Anda di halaman 1dari 17

RANGKAIAN LISTRIK II

Disusun oleh :
Ari Cahya Sawindu 21060114060046

PSD III Teknik Elektro


Universitas Diponegoro
Semarang
Rangkaian R-L Paralel
Dalam rangkaian R-L parallel, tegangan rangkaian satu
dengan sumber, juga sama pula dengan beda potensial pada
resistansi dan induktansinya
IR

θ V

R
V
~ L
IL
I

Gambar 2. 17. rangkaian dan diagram phasor R-L parallel


Bila besarnya tegangan adalah V = VM sin ωt bila kita
tuliskan V = V <0°
Sesuai dengan hukum kirchoff arus maka didapat
I = IR + IL + V(G-jBL)
= G – jBL
Jadi besarnya admitansi dalam rangkaian R-L parallel
Y = G - jBL Sehingga : Y = G2 + B2L
Sedang besar sudut fuse antara arus dan tegangan
yang dipakai adalah :
Tan = = =

Dan = arc tan

Jadi besarnya admitansi dapat juga kita tuliskan :


Y = G2 + B2L < arc tan
Daya yang ada dalam rangkaian ini bisa diperoleh
dengan mengalikan antara arus dan tegangannya
I.V = V (IR + I L ) = V2 (G - jBL)
S = P – jQ
Dari gambar diagram phasor arus diatas (gambar
2.17), bila kita kalikan dengan V akan diperoleh
diagram phasor daya.
VI cos θ
P

θ
Q
S

VI sin θ
VI
Dari gambar diatas dapat diperoleh :
S = V.I , merupakan daya semu
P = S cos = V. I cos {watt}
Q = S sin = V. I sin {var}
Factor daya dapat diperoleh dengan
memperbandingkan daya aktif dengan daya semunya,
yaitu :
Cos = = = =
2.5.2. Rangkaian R – C Paralel
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, bahwa
tegangan dalam rangkaian adalah sama dengan beda
potensial pada resistansi atau kapasitansinya dan
besarnya sama dengan tegangan sumber yang
digunakan
IC
I I

IR
IC

R
θ
~ V
C

IR
V

Gambar 2.19. rangkaian dan diagram phasor R-C


parallel
Jumlah phasor arusnya adalah : I = IR + IC
Dari hukum ohm bisa kita peroleh : I = V . Y
Persamaan diatas dapat ditulis : V . Y = V . G + V.jBC
Jadi besarnya admitansi pada rangkaian R – C parallel
:
Y = G + j BC Y = G2 +BC2

Besarnya sudut fase adalah :


Tan = = = CR dan = arc tan CR
Dengan mengalirkan arus yang ada dalam rangkaian
dengan tegangannya akan didapat daya seperti berikut:

V . I = V . IR + V . IC dan S = P + jQ

Keterangan : S = V.I , merupakan daya semu


P = S cos = V.I cos , merupakan daya
Q = S sin = V.I cos , merupakan daya
VI sin θ V

I
S

VI cos θ

Gambar 2.20. diagram phasor dan segitiga dari R-C


parallel
2.6. Rangkaian Kompleks (Seri – Paralel)
Dalam menganalisa rangkaian yang lebih kompleks
dalam bentuk yang umum, kita perlu suatu hal yang
menyangkut impedansi dan admitansi bersama-sama.
Untuk itu kita akan menggunakan kata “immitasi”
yang berasal dari impedansi dan admitansi.
Untuk merumuskan langkah – langkah yang perlu
diambil dari berbagai macam soal, antara lain :
1. Ubahlah fungsi waktu kedalam bentuk phasor, dan
gantilah harga – harga setiap elemen menjadi
immitansi kompleks.
2. Kombinasikan immitansi seri atau paralel untuk
mendapatkan bentuk yang sederhana.
3. Tentukan penyeselaian yang diinginkan dalam
bentuk phasor, dan gunakan persamaan –
persamaan yang berhubungan.
4. Gambarlah diagram phasornya untuk mendapatkan
atau memeriksa perhitungan dan untuk
menunjukkan akibatnya atau kesimpulannya.
5. Ubahlah bentuk phasor menjadi fungsi waktu bila
hal tersebut diinginkan.
Contoh soal dan penyelesaian

Rangkaian yang berupa R, C dan L dihubungkan


dengan sumber tegangan V = 14,4 cos 1000t. Tentukan
arus I (t) dan arus pada tiap cabangnya !

20 3mH 4 2mH
V1
10<0 200 F

1
Penyelesaian :
V (t) dalam bentuk phasor adalah V = 10 < 0° Volt
ZL1 = j L1 = j 1000.310-3 = j 3
ZL2 = j L3 = j 1000.2 10-3 = j 2
YC = j C = j 1000.200 10-6 = j 0,2 Mho
ZC = = -j5
Admitansi dalam cabang Y3, digunakan Y =
Y3 = × = 0,2 – j 0,1 Mho
Konduktansi adalah 0,2 Mho dan suseptansinya 0,1
Mho untuk cabang Y2 :
Y2 = × = = 0,0384 + j 0,192.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai