Anda di halaman 1dari 31

KEBIJAKAN

PROGRAM IMUNISASI NASIONAL

Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU

Disampaikan pada
Pertemuan Sosialisasi Pelaksanaan Program Imunisasi
Campak Rubella (MR)
Pekanbaru 14 Mai 2018
LANDASAN HUKUM
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
UU Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014
“Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak -
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
•Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah terjadinya penyakit yg
dapat dihindari melalui imunisasi
•Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak
UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014
“Pemerintah Daerah harus memperioritaskan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat”

Hukum Pemberian Imunisasi di Indonesia :


WAJIB
UU No. 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
BAB V
Bagian Kesatu

Tenaga Kesehatan
Pasal 27
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan
pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya

Hak perlindungan hukum


• KUHP ps 50 karena jalankan UU
• KUHP ps 51 atas perintah atasan
Tenaga Kesehatan yang di atur dalam Pasal 11 ayat (1) UU No 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, bahwa Tenaga Kesehatan
terdiri dari:

Tenaga medis meliputi Dokter dan Dokter Gigi.


Tenaga keperawatan meliputi Perawat dan Bidan.
Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker, Analis Farmasi, dan Asisten Apoteker.
Tenaga masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entomolog
Kesehatan, Mikrobiolog Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Administrator
Kesehatan, dan Sanitarian.
Tenaga gizi meliputi Nutrisionis dan Dietisien.
Tenaga keterapian fisik meliputi Fisioterapis, Okupasi Terapis, dan Terapis
Wicara.
Tenaga keteknisian medis meliputi Radiografer, Radioterapis, Teknisi Gigi,
Teknisi Elektromedis, Analis Kesehatan, Refraksionis Optisen, Othotik Prostetik,
Teknisi Transfusi, dan Perekam Medis.
UU No. 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan

• Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, Lanjut Usia dan Penyandang Cacat


Bab VII • Bagian ke satu : Kesehatan ibu, bayi dan anak

• Upaya pemeliharaan kesehatan bayi & anak harus ditujukan


Pasal 131 utk mempersiapkan generasi yg akan datang, yg sehat, cerdas
ay.1 & berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi &
anak

Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak


masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan
ay.2 sampai berusia 18 tahun

Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kes. bayi & anak menjadi tanggung jawab
& kewajiban bersama bg org tua, keluarga, masyarakat &
ay.3 pemerintah, & pemerintah daerah

TANGGUNG JAWAB
DAN KEWAJIBAN BERSAMA!!!!!
Buku KIA : instrumen integrasi pelayanan
KIA
Keputusan Menteri Kesehatan No 284/Menkes/SK/III/2004

• UU no. 23/2002 Pasal 27 Pembuatan akta


kelahiran ... penelantaran bayi, ……..surat
keterangan lahir
• catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan nifas)
• Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K (stiker)
• catatan kesehatan dan pertumbuhan perkembangan
anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita)
• Bukti claim JKN ANC dan PNC (Permenkes 59 th
2014 ttg tarif JKN
• Bukti claim Program Keluarga Harapan

 Informasi: Hak

 Tugas: Kewajiban
Buku Rapor Kesehatanku Tingkat SD/MI,
SMP/MTS dan SMA/SMK/MA

Buku Catatan Kesehatan, berisi :


 Hasil pemeriksaan/penjaringan
kesehatan peserta didik
 Hasil pemeriksaan kesehatan lain
saat di sekolah
 Grafik IMT
 Kartu Menuju Bugar
 Kemampuan/ kecakapan peserta
didik terkait kesehatan
Continuum of Care
through out the life cycle
Tenaga kesehatan profesional

SOP ALGORITHME

BUKU RAPORT
KESEHATANKU

BUKU
KIA

Masyarakat
berdaya
Continuum of Care
home-based to facility-based

Posyandu TPA, BKB, Pos PAUD

Keluarga

PUSKESMAS
RS
SEKOLAH
SOP ALGORITHME

RR
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi

Menurunkan kesakitan, kecacatan & kematian akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dengan menggunakan vaksin

Tuberculosis Difteri Pertusis Tetanus Polio Campak Hepatitis B

Hemophillus Pneumonia Human Papiloma Rubella rotavirus HIV


Influenzae type B Virus Malaria
DENGUE
DENGUE
Herd Immunity atau kekebalan
kelompok
Perkembangan Imunisasi
di Indonesia (1956-2017)

1956 1973 1974 1976 1980 1982 1997 2004 2013 2016 2017

Hepatitis
Cacar Tetanus Polio Haemofilus
B influensa tipe b
(DPT/HB/Hib)

MR
BCG DPT
Campak
DPT/HB
PCV
(Kombinasi)
JE
Sepanjang 6 dasawarsa, semakin banyak penyakit
menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di
Indonesia IPV
HPV
KEBERHASILAN
IMUNISASI
ABAD 20
 Eradikasi Cacar (Variola),
1977 kasus Cacar terakhir, Somalia 
1980  Imunisasi Cacar Stop

ABAD 21
 Eliminasi Eradikasi Polio: Eliminasi
Tetanus 2006 Indonesia Campak &
Maternal 2014 Regional Rubella 2020
dan Asia
Neonatal Tenggara
 Mei 2016 2020 ?? Eradikasi?
BERKAT IMUNISASI, PD3I DAMPAK IMUNISASI
TIDAK LAGI MENJADI
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN
BAYI DI INDONESIA

MEASLES,
DIPTHERIA 1.7%
PERTUSSIS
Infant cause of death (BHR 2007)

61/1000 LB (DHS 1991)


Campak; 1,2

TB; 1,2

Diarrhea 31.4%
Malnutrisi; 2,3
Lain-lain; 11.6

Tetanus; 2,9

Pneumonia
55,2% kematian bayi23.8%
Diare; 31,4
Sepsis; 4,1

Kelainan jantung

Encephalitis 9.3%
congenital dan
disebabkan oleh diare
hidrosefalus ; 5,8 dan pneumonia

Congenital 12.2%
Kelainan saluran
pencernaan; 6,4
Pnemonia; 23,8

Meningitis/
ensefalitis; 9.3

34/1000(DHS 2007)

MDG target 23/1,000 LB 26/1000(DHS 2012)

2015

Sumber: www.childmortality.org
1. Mempertahankan INDONESIA
BEBAS POLIO

2. Mempertahankan pencapaian
ELIMINASI TETANUS
MATERNAL DAN NEONATAL
(MNTE)

3. Mencapai ELIMINASI CAMPAK


DAN PENGENDALIAN
RUBELA/CRS
 Pelaksanaan Crash Program
Campak di 183 kab/kota 28
provinsi Agustus 2016
 Pelaksanaan Kampanye
Imunisasi MR  2017 - 2018
 Introduksi Vaksin MR
menggantikan vaksin
Campak pada imunisasi rutin
PERMENKES NO. 12 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Jenis Imunisasi
(Permenkes No. 12 Th 2017)

Imunisasi adalah suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan

Imunisasi Program
Yaitu imunisasi yang diwajibkan kepada Imunisasi Pilihan
seseorang sebagai bagian dari masyarakat Yaitu imunisasi yang dapat diberikan
dalam rangka melindungi yang kepada seseorang sesuai dengan
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya kebutuhannya dalam rangka melindungi
dari penyakit yang dapat dicegah dengan yang bersangkutan dari penyakit tertentu
imunisasi
Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
Imunisasi Imunisasi Khusus
Imunisasi Rutin Tambahan Melindungi seseorang
1. Imunisasi Penetapan pemberian dan masyarakat
imunisasi tambahan terhadap penyakit
Dasar berdasarkan kajian tertentu pada situasi
2. Imunisasi epidemiologis oleh tertentu : meningitis
Menteri, Kadinkes meningokokus, yellow
Lanjutan provinsi, atau Kadinkes fever, rabies, dan
Kab/Kota) poliomyelitis

Imunisasi Lanjutan :
Mempertahankan tingkat
- Baduta kekebalan dan untuk
- Anak Usia Sekolah memperpanjang masa
perlindungan anak yang
Dasar sudah mendapatkan
- WUS Imunisasi dasar
Jadwal Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI

0 Hepatitis B (< 24 jam)


1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2
3 DPT-HB-Hib2, OPV3
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV
9 Campak/MR
18 DPT-HB-Hib4, Campak/MR

-DT HPV* HPV*


-Campak/MR Td
* hanya di Prov/Kab/Kota Terpilih
*MR secara nasional, 2017 di P. Jawa, 2018 di
luar P. Jawa
*HPV di DKI, eksoansi

1 SD 5 SD 6 SD

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


Perubahan Jadwal lmunisasi Td pada BIAS
(Permenkes No. 12 Th 2017)

• Tujuan:
Memperpanjang usia perlindungan sasaran
dari penyakit tetanus dan difteri rnelalui
statusT5
• Mekanisme peralihan jadwal:
• Tahun 2017 dan 2018 pemberian imunisasi
Td hanya dilakukan pada anak kelas 2
SD/sederajat
• Mulai tahun 2019, pemberian imunisasi Td
sudah dapat diberikan pada anak kelas 2
dan 5 SD sederajat
Catatan Pemberian Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)

 Pemberian Hepatitis B optimal diberikan <24 jam pasca


persalinan, didahului vit K1 2-3 jam sebelumnya
 Khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari
 Bayi lahir di Institusi RS, Klinik dan BPS, Imunisasi BCG dan
Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan
 Pemberian BCG optimal sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun, tanpa tes mantoux
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0
dapat diberikan sampai usia < 7 tahun
 Imunisasi lanjutan baduta (DPT-HB-Hib dan Campak) dapat
diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, bila sudah
mencapai status T5, harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis
Penyelenggaraan Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)

Tujuan Pendekatan Keluarga:


Penanggungjawab:
1. Meningkatkan akses keluarga terhadap
Pemerintah Pusat dan pelayanan kesehatan yang
Pemerintah Daerah komprehensif
2. Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota
dan SPM Provinsi
Pendekatan
keluarga, utk 3. Mendukung pelaksanaan JKN
meningkatkan 4. Mendukung tercapainya program
akses pelayanan indonesia sehat
imunisasi

Check status imunisasi


catat.
dorong ke tempat pelayanan
Pengelolaan Limbah
(Permenkes No. 12 Th 2017)

• Rumah sakit, Puskesmas, klinik dan


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
menyelenggarakan Imunisasi bertanggung
jawab terhadap pengelolaan limbah
imunisasi sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan

• Dokter atau bidan praktek perorangan


yang memberikan pelayanan imunisasi,
pemusnahan limbah vial dan/atau ampul
Vaksin harus diserahkan ke institusi yang
mendistribusikan Vaksin
Penyelenggaraan Imunisasi Pilihan
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Pelaksana : dokter atau dokter spesialis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
• Vaksin harus diperoleh dari industri farmasi
atau pedagang besar farmasi yang memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
– Bagi praktik dokter harus memperoleh Vaksin
dari apotek yang memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
• Penyelenggara Imunisasi Pilihan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan
limbah Imunisasi yang dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pencatatan dan Pelaporan
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Imunisasi harus
melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin dan
berkala serta berjenjang, meliputi
– cakupan Imunisasi,
– stok dan pemakaian Vaksin, ADS, Safety Box,
– monitoring suhu,
– kondisi peralatan Cold Chain, dan
– kasus KIPI atau diduga KIPI
• Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin menggunakan
buku kesehatan ibu dan anak, buku kohort
ibu/bayi/balita, buku rapor kesehatanku, atau buku rekam
medis
• Fasilitas pelayanan kesehatan swasta wajib mencatat
dan melaporkan setiap bulan ke Puskesmas wilayahnya
dengan menggunakan format yang berlaku
Dukungan2
Dukungan2
Dukungan2
MMR Vaccine Controversy
• 1998 publikasi di Lancet Medical journal
• Andrew Wakefield, UK, colitis and autism spectrum disorders linked to the combined measles, mumps,
and rubella (MMR) vaccine
• Investigations by Sunday Times journalist Brian Deer; conflicts of interest, manipulated evidence, broken
ethical codes.
• The Lancet paper partially retracted in 2004, fully retracted in 2010. The Lancet's editor-in-chief Richard
Horton: the journal had been "deceived".
• General Medical Council [5] Wakefield was found guilty, serious professional misconduct in May 2010.
• Andrew Wakefield struck off the Medical Register, he could no longer practice as a doctor in the UK.
• 2011, scientific consensus; MMR vaccine has no link to the development of autism
• Impact: multiple large epidemiological studies were undertaken. Reviews of the evidence by the Centers
for Disease Control and Prevention, the American Academy of Pediatrics, the Institute of Medicine of
the US National Academy of Sciences, the UK National Health Service,and the Cochrane Library all
found no link between the MMR vaccine and autism. Cochrane review using improved design and
reporting of safety outcomes in MMR vaccine studies concluded that the evidence of the safety and
effectiveness of MMR justified its global use, and that the lack of confidence in the vaccine had damaged
public health.
• Special court convened in the United States to review claims under the National Vaccine Injury
Compensation Program rejected compensation claims from parents of autistic children
• The claims in Wakefield's 1998 The Lancet article were widely reported; vaccination rates in the UK and
Ireland dropped sharply, followed by significant increased incidence of measles and mumps, resulting in
deaths and severe and permanent injuries
• Vaccine–autism connection as "perhaps the most damaging medical hoax of the last 100 years".
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai