Anda di halaman 1dari 19

Pengantar

Teknologi
BAB 6: ENZIM Bioproses

Misri Gozan
“Kami suka tolong menolong dalam
mencerna makanan yang tak sanggup kami
habiskan sendiri. Dengan begitu, kami bisa
mencerna makanan yang ukurannya ribuan
kali ukuran tubuh kami. Namun, kami tetap
tak suka korupsi...”
Salam dari konsorsium Asidogenesis,
Asetogenesis, Metanogenesis
PENDAHULUAN (1)

 Enzim  biomolekul yang paling banyak dikelola dalam


teknologi bioproses.
 Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalis,
memiliki berat molekul tinggi (15 ribu – beberapa juta
Dalton).
 Beberapa molekul RNA bersifat katalitik dan disebut
ribozim.
 Sifat enzim:
 Spesifik
 Serbaguna
 Biokatalis yang efektif
 Menghasilkan laju reaksi yang jauh lebih tinggi jika dibanding
reaksi katalis kimia biasa
PENDAHULUAN (2)

 Penamaan enzim yaitu penambahan akhiran –ase pada


nama substrat (contoh: urease) atau berdasarkan reaksi
yang dikatalisis (contoh: alkohol dehidrogenase).
 Isoenzim: enzim yang memiliki beberapa bentuk
molekuler tetapi mengkatalisis reaksi yang sama
 Struktur enzim
 Rantai polipeptida yang terlipat (hidrolitik)
 Enzim dengan > 1 subunit:

Apoenzim: bagian protein


Holoenzim
Kofaktor: ion metal (Mg, Zn, Mn,
Fe) atau molekul organik
kompleks/koenzim (NAD, FAD,
CoA, vitamin)
PENDAHULUAN (3)
Tabel 6.1 | Klasifikasi enzim berdasarkan reaksi yang dikatalisis Contoh
1. Alkohol
dehidrogenase
2. Aminotransferas
e
3. Glukosa-6-
fosfatase
4. Piruvat
dekarboksilase
5. Ribulosa
Sumber: A. Lehninger, Biochemistry 2nd Edition, Worth Publisher: NY. 1975 epimerase fosfat
6. Heksokinase
1. Oksidoreduktase: bekerja pada -CH-OH; -C=O; -C=CH-; -CH-NH2; -CH-NH-;
NADH; NADPH
2. Transferase: transfer gugus fungsional seperti grup satu-karbon,
aldehidik, ketonik, asil, glikosil, fosfat, gugus mengandung S
3. Hidrolase: reakse hidrolisis ester, ikatan glikosidik, ikatan peptida, ikatan
C-N lain, anhidrida asam
4. Liase: -C=C-; -C=O; -C=N-
5. Isomerase: rasemase
6. Ligase: C-O, C-S, C-N, C-C
MEKANISME KERJA ENZIM

 Menurunkan energi aktivasi dari reaksi yang


dikatalisis dengan mengikat substrat dan
membentuk kompleks enzim-substrat (kompleks
ES).
 Energi Van Der Waals dan ikatan hidrogen
berpengaruh pada pembentukan kompleks ES.
 Substrat (ukuran lebih kecil) berikatan dengan sisi
aktif enzim dengan metode lock and key.
 Reaksi enzim multi substrat: efek proximity
(menahan bagian reaktif substrat-substrat agar
berdekatan dengan sisi aktif enzim) dan efek
orientasi (menahan substrat pada posisi tertentu
untuk menaikkan laju reaksi).
GRAFIK ENERGI AKTIVASI REAKSI
6
5
ΔG1
4
3 Tanpa enzim
2 Dengan enzim
ΔG2
1
0
Kondisi Energi Produk
awal aktivasi

Substrat
Skema kompleks
enzim-substrat
dengan metode
Enzim
lock and key
KINETIKA ENZIM

 Model matematika enzim dikenalkan oleh V.C.R. Henri (1902)


dan Michaelis-Menten (1913). Fitur kualitatif dari kinetika
enzim Michaelis-Menten serupa dengan kinetika Langmuir -
Hinshelwood
𝐸 + 𝑆 ↔ 𝐸𝑆 → 𝐸 + 𝑃 6.1
 Pendekatan utama yang digunakan dalam mengembangkan
laju ekspresi untuk reaksi katalisis adalah (1) rapid
equilibrium dan (2) quasi-steady state.
GRAFIK EFEK KONSENTRASI SUBSTRAT
TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIMATIK
PENGARUH PH

 Enzim yang memiliki gugus ionik harus berada dalam kondisi


pH yang sesuai (asam atau basa) untuk bisa berfungsi  pH
optimum.
 pH optimum ditentukan secara eksperimen menggunakan
persamaan konstanta reaksi dan laju reaksi.
 Pengaruh variasi pH medium:
 Perubahan bentuk ionik dari sisi aktif
 Mengubah aktivitas enzim dan laju reaksi
 Mengubah bentuk tiga dimensi enzim
 Memengaruhi afinitas substrat terhadap enzim
PENGARUH PH (2)

 Rumus konstanta reaksi:


𝐸𝐻 [𝑆]
𝐾′ 𝑚 = (6.2)
[𝐸𝐻𝑆]
 Rumus laju ekspresi:
𝑣𝑚 [𝑆]
𝑣= (6.3)
𝐾′ 𝑚,𝑎𝑝𝑝 + [𝑆]
 Rumus laju ekspresi substrat ionik:
𝑣𝑚 [𝑆]
𝑣= (6.4)
𝐾
𝐾 ′ 𝑚 (1 + 1+ ) + [𝑆]
𝐻
PENGARUH SUHU

 Laju reaksi katalisis enzim meningkat seiring suhu hingga


batas tertentu. Di atas suhu tersebut, enzim mengalami
denaturasi sehingga aktivitasnya menurun.
 Laju reaksi bervariasi berdasarkan persamaan Arrhenius:
𝑘 2 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 (6.5)
𝑣 = 𝑘2 𝐸 (6.6)
Dimana Ea adalah energi aktivasi (kkal/mol) dan [E] adalah
konsentrasi enzim aktif.
 Kisaran energi aktivasi adalah 4 -20 kkal/gmol (mayoritas 11
kkal/gmol). Energi deaktivasi bervariasi antara 40 -130
kkal/gmol (mayoritas 70 kkal/gmol).
 Setiap penaikan suhu 10 derajat celcius, aktivitas enzim
meningkat 1 ,8 kali lipat namun pengaruh denaturasi oleh suhu
meningkat 41 kali lipat.
SUBSTRAT TIDAK TERLARUT

 Enzim seringkali digunakan untuk mendekomposisi substrat


besar tidak larut, sehingga akses terhadap situs reaksi pada
biopolimer dibatasi oleh difusi enzim. Laju ekspresinya dapat
diturunkan:
𝑣 𝑚𝑎𝑥,𝑆 [𝐸 ]
𝑣= (6.7)
𝐾𝑒𝑞 + [𝐸 ]
AKTIVITAS ENZIM

 Satuan dari aktivitas enzim (kemampuan enzim melakukan


reaksi atau konversi substrat jadi produk) disebut unit. Unit
adalah total jumlah substrat yang berubah per satuan waktu
pada volume tertentu (mmol substrat/menit = unit). Satuan
lainnya adalah katal yaitu mol substrat/detik.
 Aktivitas spesifik  peningkatan kemurnian enzim yang
melalui beberapa prosedur. Satuannya adalah mmol
substrat/min-mg E = unit/mg E, atau lebih sering dinyatakan
dalam mol substrat/detik -kg E = katal/kg E.
 Aktivitas molekular  perbandingan aktivitas beberapa
enzim yang berbeda atau disebut juga turn over number (TON
= kcat) dinyatakan dalam satuan unit/mmol E atau katal/mol
E.
SISTEM IMBOLISASI ENZIM (1)

 Why?  Memanfaatkan kembali, eliminasi dari proses


recover y dan purifikasi, memberi lingkungan yang lebih baik
bagi aktivitas enzim, menghemat pengeluaran untuk beli
enzim.
 How?  Metode imobilisasi terbagi menjadi dua kategori
utama yaitu entrapment/penjebakan dan surface
immobilization/ imobilisasi permukaan.
SISTEM IMOBILISASI ENZIM (2)

Dalam matriks
Terjebak Sela makroskopik
(Entrapped) membran
Dalam membran
Enzim Micro-
termobilisasi encapsulated
Adsorpsi
(menempel di
Terikat di permukaan)
permukaan
(Bound to surface)
Ikatan Kovalen
SISTEM IMOBILISASI ENZIM (3)

 Entrapment
 Dalam matriks: enzim disimpan dalam matriks material polimer
(carrageenin, agar, alginate, kolagen) atau material padat (karbon
aktif, keramik berpori, diatom bumi). Matriks dapat berwujud
membran, partikel, atau serat.
 Dalam membran:
 Sela makroskopik membran hollow fiber nilon dan selulosa,
 Kapsul mikro berupa bola yang menyimpan larutan enzim.
 Surface Immobilization
 Teradsorpsi secara fisik atau ionik menggunakan materi anorganik.
 Enzim memiliki ikatan kovalen dengan gugus fungsi pada
permukaan.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN
INDUSTRIALISASI ENZIM

 Langkah-langkah produksi enzim skala besar:


1. Kultivasi: Menumbuhkan organisme untuk menghasilkan enzim
yang diinginkan. Kondisi reaktor dioptimalkan untuk
overproduksi enzim.
2. Separasi: Pemisahan sel dari media dengan metode filtrasi atau
sentrifugasi. Metode ini dapat berbeda tergantung jenis enzim
yang dihasilkan, apakah intraseluler atau ekstraseluler.
3. Pemurnian: Sel atau kaldu setelah fermentasi atau dipisahkan
untuk memurnikan enzim.
 Faktor pengaruh dalam produksi enzim:
 Jenis reaktor biasanya proses fermentasi batch.
 Jenis media (molases baik untuk jangka panjang, media sintesis
baik untuk starter).
 Tingginya kebutuhan karbon pada produksi skala besar.
 Kecepatan agitasi optimum adalah 150 rpm.
PELUANG DALAM INDUSTRI ENZIM

 Membuat enzim dalam jumlah besar menggunakan teknologi


DNA rekombinan.
 Pembuatan senyawa kiral dalam industri farmasi.
 Biosensor menggunakan enzim glukosa oksidase dan urease
terimobilisasi.
 Optimasi enzim selulase dari Bacillus sp.
 Produksi enzim alfa-amilase dari fermentasi mikroorganisme
(Bacillus sp., Aspergillus, Pennicilium )
 Harga enzim di pasaran sangat mahal, tetapi
perkembangannya masih berjalan lambat.

Anda mungkin juga menyukai