baringkan penderita dalam posisi
terlentang (supine) pada tempat atau alas yang keras , cegah agar leher tidak
terputar dapat menggunakan hard cervical collar dan meletakkan bantal pasir pada
kedua sisi kepala.
• fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis bagian torakal dan lumbal : korset
torakolumbal atau lumbal
Penatalaksaan
Medikamentosa
• Kortikosteroid : Metilprednisolon 30 mg/kgBB
• GM-1 Gangliosid (Gangliosid Monosialotetraheksosil) : 100 mg/hari.
• Thyrotropin-Releasing Hormone (TRH) dan Analog TRH : intravena bolus 0,2
mg/kgBB sampai 6 jam

Non Medika Mentosa (Fisioterapi) :


• Fisioterapi suatu pelayanan kesehatan professional yang bersifat multi-disiplin
dapat dilakukan sejak fase awal terjadinya trauma - tahap rehabilitasi (harus
dikerjakan sedini mungkin), secara terus menerus dan ekstensif
• Program = latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik
dan program kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.
• fisioterapi pun bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien dengan
kemampuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Indikasi operasi :
• Reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur
pada daerah servikal, bilamana traksi dan manipulasi gagal.
• Adanya fraktur servikal dengan fragmen tulang tetap menekan
permukaan anterior medula spinalis meskipun telah dilakukan
traksi yang adekuat.
• Trauma servikal, yang diduga terdapat penekanan medula
spinalis oleh herniasi diskus intervertebralis.
• Fragmen yang menekan lengkung saraf.
• Adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis
spinalis.
Prognosis
• Umur pasien merupakan faktor utama yang mempengaruhi lamanya masa
penyembuhan.
• Pada trauma akut, mortalitas cedera medula spinalis sebesar 20%.
• Pasien dengan cedera medula spinalis komplit hanya mempunyai harapan
untuk sembuh kurang dari 5%
• Jika sebagian fungsi sensorik masih ada, maka pasien mempunyai
kesempatan untuk dapat berjalan kembali sebesar 50%.
• Secara umum, 90% penderita cedera medula spinalis dapat sembuh dan
mandiri.
Komplikasi

• Ulcus decubitus
• Osteopororis
• Infeksi saluran kecing
• Gagal ginjal
• Pneumonia, atelektasis, aspirasi
• Deep Vein Trombosis
Kesimpulan
Trauma medulla spinalis merupakan suatu kerusakan pada medulla
spinalis akibat trauma atau non trauma yang akan menimbulkan
gangguan pada sistem motorik, sistem sensorik dan vegetatif. Gejala-
gejala dapat bervariasi mulai dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya
inkontinensia berhubungan dengan lokasi kerusakan medula spinalis.
Trauma medulla spinalis ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta ditunjang dengan pemeriksaan penunjang.
Dalam penatalaksanaan awal trauma medula spinalis harus
memperhatikan airway, breathing dan circulation, setelah tanda-
tanda vital mengalami perbaikan, baru dilakukan terapi farmakologi,
seperti kortikosteroid. Pada non medika mentosa dapat dilakukan
fisioterapi dan rehabilitasi fisik, hal ini harus dikerjakan sedini
mungkin dan pada kasus-kasus tertentu cedera medulla spinalis
dapat dilakukan operasi. Umur pasien merupakan faktor utama yang
mempengaruhi lamanya masa penyembuhan dan penyebab
kematian utama yaitu pneumonia, emboli paru, dan gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai