Anda di halaman 1dari 19

SEPSIS

Disusun Oleh:

Rahma Rafina Noerfani 1102013241

Dosen pembimbing:
dr. Asep Hendrawan, Sp.An, KIC, MKes
dr. Andri Julianto, Sp.An, KIC
dr. Riza M. Farid, Sp.An
dr. Sonny Trisnadi, Sp.An
dr. M. Naufal, Sp.An

PERIODE 19 NOVEMBER – 22 DESEMBER 2018


PENDAHULUAN

• Konsensus 90an, sepsis dinyatakan sebagai systemic inflammatory


Response Syndrome (SIRS), sepsis, severe sepsis, dan septic shock
dengan adanya kondisi abnormalitas klnis maupun laboratorium.

Severe Septic
SIRS Sepsis Sepsis Shock
Respon klinis dari
Sepsis dengan satu
yang tidak spesifik,
tanda kegagalan
disertai dengan : SIRS dengan organ:
• T> 38°C atau dugaan • Cardiovaskular
<36°C (hipotensi
• HR > 90 x/menit
atau proses
refrakter) Hipotensi
infeksi yang
• RR > 2o menit
telah
• Ginjal
• Respirasi
Refrakter
• WBC >
dikonfirmasi • Hepatik
12.000/mm3 atau
• Hematologi
< 4000/mm3 atau • CNS
>10% • Asidosis Metabolik

Gotts, J. E., & Matthay, M. A. (2016). Sepsis: pathophysiology and clinical management. bmj, 353, i1585.
PENDAHULUAN

Penggunaan SIRS sudah


dihilangkan sekarang, sepsis
dijadikan disfungsi organ yang
mengancam jiwa akibat
disregulasi respon host terhadap
infeksi, disfungsi organ tersebut
dapat dinilai menggunakan SOFA
(sequential organ failure
assessment).
Definisi

• Pada tahun 2001, konferensi definisi sepsis internasional memodifikasi


model SIRS dan mengembangkan sebuah pandangan luas mengenai
sepsis. Konferensi ini mengembangkan konsep sistem penderajatan
untuk sepsis berdasarkan empat karakteristik terpisah yang disebut
sebagai PIRO. 3

Gambar 1. Konsep PIRO5


3. Levy, M. M., Fink, M. P., Marshall, J. C., Abraham, E., Angus, D., Cook, D.,& Ramsay, G. (2003). 2001 sccm/esicm/accp/ats/sis international sepsis
definitions conference. Intensive care medicine, 29(4), 530-538.
5. Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign:
results of an international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
DEFINISI
Infeksia
Terdokumentasi atau suspek atau seperti berikutb
Parameter Umum
Demam (suhu inti >38°C)
Hipotermia (suhu inti <36°C)
Nadi >90 kali/menit atau SD >2 diatas nilai normal sesuai usia
Takipneu > 30 kali/menit
Perubahan statul mental Tabel 1. Kriteria Sepsis 2001
Edema yang signifikan atau keseimbangan cairan positif (>20 ml/kg selama 24 jam. berdasarkan konsensus
Hiperglikemia (glukosa plasma >110mg/dl atau 7.7mM/I) pada pasien tanpa diabetes SCCMA/ACCP/ATS/ESCIM/SIS.3

Parameter Inflamasi
Leukositosis (hitung sel darah putih >12.000/ul)
Leukopenia (hirung sel darah putih <4000/ul)
Hitung sel darah putih normal dengan >10% bentuk imatur
Protein reaktif plasma C SD> 2 diatas nilai normal
Procalcitonin SD >2 diatas nilai normal
Parameter Hemodinamik
Hipertensi Arterib (tekanan darah sistolik <90mmHg, mean arterial pressure <70,
atau berkurangnya tekanan darah sistolik >40mmHg pada dewasa atau SD <2 dibawah normal sesuai
usia
Saturasi oksigen vena campuran >70%b
Indeks jantung >3.5 1 min-1 m-2c,d
Parameter disfungsi organ
Hipoksemia arterial (PaO2FIO2 <300)
Oliguria Akut (Pengeluaran urin <0.5 ml kg-1 h-1 atau 45mM/1 untuk 2 jam)
Peningkatan kreatinin ≥0.5 mg/dl
Abnormalitas Koagulasi (rasio internasional ternormalisasi >1.5 atau APTT >60 detik
Ileus (tidak ada suara peristaltik)
Trombositopenia (hitung platelet <100.000/ul)
Hiperbilirubinemia (plasma total bilirubin >4mg/dl atau 70mmol/l)
Parameter Perfusi Jaringan
Hipertalaktemia (>3mmol/l)
Menurun nya capillary refill

Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign: results of an
international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
DEFINISI

Definisi dan Istilah Sepsis Tebaru

 Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh
disregulasi respons pejamu terhadap infeksi. Gambar 2. Definisi sepsis menurut
 Disfungsi organ dapat diidentifikasi sebagai perubahan akut pada skor SOFA total ≥2 poin The Third International Consensus
akibat infeksi. Definitions for Sepsis and Septic
o Baseline skor SOFA dapat diasumsikan nol pada pasien yang tidak diketahui memiliki Shock (Sepsis-3).4
disfungsi organ yang sudah ada sebelumnya.
o Skor ASOFA ≥2 mencerminkan keseluruhan risiko kematian sekitar 10% pada populasi
rumah sakit umum dengan infeksi yang dicurigai. Bahkan pasien yang mengalami
disfungsi sederhana dapat memburuk, menekankan keseriusan kondisi ini dan
kebutuhan akan intervensi segera dan tepat, jika belum dilembagakan.

 Dalam istilah awam, sepsis adalah kondisi yang mengancam jiwa yang muncul saat respons
tubuh terhadap infeksi melukai jaringan dan organ tubuh sendiri.
 Pasien dengan infeksi yang dicurigai yang kemungkinan tinggal di ICU lama atau meninggal di
rumah sakit dapat diidentifikasi segera di samping tempat tidur dengan qSOFA, yaitu
perubahan status mental, tekanan darah sistolik ≥100 mmHg, atau tingkat pernapasan ≥22 / min.
 Syok septik adalah subset dari sepsis dimana kelainan peredaran darah dan seluler / metabolik
cukup besar untuk meningkatkan angka kematian secara substansial.
 Pasien dengan syok septik dapat diidentifikasi dengan konstruk klinis sepsis dengan hipotensi
bertahan yang memerlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan memiliki
tingkat laktat serum> 2 mmol / L (18mg / dL) meskipun ada resusitasi volume yang adekuat.
Dengan kriteria ini, angka kematian di rumah sakit lebih dari 40%.

Singkatan: MAP, mean arterial pressure; qSOFA, quick SOFA; SOFA: Sequential [Sepsis-
related] Organ Failure Assessment.

Singer, M., Deutschman, C. S., Seymour, C. W., Shankar-Hari, M., Annane, D., Bauer, M., & Hotchkiss, R. S. (2016). The third international
consensus definitions for sepsis and septic shock (sepsis-3). Jama, 315(8), 801-810.
EPIDEMIOLOGI

• Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama


kematian di Amerika Serikat dan penyebab utama kematian
pada pasien sakit kritis.
• Angka kejadian sepsis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
tetapi dipengaruhi oleh usia dan penyakit yang mendasarinya.
• Angka mortalitas seiring dengan meningkatnya usia meningkat
tajam, insiden sepsis meningkat tajam di usia dewasa-tua
yaitu:
 usia <65 tahun dengan 17,7%
 usia >65 tahun dengan 27,7%
• Seiring bertambahnya usia maka sistem imun juga semakin menurun
sehingga infeksi atau keadaan sepsis lebih mudah terjadi.6

Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis
Campaign: results of an international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care
medicine, 36(2), 222-231.
Tambajong, R. N., Lalenoh, D. C., & Kumaat, L. (2016). Profil penderita sepsis di ICU RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manadoperiode
Desember 2014–November 2015. e-CliniC, 4(1).
ETIOLOGI
 Bakteri Gram Negatif 70%:
• Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Enterobacter, E. Colli, Proteus,
Neisseria terpacu mengeluarkan mediator inflamasi  LPS atau
endotoksin glikoprotein kompleks merupakan kompleks utama
membran terluar dari bakteri gram negatif.

 Bakteri Gram Positif 20-40%


• Staphyllococcus aureus, Streptococcus, Pneumococcus

 Infeksi jamur dan virus 2-3%


• (dengue haemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria
falciparum)

Guntur HA. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret
University Press. 2008
PATOFISIOLOGI

1. Kaskade Inflamasi

2. Hubungan antara inflamasi dan


koagulasi.

LaRosa SP. Cleveland Clinic disease management project: Sepsis. [internet]. [updated 2013; cited 2017 September 11]. Available from:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/infectious-disease/sepsis/
MANIFESTASI/GEJALA KLINIK

• Ditentukan berdasarkan skor Sequential Organ Failure Assessment


(SOFA)
Skor
Sistem 0 1 2 3 4
Pernapasan
PaO2/FiO2 mmHg (kPa) ≥400 (53.3) <400 (53.3) <300 (40) <200 (26.7) <100 (13.3)
dengan suport dengan
pernapasan suport
pernapasan
Koagulasi
Platelet, 10x3 /µL ≥150 <150 <100 <50 <20
Hati
Bilirubin, mg/dL (µmol/L) <1.2 (20) 1.2-1.9 20-5.9 (33-101) 6.0-11.9 (102- >12.0(204)
204)
Kardiovaskular MAP ≥ 70 mmHg MAP <70 Dopamine <5 Dopamine Dopamine
atau <5.1-15 atau >15 atau
dobutamin epinefrin ≤0.1 epinefrin
atau ≥0.1 atau
norepinefrin norepinefrin
≤0.1 >0.1
Sistem Saraf Pusat
Glasgow Coma Scale 15 13-14 10-12 6-9 <6
Ginjal
Kreatinin, mg/dL (µmol/L) 1.2 (110) 1.2-1.9 (110- 2.0-3.4 (171-299) 3.5-4.9 (300- >5.0 (440)
170) 440)
Keluaran Urin, mL/d <500 <200
Singkatan: FiO2, fraksi inspirasi oksigen; bDosiskatekolamin diberikan c Range Glasgow Coma Scale 3-

MAP, mean arterial pressure; µg/kg/min selama 1 jam 15; skor yang lebih besar
PaO2, partial pressure of oxygen mengindikasikan fungsi
neurologis yang lebih baik

Singer, M., Deutschman, C. S., Seymour, C. W., Shankar-Hari, M., Annane, D., Bauer, M., & Hotchkiss, R. S. (2016). The third international consensus definitions for sepsis and
septic shock (sepsis-3). Jama, 315(8), 801-810.
Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
DIAGNOSIS
 Diagnosis klinis  Gejala Shock
(curah jantung meningkat degan
resistensi vaskular sistemik yang
rendah); demam/hipotermia,
takikardia, takipneu, tanda-tanda
vasodilatasi perifer
 Dikonfimasi dengan pemeriksaan
penunjang:
• Kultur darah
• Apusan darah gram
• Spesimen darah, urin, dan
cairan serebrospinal
• Kulrtur abses /lesi kulit
• Hitung sel darah, trombosit, ,
protrombin time, kadar
fibrinogen, serta D-dimer.
• Analisis Gas Darah
• Profil ginjal dan hati

LaRosa SP. Cleveland Clinic disease management project: Sepsis. [internet]. [updated 2013; cited 2017 September 11]. Available
from: http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/infectious-disease/sepsis/
Garna HH. Buku ajar divisi infeksi dan penyakit tropis Universitas Padjajaran. Jakarta: Sagung Seto. 2012
PENATALAKSANAAN
• Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for
Management of Severe Sepsis and Septic Shock 2012
Rangkaian Penyelamatan Sepsis

Harus dituntaskan dalam waktu 3 jam:

1) Mengukur kadar laktat


2) Memperoleh kultur darah untuk menentukan antibiotik
3) Memberikan antibiotik spektrum luas
4) Memberikan 30 mL/kg kristaloid untuk hipotensi atau laktat ≥4 mmol/L

Harus dituntaskan dalam waktu 6 jam:

1) Memberikan vassopressor (untuk hipotensi yang tida respon terhadap resusitasi cairan sebelumnya
2) Bila terjadi hipotensi arteri persisten meskipun sudah dilakukan resusitasi (syok septik) atau laktat
awal mencapai ≥4mmol/L (36 mg/dL)
 Ukur central venous pressure (CVP)*
 Ukur central venous oxygen saturation (Scvo2)*
1) Ukur ulang kadar laktat jika laktat awal meningkat

*Target untuk resusitasi kuantitatif pada guideline yaitu CVP ≥ 8mmHg, Scvo2 ≥70%, dan normalisasi
laktat

Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis
Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock.
2012
TERAPI
• 1) Terapi Antimikrobial Dini
Rekomendasi Surviving Sepsis 27 Campaign terkini adalah untuk
memberikan antibiotika dalam waktu 1 jam setelah terjadi diagnosis
sepsis. Pemberian antibiotika spektrum luas pada awalnya yang
disesuaikan dengan sumber infeksi potensial dan menurut pola
sensitivitas dan resistensi lokal rumah sakit.
• 2) Optimalisasi Hemodinamik Dini
EGDT merupakan suatu pendekatan algoritmik untuk optimalisasi yang
bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan antara sediaan dan
kebutuhan oksigen pada kasus-kasus sepsis berat atau syok sepsis pada
6 jam pertama rawat gawat darurat.

Esper AM, Martin GS. Extending international sepsis epidemiology: the impact of organ dysfunction. Crit Care 2009;13:120
Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign: results of an
international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septic Shock. 2012.
Silva E, Passos Rda H, Ferri MB, de Figueiredo LF. Sepsis: from bench to bedside. Clinics (Sao Paulo) 2008;63:109-20.
TERAPI
• 3) Pemantauan Hemodinamik
Optimalisasi hemodinamik dini memerlukan pemantauan tekanan vena sentral (CVP),
tekanan darah arterial dan SCVO2. SCVO2 dapat diukur secara intermiten dengan
sampel gas vena yang diambil dari saluran distal kateter vena sentral standar atau
secara kontinyu dengan menggunakan kateter vena sentral serat optik.

• 4) Terapi Volume
Terapi cairan intravena harus dimulai dengan bolus 500 cc secara cepat dan
berulang baik cairan kristaloid ataupun koloid sampai tercapai volume cairan
resusitasi 20-40 cc/kgBB, sehingga mencapai CVP 8-12 mmHg.
• 5) Obat-obatan Vasoaktif
Setelah target CVP dicapai, obat-obatan vasopresor diberikan bila pasien
tetap hipotensif (tekanan arterial rerata <65mmHg). Obat-obatan 
dopamin, fenilefrin, noradrenalin, dan vasopresin.

Esper AM, Martin GS. Extending international sepsis epidemiology: the impact of organ dysfunction. Crit Care 2009;13:120
Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign: results of an
international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septic Shock. 2012.
Silva E, Passos Rda H, Ferri MB, de Figueiredo LF. Sepsis: from bench to bedside. Clinics (Sao Paulo) 2008;63:109-20.
TERAPI
• 6) Pemberian Eritrosit
Kapasitas pembawa oksigen pasien dapat ditingkatkan dengan pemberian PRC untuk
mencapai hematokrit di atas 30%

• 7) Terapi Inotropik
Dukungan inotropik dengan dobutamin dapat memperbaiki depresi
miokardial, namun dapat juga memperlihatkan adanya hipovolemia
terselubung oleh karena cara kerjanya untuk meningkatkan kontraktilitas dan
menurunkan resistensi tekanan vaskular perifer.
• 8) Menurunkan Konsumsi Oksigen
Setelah target CVP dicapai, obat-obatan vasopresor diberikan bila pasien
tetap hipotensif (tekanan arterial rerata <65mmHg). Obat-obatan 
dopamin, fenilefrin, noradrenalin, dan vasopresin.

Esper AM, Martin GS. Extending international sepsis epidemiology: the impact of organ dysfunction. Crit Care 2009;13:120
Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign: results of
an international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septic Shock. 2012.
Silva E, Passos Rda H, Ferri MB, de Figueiredo LF. Sepsis: from bench to bedside. Clinics (Sao Paulo) 2008;63:109-20.
TERAPI
• 9) Strategi Tambahan
• 10) Terapi Steroid
• 11) Protein C Teraktivasi
Protein C merupakan antikoagulan endogen yang juga memiliki efek profibrinolitik, anti-inflamatorik,
anti-apoptosis dan dapat memperbaiki aliran mikrosirkulasi. Studi PROWESS (the Recombinant Human
Activated Protein C Worldwide Evaluation in Severe Sepsis)  pemberian r-APC (juga dikenal sebagai
drotecogin alfa activated atau Xigris) menurunkan mortalitas sepsis berat atau syok sepsis sebesar 6%
dibandin.gkan dengan plasebo.

• 12) Strategi Perlindungan Paru


Penting untuk memberikan ventilasi dengan volume tidal rendah pada saat
kerusakan paru atau ARDS terjadi.
• 13) Kendali Glikemik Ketat

Esper AM, Martin GS. Extending international sepsis epidemiology: the impact of organ dysfunction. Crit Care 2009;13:120
Levy, M. M., Dellinger, R. P., Townsend, S. R., Linde-Zwirble, W. T., Marshall, J. C., Bion, J., & Parker, M. M. (2010). The Surviving Sepsis Campaign: results of
an international guideline-based performance improvement program targeting severe sepsis. Intensive care medicine, 36(2), 222-231.
Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septic Shock. 2012.
Silva E, Passos Rda H, Ferri MB, de Figueiredo LF. Sepsis: from bench to bedside. Clinics (Sao Paulo) 2008;63:109-20.
KOMPLIKASI
 Cedera Paru Akut/ARDS
 Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
 Gagal jantung
 Gangguan fungsi hati biasanya ditandai sebagai
ikterus kolestatik
 Gagal ginjal hipoperfusi
 Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)

Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012
Prognosis
• Studi sebelumnya pada studi cohort,
mortality rate 24,4%. Usia dinyatakan
sebagai faktor resiko independen dengan
angka mortalitas 27,7%.
• Pada usia diatas 65 tahun, dibandingkan
dengan 17,7% pada usia dibawah 65 tahun.
Perbaikan angka survival pada sepsis
bergantung dengan fasilitas keperawatan
yang didapatkan dari rumah sakit.

LaRosa SP. Cleveland Clinic disease management project: Sepsis. [internet]. [updated 2013; cited
2017 September 11]. Available from:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/infectious-
disease/sepsis/

Anda mungkin juga menyukai