Anda di halaman 1dari 29

Journal Reading

Factors predicting
hypocalcemia after total
thyroidectomy – A
retrospective cohort
analysis

Pembimbing :
dr. Amukti Wahana, Sp.B

Disusun Oleh :
Arief Rahmatullah, S. Ked.

LABORATORIUM BEDAH
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
Overview
Anatomi Kelenjar Thyroid
Fisiologi
Overview
Hormon tiroid memiliki efek pada

1. pertumbuhan sel, perkembangan dan


metabolisme energi.

2. pematangan jaringan tubuh dan energi

3. mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan


reaksi metabolik

4. menambah produksi panas, absorpsi intestinal


terhadap glukosa,

5. merangsang pertumbuhan somatis dan berper


an dalam perkembangan normal sistem saraf
pusat
Overview

Fisiologi
Overview
Patofisiologi Pembesaran Kelenjar Tiroid (Struma)

Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid Biasanya yang


dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal.
Struma diffusa adalah pembesaran yang merata dengan konsistensi lunak
pada seluruh kelenjar tiroid . Struma nodusa jika pembesaran kelenjar
tiroid terjadi akibat nodul, apabila nodulnya hanya satu maka disebut
uninodusa, dan bila lebih dari satu baik terletak pada hanya satu sisi lobus
saja maupun pada kedua lobus maka disebut multinodusa
Patofisiologi Pembesaran Kelenjar Tiroid (Struma)

Dari aspek fungsi kelenjar tiroid, yang tugasnya


memproduksi hormon tiroksin maka bisa kita bagi
menjadi :

Hipertiroid sering juga disebut sebagai toksika

Eutiroid

Hipotiroid
Patofisiologi Pembesaran Kelenjar Tiroid (Struma)

Dari aspek histopatologi kelenjar tiroid, maka


timbulnya struma bisa kita jumpai akibat :

Hiperplasi dan hipertrofi dari kelenjar tiroid

keradangan /inflamasi

neoplasma jinak, neoplasma ganas.


Penegakkan Diagnosa

1. Anamnesa Umur < 20tahun atau > 50 tahun.

Selain hal-hal yang mendukung terjadinya struma Riwayat terpapar radiasi leher pada waktu kanak-kanak.

akibat peradangan atau hiperplasi dan hipertrofi, Penderita struma disertai suara parau.

maka perlu juga ditanyakan hal-hal yang diduga Disertai disfagia dan nyeri

ada kaitannya dengan keganasan pada kelenjar


Ada riwayat pada keluarga yang menderita kanker.
tiroid, terutama pada struma uninodusa Penderita struma yang diduga hiperplasi, diterapi dengan hormon
tiroksin tetap
nontoksika antara lain :
membesar

Struma dengan sesak nafas.

Pembesaran kelenjar tiroid yang cepat.


Penegakkan Diagnosa
2. Gejala Hipertiroid Eksoptalmus

Optalmoplegi

BB turun

Kulit basah (hyperhidrosis)

Takikardi

Tremor

Thryoid thrill
Tatalaksana
a. Medikamentosa

Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini


bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh
karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon
tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi
sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid)
yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/
karbimasol
Tatalaksana
b. Non Medikamentosa

1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan dengan yodium
radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioa
ktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.
Indikasi operasi pada struma adalah:
» struma difus toksik yang gagal dengan terapi
medikamentosa
» struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan
keganasan
» struma dengan gangguan tekanan
» kosmetik.
Tiroidektomi
Tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid adalah

tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. Tiroidektomi subtotal akan menyisakan

jaringan atau pengangkatan 5/6 kelenjar tiroid, sedangkan tiroidektomi total, yaitu

pengangkatan jaringan seluruh lobus termasuk istmus


Komplikasi

Awal Metabolik Lanjut

• Perdarahan • Hipokalsemia • Keloid


• Paralisis N.Laryngeus • Krisis tiroid • Hipotiroid
Recurent
• Paralisis N.
Laryngeus superior
• Trakeomalasia
• Infeksi
2. Yodium radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga

menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif

dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid

sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya.


PEMBAHASAN JURNAL
Latar Belakang
• Terapi dengan total tiroidektomi lebih banyak digunakan sebagai standar
prosedur untuk penyakit struma di bandingkan dengan subtotal reseksi
tiroid dalam beberapa tahun terakhir . Namun karena prosedur ini lebih
radikal tindakannya, peningkatan resiko terjadinya hipokalsemia pasca
operasi pada pasien lebih besar kemungkinan terjadinya.

Tujuan
• Untuk menganalisis kasus tindakan total tiroidektomi dan mengidentifikasi
lebih lanjut faktor risiko potensial yang menyebabkan hipokalsemia pasca
operasi total tiroidektomi.
Metode
Data pasien di rumah sakit

Total tiroidektomi dilakukan sesuai dengan standar di rumah dengan


teknik konvensional “knot tying technique”

Kriteria eksklusi pada penelitian adalah pasien yang menjalani reseksi


tiroid selain total tiroidektomi, pasien dengan limfadenektomi dan
termasuk pasien yang tidak di follow up selama 6 bulan atau lebih.

sekitar 1209 pasien yang menjalani operasi tiroid dari Januari 2005
hingga Desember 2013
Metode
Standar tatalaksana yang digunakan untuk pengobatan hipokalsemia pasca operasi total tiroidektomi

selama periode penelitian adalah sebagai berikut: kalsium oral secara rutin diberikan ketika hipokalse

mia pasca operasi yang dibuktikan dengan nilai atau kadar kalsium di bawah 2,0 mmol/l. Jika klinis

tanda dan gejala hipokalsemia muncul atau tidak membaik seiring waktu, dapat diberikan oral 1,25 O

H vitamin D dan jika tidak cukup dapat ditambahkan kalsium intravena.


Definisi Operasional

1. Hipokalsemia secara biokimia pasca operasi didefinisikan sebagai serum kalsium ya

ng tidak terkoreksi dengan nilai di bawah 2,0 mmol/l dalam waktu 48 jam.9 Hipokals

emia persisten didefinisikan sebagai kalsium serum di bawah 2,0 mmol/l dan atau

hipokalsemia dengan kebutuhan suplementasi kalsium dan atau 1,25 OH vitamin D

di atas 6 bulan setelah total tiroidektomi.


2. Selain itu dinilai juga adanya gejala tetani atau terjadi kram lebih lanjut, pengobatan dengan

kalsium oral atau intravena, pengobatan dengan 1,25 OH vitamin D, jenis kelamin, usia (tahun),

penyakit penyakit tiroid (Struma multinodular, autoimun tiroiditis, kanker tiroid), operasi tiroid berulang

(tiroid subtotal sebelumnya), berat spesimen tiroid (g), waktu operasi(min), keterampilan operasi

(prosedur ahli (ahli bedah melakukan lebih dari 50 prosedur per tahun) vs. prosedur pengajaran

dengan kehadiran seorang ahli bedah), antikoagulasi, perdarahan pasca tindakan yang

membutuhkan operasi, terapi obat thryoistatic pra operatif, jumlah kelenjar paratiroid yang

teridentifikasi dan replantasi paratiroid.


Hasil
Diskusi

Penelitian ini yang menganalisis 702 pasien pasca tindakan total tiroidektomi
menunjukkan hipokalsemia awal pasca operasi simptomatik atau yang menunju
kkan gejala adalah satu-satunya faktor independen terkait dengan persisten
hipokalsemia. Selain faktor-faktor risiko yang diketahui seperti jenis kelamin
perempuan, reimplantasi kelenjar paratiroid dan waktu operasi yang lama juga
terkait dengan hipokalsemia awal pasca operasi.
Permasalahan dalam melaporkan hipokalsemia pasca
operasi adalah kekurang dalam penyeragaman definisi
hipokalemia pasca operasi awal dan persisten hipokalsemia.

persisten hipokalsemia terbukti menjadi masalah yang paling relevan setelah tindakan total
tiroidektomi. Tinjauan sistematis oleh Edafe et.al. menunjukkan bahwa kalsium serum pasca
operasi rendah yang selalu dilaporkan dengan hipoparatiroidisme yang permanen setelah
tiroidektomi

Sementara waktu prosedur yang lama dikaitkan dengan hipokalsemia awal di penelitian ini,
dan tidak memiliki relevansi pada hipokalsemia persisten. Beberapa fokus laporan
hubungan waktu operasi dan hipokalsemia pasca operasi setelah operasi tiroid
memberikan hasil yang kontradiktif.
• Selain itu, beberapa percobaan acak pada penggunaan perangkat diseksi ultrasonik
pada operasi tiroid diamati secara konsisten bahwa tidak hanya waktu operasi secara
signifikan dapat dikurangi dibandingkan dengan teknik diseksi konvensional tetapi
juga tingkat hipokalsemia postoperatif menurun

• Hal yang juga diamati dalam penelitian ini adalah, bahwa pasien yang menerima obat
thyreostatic untuk mencapai euthyreosis lebih mungkin untuk tidak menimbulkan
hipokalsemia awal pasca operasi
Secara keseluruhan hipokalsemia pasca operasi yang simtomatik setelah
total tiroidektomi terkait dengan tingkat persisten hipokalsemia yang
tinggi. Waktu operasi yang lama tampaknya berkorelasi dengan
hipokalsemia awal pasca operasi secara independen dari penyakit yang
mendasari dan keahlian bedah tetapi tidak mempengaruhi persistens
hipokalsemia.

Anda mungkin juga menyukai