Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN KASUS

RADIOLOGI
Oleh :
Ambhari Paramastrya Putri
Yusri Chizma Najwa
Keluhan Utama
Identitas Pasien
Nama
Umur

Orang Tua
dan Anamnesis
: Saidah Rifatin, Ny
: 43 th, 1 bln, 27 hari
Jenis kelamin : Perempuan
: Mukaromah, Ny/Rufai, Tn

Secondary Survey
GCS 456
K/L : a-/c-/d-/l-
Tho : simetris, ret -/-
Pulmo : ves/ves, rh -/-, wh -/-
Alamat : Sawo, Payaman, Solokuro Lamongan Cor : S1S2 tunggal, murmur -, gallop –
Tanggal : 2/28/20 16:56 Abd : soepel, met -, BU + N, H/L ttb, nyeri tekan –
Ext : aie -, akral HKM, edema -/-
Primary Survey
A : Clear, Gargling (-), snoring (-), speak fluently (+), Status Lokalis
Femur Dextra
potential obstruction (-) Deformitas (+), edema (+), jejas –
B : Spontan, RR 20 x/menit, ves/ves, Rh -/-, Wh -/-, False Step -, nyeri tekan +
SaO2 100% dengan O2 support ROM menyempit terbatas nyeri
C : Akral HKM, CRT < 2 detik, N 72 x/menit, TD 68/39
mmHg
D : GCS : 456, lateralisasi : -, PBI 3mm/3mm, RC +/+

DARAH LENGKAP Hemoglobin: 9,5 ( P 13,0 – 18,0 ; L 14,0-18,0)
‐ GDA : 184 ()  tinggi Hematokrit : 29,7 (L 40-54; P 35-47)
‐ Hbs Ag : Negatif (Negatif) MCV : 77,30 (87,00-100)
‐ Metode 1 : Non reaktif (Non reaktif) MCH : 24,70 (28,00 – 36,00)
MCHC : 32,00 (31,00 – 37,00)
‐ PT : 15,40 (10,3 16,3)
RDW : 11 (10 – 16,5)
‐ APTT : 32,60 (24,2 -38,2) Trombosit : 190 (150-450)
‐ Leukosit : 16,9 (4,0 – 11,0) MPV : 7 (5-10)
‐ Neutrofil : 92,3 (49,0 – 67,0) Laju Endap Darah 1: 14 (0-1)
‐ Limfosit : 2,8 (25,0 33,0)
Laju Endap Darah 2 : 32 (1-7)
Urea : 27 (15-43)
‐ Monosit : 2,7 (3,0 – 7,0)
Serum Creatinin : 0,8 (P 0,7-12; L 0,8-1,5)
‐ Eosinofil : 0,9 (1,0 -2,0)
‐ Basofil : 1,3 (0,0 -1,0)
‐ Eritrosit : 3,84 (3,80 – 5,30 )

3
TERAPI
TERAPI:
Inf asering 1500cc/ 24 jam
Inj ceftriaxon 2x1 g
Inj Ketorolac 3x1 a

Inj ranitidine 2x 50 mg
Inj tetagam 1 amp

KONSULTASI
SpOT
SpB,
SpU,

4
Definisi
‐ FRAKTUR COSTAE ‐ TRAUMA KEPALA
‐ Terputusnya kontinuitas j ‐ suatu trauma yang
aringan tulang atau mengenai kulit kepala,
tulang rawan  tulang tengkorak atau
‐ otak
Disebabkan oleh
rudapaksa ‐ Terjadi akibat rudapaksa
‐ secara langsung/tidak
Menimbulkan rasa nyeri, 
langsung, disertai atau
mengganggu 
tanpa perdarahan
proses respirasi.
‐ mengakibatkan
gangguan fungsi otak

5
ETIOLOGI TRAUMA
THORAKS
Bisa diakibatkan trauma tumpul Trauma akibat kecelakaan : 5 jenis
dan tajam. Dari depan, samping, belakang,
Trauma tajam : berputar, terguling.
Energi rendah  trauma tusuk
Energi sedang  pistol
Energi tinggi senjata militer

Trauma lain  tekanan yang Mekanisme trauma akan


berlebihan pada scuba mempengaruhi tatalaksana pada
pasien.

6
ETIOLOGI TRAUMA
KEPALA
Cedera Otak Cedera Otak
Primer Sekunder
Akibat langsung dari efek Akibat proses metabolisme
mekanik dari luar otak, dan homeostasis ion sel otak,
menimbulkan kontusio dan hemodinamika intracranial dan
laserasi. kompartemen CSS (tidak
tampak secara klinis segera
setelah trauma).

7
PATOFISIOLOGI
TRAUMA THORAKS
Fraktur Costae
Simpel
Kerusakan anatomi yang ringan
pada dinding toraks
Fraktur Costae Multipel
Kerusakan anatomi lebih berat dengan
komplikasi pneumotoraks, hematotoraks dan
kontusio paru

8
PATOFISIOLOGI
TRAUMA KEPALA
Kerusakan jaringan Benturan dari arah Gelombang kejut
otak langsung oleh samping  gesekan (shock wave) 
impresi atau depresi antara massa diteruskan melalui
tulang tengkorak  jaringan otak dengan massa jaringan otak
coup (cedera di bagian tulang kepala dan tulang 
tempat benturan) yang menonjol  lesi tekanan pada
coup maupun contra jaringan  kerusakan
coup jaringan otak melalui
proses pemotongan
dan robekan.

9
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

10
COMPUTED TOMOGRAPH
( CT Scan )
PRINSIP KERJA CT SCAN
‐ Menggunakan sinar X
‐ Berkas sinar x mengelilingi
‐ Di rekonstruksi oleh komputer
obyek
‐ Gambaran tomografi (irisan/slice )
‐ Sinar X mengalami attenuasi
setelah melalui obyek
‐ Tujuan CT scan : ‐ Sinar diteruskan ke detektor
- Membuat gambar irisan yang tajam yang peka terhadap perbedaan
- Dapat mengetahui batas-batas dengan attenuasi
organ lain
‐ Diolah komputer
‐ Pencitraan

11
‐ Mulai banyak digunakan ‐ Posisi pasien lebih mudah
‐ Menggunakan x ray ‐ Bisa direkonstruksi menjadi
‐ Prosedur dengan teknik tertentu irisan sagital, coronal
‐ Baik untuk evaluasi tulang ‐ Tanpa dan dengan kontras
material
‐ Baik untuk soft tissue ( tidak
sebaik MRI) ‐ Waktu pemeriksaan hanya
beberapa menit
‐ Biaya relatif mahal

12
COMPUTERIZED TOMOGRAPH ( CT
SCAN)

‐ Menggunakan sinar X
‐ Aplikasi komputer
‐ Slice to slice
‐ Multislice
‐ Irisan gambardapat di
rekonstruksi
‐ Irisan axial, sagital, coronal
‐ Aplikasi 3 D
1. Generasi Pertama
Generasi
•·
ct scan
Perintis : EMI, London, 1977
•· X-ray : pencil beam
•· Gerakan : translate – rotate
•· Detektor : single detector
•· Rotasi : 180 derajat
•· Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan
slice
•· Applikasi : head scan
Pada generasi pertama prinsip pergerakan
tabung menggunakan prinsip yang
dinamakan translation-rotation. Dimana
pada generasi ini hanya memiliki satu
detektor dan untuk menghasilkan satu
scanning lengkap memerlukan waktu
scanning 135-300s
Gambaran
14
pergerakan tabung dan detektor
pada generasi pertama :
2. Generasi Kedua
Merupakan pengembangan dari generasi ke satu.
· X-ray : narrow fan beam
· Gerakan : translate – rotate
· Detektor : multi detector ( 3-60)
· linier array detector
· Rotasi : 180 derajat
· Waktu : 20 detik - 2 menit / scan slice
· App : head scanner
CT scan generasi kedua masih menggunakan
prinsip translation-rotation tapi yang membedakannya
dengan generasi pertama pada generasi ini digunakan
detektor berjenis series. Pada generasi ini waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning paling cepat
sebesar 5 – 150s.
Gambaran gerakan tabung dan detector pada alat CT
Scan generasi kedua :
15
3. Generasi Ketiga
Pengembangan dari generasi kedua.
· X-ray : wide fan beam
· Gerakan : rotate – rotate
· Detektor : multi detector (10-280) curve array
detector
· Rotasi : 360 derajat
· Waktu : 1,4-14 detik / scan slice
· App : whole body scanner
Generasi ketiga ini antara pergerakan tabung
dan detektornya menggunakan
prinsip rotation. Dimana bentuk dari detektornya
setengah lingkaran. Lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk satu kali scanning pada generasi ini paling
cepat sebesar 0,4 – 10s.
Gambaran gerakan tabung dan detector pada
generasi ketiga :
16
4. Generasi Keempat
Pengembangan dari generasi III
•· X-ray : wide fan beam
•· Gerakan : stationary-rotate system
•· Detektor : multi detector (424-2400)
•· slip ring detector
•· Rotasi : 360 derajat
•· Waktu : <10 detik / scan slice
•· App : whole body scanner
CT Scan generasi ini detektornya berbentuk
seperti cincin yang dinamakan ring.
Sehingga hanya tabungnya saja yang
berputar 360 derajat dan detektornya statis
(diam). Waktu yang diperlukan untuk satu
kali scanning selama 1 – 5s
Gambaran pergerakan tabung sinar-x dan
detector :
17
‐ 5. Generasi Kelima (Electron Beam
Technique)
‐ Pada Electron Beam Technique tidak
menggunakan tabung sinar-x, tapi
menggunakan electron gun yang
memproduksi pancaran electron
berkekuatan 130 KV. Pancaran electron
difokuskan olehelectro-magnetic coil
menuju fokal spot pada ring tungsten.
Proses penumbukkan electron pada
tungsten menghasilkan energy sinar-x. 
Sinar-x akan keluar melewati kolimator yang
membentuknya menjadi pancaran fan
beam.  Kemudian sinar-x akan mengenai
obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai
solid state detector dan selanjutnya
prosesnya sama dengan prinsip kerja CT
Scan yang lain.  Perbedaannya
18 hanya pada
pembangkit sinar-x nya bukan
6. Generasi Keenam (Spiral / Helical CT)
Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak
sementara tabung sinar-x berputar, sehingga
gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral
terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data.
Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi
rancangan CT generasi ketiga dan keempat.
Pengembangan dari generasi III dan IV
· X-ray : wide fan beam
· Gerakan : stationary-rotate system
· Meja bergerak dalam terowongan gantry
selama scanning (spiral CT)
· Detektor : multi detector (424-2400)
· slip ring detector
· Rotasi : 360 derajat
· Waktu : <10 detik / scan slice
· App : whole body scanner (multi
slice, 3D, 4D)
19 Gambaran pergerakan tabung sinar-x,
detector dan meja pasien :
Generasi Ketujuh (Multi Array
Detector CT / Multi Slice CT)
Dengan menggunakan
multi array detector, maka
apabila kolimator dibuka lebih
lebar maka akan dapat
diperoleh data proyeksi lebih
banyak dan juga diperoleh
irisan yang lebih tebal sehingga
penggunaan energy sinar-x
menjadi lebih efisien.
20
8. Generasi Kedelapan (Dual Source CT)
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah
tabung sinar-x dan terhubung pada dua buah
detector. Masing-masing tabung sinar-x
menggunakan tegangan yang berbeda. Yang
satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya
sekitar 140 KV) dan tabung yang lainnya
menggunakan tegangan rendah (sekitar 80 KV).
DSCT berguna untuk menentukan jenis bahan
atau zat.

21
‐Dari perkembangan teknologi CT Scan dapat diperoleh indicator
perkembangannya sebagai berikut :
• Makin compact / ringkas komponennya
• Makin cepat scanning time nya
• Makin halus resolusinya
• Makin banyak slice nya
• Makin luas dimensinya
• Makin banyak manfatnya
• Makin kecil bahayanya.

22
23
TABEL PERDARAHAN
OTAK
EDH SDH SAH IVH ICH
Lokasi Antara tulang Antara dura Antara Ventrikel otak Parenkim
kranial dan mater dan arachnoid otak
dura mater arachnoid mater dan pia
mater mater
Etiologi a. Meningea Bridging veins Perdarahan Perdarahan A.
Media robek ruptur subarachnoid SAH yg Intraserebral
space masuk ke robek
ventrikel
CT-Scan Hiperdens, Hiperdens, Pembesaran Hiperdens Hiperdens
berbentuk bentuk bulan ventrikel, dalam pada
biconvex, sabit, hiperdens ventrikel parenkim
batas tegas sesuai gyrus otak, batas
jelas

24
25
26
27
28
INDIKASI CT SCAN
KEPALA
1. GCS < 13 setelah resusitasi.
2. Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparesis,
kejang.
3. Nyeri kepala, muntah yang menetap
4. Terdapat tanda fokal neurologis
5. Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur
6. Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus
7. Evaluasi pasca operasi
8. pasien multitrauma ( trauma signifikan lebih dari 1 organ )
9. Indikasi soSial

29
30
SYARAT FOTO
POLOS THORAX
1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover
2. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)
3. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis  tidak terpotong
4. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri
5. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula
6. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior
7. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 1-4
8. Tampak  Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3 atau 4
9.  Tampak gambaran vaskularisasi paru
10. Diafragma terlihat naik, tampak gambaran jantung

31
THORAX POSTERO-
ANTERIOR

32
POSISI LATERAL
DEXTRA/SINISTRA

33
POSISI Antero-
posterior

34
35
ORAX AP APIKAL
LORDOTIK

36
LATERAL

37
OR
PADA
BAYI/AN
AK

38
BAGIAN ATAS

39
FRAKTUR COSTAE
BAGIAN BAWAH

40
FLAIL CHEST

41
42
43
44
45
46
SCAN KEPALA
RAY THORAX

49
50
INTERMEZZO

51
RUPTUR
HEPAR &
RENAL
USG FAST Hasil pemeriksaan :
tampak cairan bebas
abdomen positif, daerah
morrison pouch minimal,
daerah retrobuli positif,
hepar, lien, pancreas, ren
D/S intack, tak tampak
hematom
Saran:CT scan abdomen
dengan kontras

53
54
CT SCAN ABDOMEN

55
56
Hepar: ukuran normal tampak laserasi panjang +/- 6,3 cm., intraparenchymal
hematome uk. 6,9 x 6 x 7,7 cm di segmen 5,6, tak tampak pelebaran IHBD/ EHBD,
vena porta/ vena hepatica normal, tak tampak nodul/ massa/ kista
GB: ukuran normal, tak tampak penebalan dinding, tak tampak batu/sludge/ massa
Pankreas: Ukuran normal, densitas parencym normal, tak tampak pelebaran ductus
pancreaticus, tak tampak massa/kista/kalsifikasi.
Lien: ukuran normal, densitas parencym normal, tak tampak nodul/ massa/ kista
Ren Dextra: Ukuran normal, tampak contusio dan multiple lacerasi terpanjang +/-
2,1 cm di poli atas tengah, tak tampak ectasis pelvicocalyceal system, tak tampak
massa/ kista/ batu. Fungsi sekresi- ekskresi normal
Ren Sinistra: Ukuran normal, densitas parencym normal, tak tampak ectasis pelvyocalyceal
system, tak tampak massa/kista/batu. Fungsi sekresi-ekskresi normal
Buli: terisi cukup kontras/ tak tampak penebalan dinding buli, mucosa outline regular, tak
57
tampak batu/ mass, BC+
ruptur renal
‐ Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau organ
tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat terjadi
pada organ tubuh adalah ginjal. Trauma ginjal terjadi rata-rata 1-5% dari semua trauma. Ginjal
paling sering terkena trauma, dengan rasio kejadian 3:1 antara laki-laki dan wanita. Trauma
ginjal dapat mengacam jiwa, namun kebanyakan trauma ginjal dapat dikelola secara
konservatif.

58
59
ruptur hepar

60
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1.USG FAST
2.CT SCAN
3.MRI

61
FAST
Focused Abdominal Sonography ‐ FAST ; Fokus pada adanya
in Trauma cairan bebas intra abdominal

INDIKASI : ‐ Adanya cairan bebas


- Abdominal trauma ditentukan dengan
penempatan probe USG pada
- Pediatric trauma tempat-tempat tertentu di
- pregnant trauma permukaan abdomen
- Suspect pericardial
tamponade
FAST (penempatan probe )

‐ RUQ ;
Morrison pouch
‐ LUQ ;
spleenorenal
‐ Pelvis
‐ Subxyphoid :
pericardium
LUQ
Morisson pouch
SUBXYPHOID
‐ IVS
PELVIS
‐ Cairan bebas
di anterior
buli
‐ Cairan bbas di
cavum
douglasi
INTERMEZZO

69
FRAKTUR
FEMUR
‐ Ekstremitas inferior:
close fraktur oblique,
discontinuitas os
femur 1/3 medial , ,
trabekulasi tulang
normal, celah dan
permukaan sendi
normal,
Pemeriksaan Radiologi Tulang Istilah Foto Rongent

‐ Plain foto X-ray DENSITAS


- Kemampuan jaringan mengabsorbsi
‐ CT Scan sinar-X
‐ MRI - Semakin padat benda semakin tinggi
densitasnya
‐ Ultrasonografi - Benda dengan konsistensi padat atau cair
‐ Nuclear Medicine akan terlihat putih di foto rongent
- Semakin rendah konsistensi benda,
semakin hitam di foto rongrnt

RADIOOPASITAS
Daerah yang berwarna putih pada foto rongent
Lesi tulang dan soft tissue karena absorbi sinar X yang baik pada organ atau
Fraktur dan ancaman fraktur patologis jaringan berdensitas tinggi
Sifat-sifat lesi pada tulang
Guiding biopsi RADIOLUSENSI
Follow up perjalanan penyakit Daerah yang berwarna hitam pada foto rongent
karena absorbsi sinar X yang rendah pada organ
atau jaringan dengan densitas rendah
METODE PENILAIAN FOTO
Proyeksi Imaging TULANG
‐ PROYEKSI A P 1. Susunan dan hubungan dari
‐ PROYEKSI P A tulang-tulang tersebut
( Alignment )
‐ PROYEKSI OBLIQUE 2. Bentuk tulang yang merupakan kontour dari
‐ PROYEKSI LATERAL cortex ( Bone )
3. Sendi dan permukaan sendi
( Cartilago )
4. Jaringan lunak ( Soft tissue )
GAMBAR STRUKTUR TULANG NORMAL
Pemeriksaan sendi dan sekitarnya

‐ Articular cartilago
‐ Epiphyse
‐ Epiphyseal line
‐ Metaphysis
‐ Diaphysis
FRAKTUR TULANG
‐ Diskontinuitas tulang
‐ Tekanan yang lebih besar terhadap tulang dari yang seharusnya
‐ Terjadi secara langsung atau tidak langsung

Fraktur bisa menyebabkan


- Struktur tulang berubah
- Putusnya pembuluh darah
- Perdarahan ke otot dan sendi
- Odema jaringan lunak di
sekitarnya
- Ruptur tendon
- Kerusakan syaraf
- Kerusakan organ
FRAKTUR DENGAN JARINGAN
SEKITAR

‐ 1. Fraktur tertutup

‐ 2. Fraktur terbuka
Closed fracture Open fracture
KLASIFIKASI BERDASARKAN FRAGMEN

‐ 1. Incomplete fracture Incomplete


‐ 2. Complete fracture
‐ 3. Comminutive
fracture
fracture

Complete
fracture
7. Impaction
BERDASARKAN PATAHAN TULANG
Fraktur dimana dua tulang menumbuk
tulang ketiga diantaranya
‐ 1. Transversal 8. Fissura
Fraktur yang tegak lurus atau Fraktur yang tidak disertai perubahan
memotong sumbu panjang tulang
‐ 2. Spiral
Fraktur yang mengelilingi sumbu
letak tulang yang berarti,
panjang tulang Fragmen tulang tetap berada
‐ 3. Oblique
ditempatnya
Garis patahan miring terhadap tulang
‐ 4. Segmental 9. Compound fracture
Fraktur yang berdekatan pada satu Fraktur yang melibatkan kulit dan
tulang, dimana ada segmen tulang
yang terlepas
mukosa
‐ 5. Kominuta 10. Deepress fractur
Fraktur yang mencakup beberapa Fraktur dimana ada fragmen tulang
fragmen,
‐ 6. Greenstick
yang masuk
Fraktur dengan garis patahan yang 11. Epiphyseal fracture
tidak lengkap
Fraktur yang terjadi pada epiphyse
‐ 12. Avulsion fracture
Fragment tertarik ligament atau
tendon
‐ 13. Patologi fracture
Terjadi pada tulang dengan kelainan
‐ 14. Stress fractur
Bisa karena fraktur ringan yang
berulang
‐ 15. Transverse fracture
Fraktur dengan arah tegak lurus
sumbu tulang
16. Spiral fracture
fraktur yang berbentuk spiral
fr. Transversal fracture
Avulsion fr
IMPACTED
FRACTURE
COMMINUTED
FRACTURE
TERIMA
KASIH
86

Anda mungkin juga menyukai

  • Radiologi Emergensi
    Radiologi Emergensi
    Dokumen298 halaman
    Radiologi Emergensi
    Dwi Gunawan
    100% (7)
  • Toksoplasmosis Serebri
    Toksoplasmosis Serebri
    Dokumen14 halaman
    Toksoplasmosis Serebri
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Selulitis
    Laporan Kasus Selulitis
    Dokumen28 halaman
    Laporan Kasus Selulitis
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    0% (1)
  • HERPES LABIALIS
    HERPES LABIALIS
    Dokumen14 halaman
    HERPES LABIALIS
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • TOKSOPLASMOSIS
    TOKSOPLASMOSIS
    Dokumen25 halaman
    TOKSOPLASMOSIS
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Referat Herpes Labialis
    Referat Herpes Labialis
    Dokumen55 halaman
    Referat Herpes Labialis
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Kasus Selulitis
    Kasus Selulitis
    Dokumen35 halaman
    Kasus Selulitis
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • P Drug
    P Drug
    Dokumen15 halaman
    P Drug
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Referat Herpes Labialis
    Referat Herpes Labialis
    Dokumen21 halaman
    Referat Herpes Labialis
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen4 halaman
    Radiologi
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Toxoplasmosis Cerebri
    Lapsus Toxoplasmosis Cerebri
    Dokumen36 halaman
    Lapsus Toxoplasmosis Cerebri
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Strabismus
    Strabismus
    Dokumen1 halaman
    Strabismus
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Multiple Trauma
    Laporan Kasus Multiple Trauma
    Dokumen19 halaman
    Laporan Kasus Multiple Trauma
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • HERPES LABIALIS
    HERPES LABIALIS
    Dokumen48 halaman
    HERPES LABIALIS
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    100% (1)
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen23 halaman
    Rhinitis Alergi
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Cerebral Haemmorrhage
    Cerebral Haemmorrhage
    Dokumen24 halaman
    Cerebral Haemmorrhage
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • P - DRUG Pterigium
    P - DRUG Pterigium
    Dokumen20 halaman
    P - DRUG Pterigium
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Analgesik Opioid
    Analgesik Opioid
    Dokumen12 halaman
    Analgesik Opioid
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Katarak
    Katarak
    Dokumen9 halaman
    Katarak
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Laringoskopi Indirek
    Laringoskopi Indirek
    Dokumen14 halaman
    Laringoskopi Indirek
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen23 halaman
    Rhinitis Alergi
    Ambhari Paramastrya Putri Prijatno
    Belum ada peringkat