Anda di halaman 1dari 41

KET (Kehamilan Ektopik

Terganggu)
BAB 1
PENDAHULUAN
 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala
akut abdomen. Kondisi ini merupakan kondisi yang
gawat yang bila lambat ditangani akan berakibat
fatal bagi penderita. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan salah satu penyebab utama mortalitas
ibu, khususnya pada trimester.

 Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke


tahun cenderung meningkat. Di Indonesia, laporan
dari rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun
1987 ialah 153 diantara 4007 persalinan atau 1
diantara 26 persalinan

1
 Gambaran klinis KET ditandai oleh trias klasik yaitu amenore,
nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam. Namun
kadang-kadang gambaran klinis KET tidak khas, sehingga
menyulitkan diagnosa. Yang perlu diingat adalah bahwa
setiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan telat
haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah perlu
dipikirkan kemungkinan terjadinya KET.1

 Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, penderita KET


telah dapat ditangani secara adekuat, sehingga mengurangi
angka kematian karena komplikasi penyakit tersebut.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana
pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak
menempel pada dinding endometrium kavum
uteri.1

 Sedangkan yang disebut kehamilan ektopik


terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus rupture pada dinding tuba.2

5
Faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu diantaranya :

1. Faktor tuba
2. Faktor abnormalitas dari zigot
3. Faktor ovarium
4. Faktor hormonal
5. Riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya

6
KLASIFIKASI
3. Ovarium
1. Tuba fallopii (95%)
4. Intraligamenter
a. Pars Intertisialis (2%)
5. Jaringan parut Caesar
b. Isthmus (25%)
6. Kombinasi kehamilan dalam
c. Ampula (55%)
dan luar uterus (heterotopik)
d. Infundibulum
7. Kehamilan ektopik bilateral1
e. Fimbrae (17%)

8. Abdominal
2. Uterus
a. Primer
a. Kanalis servikalis
b. Sekunder ( dari
b. Divertikulum
kehamilan tuba yang
c. Kornu
abortus yang reimplantasi
d. Tanduk Rudimenter
di kavum abdomen)

7
8
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia kejadian nya sekitar 5-6 per seribu kehamilan.


Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan rata-rata umur 30
tahun. Lebih dari 60 % kehamilan ektopik terjadi pada
wanita dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah
dengan prevalensi gonore dan tuberkulosa yang tinggi.

Di Indonesia, laporan dari Rumah Sakit Dr. Cipto


Mangunkusumo Jakarta, angka kejadian kehamilan ektopik
pada tahun 1987 ialah 153 diantara 4007 persalinan atau 1
diantara 26 persalinan.

9
Patologi

a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat


mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi
reabsorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak
mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk
beberapa hari.

b. Abortus kedalam lumen tuba


Perdarahan disebabkan pembukaan pembuluh2 darah
Melepaskan mudigah dikeluarkan dalam luben tuba
Di dorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis

9
Patologi

c. Ruptur tuba

Telurmenembus epitel dan berimplantasi interkolumner


(lipatan selaput lendir)ke dalam lapisan otot tuba
kehamilan pecahrongga peritoneum

9
Gambaran klinik

1. Nyeri tekan abdomen dan pelvis


2. Perdarahan Pervaginam
3. Amenore
4. Perubahan uterus
5. Hipotensi dan takikardi
6. Syok
7. Pada pemeriksaan vagina akan didapatkan :
 Rasa nyeri saat adanya usaha menggerakkan
serviks uteri yang disebut dengan nyeri goyang +
atau slinger sign.
 Kavum douglas menonjol dan nyeri dengan
perabaan olehkarena terisi oleh darah
 Pada abortus tuba teraba suatu tumor disamping
uterus dengan ukuran bervariasi1,2,5

9
Diagnosis Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda syok : tekanan darah
menurun (sistolik < 90 mmHg), nadi
cepat dan lemah (> 110 kali
permenit), pucat, berkeringat
Anamnesis dingin, kulit yang lembab, nafas
Pada anamnesis biasanya cepat (> 30 kali permenit), cemas,
didapatkan trias KET klasik kesadaran berkurang atau tidak
yaitu: amenorea, nyeri perut sadar.
yang biasanya bersifat  Gejala akut abdomen : perut
unilateral serta perdarahan tegang pada bagian bawah, nyeri
pervaginam. Gejala tak tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas
spesifik lainnya seperti dari dinding perut.
perasaan enek, muntah dan  Pemeriksaan ginekologi: biasanya
rasa tegang pada payudara didapatkan servik teraba lunak,
serta kadang-kadang nyeri tekan dan nyeri goyang,
gangguan defekasi. korpus uteri normal atau sedikit
membesar, kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen
yang hebat, kavum Douglas
menonjol oleh karena terisi darah.

9
Diagnosis
HCG-ß
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara
kehamilan intrauterine dengan kehamilan ektopik

Dilatasi dan kuretase


Dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup
lama tanpa menemukan kelainan yang nyata di samping uterus

Kuldosintesis
Laparoskopi Ultrasonografi

9
Diagnosis
f. Tes oksitosin
g. Foto Rontgen
h. Histerosalpingografi
i. Pemeriksaan labolatorium
 Haemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht)
dilakukan serial dengan jarak 1 jam berturut-
turut . Penurunan Hb dan Ht dapat
mendukung diagnosis Kehamilan ektopik
terganggu.
 Hitung jumlah leukosit untuk membedakan
dari infeksi pelvic

9
Diagnosis differensial

1. Infeksi Pelvis
2. Abortus immines/ Abortus
inkomplit
3. Tumor/ Kista Ovarium
4. Appendisitis

9
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal harus
diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:
 Kondisi penderita saat itu
 Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
 Lokasi kehamilan ektopik
 Kondisi anatomic organ pelvic
 Kemampuan teknik bedah mikro dokter operator
 Kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan


salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan
pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi
penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok lebih baik
salpingektomi.1

9
prognosa

Kematian pada kehamilan ektopik terganggu


cenderung turun dengan diagnose dini dan
persediaan darah yang cukup. Angka kehamilan
ektopik berulang dilaporkan antara 0%-14,6%.

9
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. JH
Usia : 29 Tahun
MR : 327457
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bahyangkara GG keluarga No 14 A LK
XII
Pendidikan : S1
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Identitas Pasien
Nama : Tn. SM
Umur : 29 thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bahyangkara GG keluarga No 14 A LK
XII

11
ANAMNESIS
Seorang Pasien Perempuan usia 29 tahun masuk IGD RSU Haji
Medan pada tanggal 10 Desember 2018 pukul 12.00 WIB kiriman
dari Klinik dengan Diagnosa G1P0A0H0 Gravid 6-7 minggu +
Suspek KET.

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama : Nyeri Perut
Telaah : Pasien datang ke RSU haji medan
keluhan nyeri perut sejak 10 hari yang lalu dan memberat 6 jam
yg lalu. Nyeri dirasakan di perut bagian bawah kanan,
mendadak, dirasakan seperti tertusuk dan terjadi terus menerus.
Nyeri tidak menghilang meskipun os mengganti posisi tubuhnya
dan mengakibatkan os susah berjalan. Keluhan nyeri seperti ini
belum pernah dirasakan sebelumnya. Os juga mengeluh keluar
flek-flek darah lewat kemaluannya sejak malam hari (09
Desember 2018), sedikit-sedikit, berwarna kecoklatan.

11
Os juga mengeluh merasa lemas sejak kemarin malam hingga
os tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Os mengeluh mual
dan muntah 1x sebanyak ± ½ gelas berupa apa yang
dimakan. Keluhan mual-mual ringan tanpa disertai muntah
juga dirasakan oleh os sejak awal kehamilannya, keluhan ini
terutama dirasakan di pagi hari, Tidak ada keluhan BAK dan
BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya,
radang panggul disangkal. Tidak ada riwayat penyakit jantung,
Hipertensi dan DM.

Riwayat penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat DM,
hipertensi, penyakit jantung, serta tidak pernah ada anggota
keluarga yang pernah mengeluhkan penyakit yang sama
dengan pasien.

11
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan
Kebiasaan.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal serumah
dengan suami, kehidupan ekonomi cukup, tidak merokok
dan tidak mengonsumsi minuman keras serta obat-obat
terlarang.

Riwayat perkawinan
Status perkawinan : kawin
Berapa kali : 1 kali, lamanya 2 bulan
Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Lama Haid : 5 hari
Siklus Haid : 30 hari
Banyak darah : 2-3 kali ganti dut/hari
Dysmenorrhea :-
HPHT : 22 Oktober 2018
Hamil kembar :-

11
Riwayat kehamilan/Abortus/persalinan: 1/0/0

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Jenis
Tahun Umur Penol Penyu JK/
No persalina Ket
partus kehamilan ong lit BB
n
Kehamilan
1
Ini

Riwayat penggunaan kontrasepsi (-)

Gizi dan kebiasaan


Nafsu makan : baik
Merokok :-
Alkohol :-
Kebiasaan makan obat :-
11
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sensorium : CM
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas : 22 kali/menit
Suhu : 37,0oC
Edema : -/-
Anemia : -/-

STATUS GENERALISATA

Kepala :normochepal, tidak ada kelainan


Rambut :hitam, tidak mudah dicabut
Mata :konjungtiva anemis (-)/(-), sklera
ikterik (-)/(-).
Telinga :tidak ditemukan kelainan
11
Hidung :tidak ditemukan kelainan
Tenggorok : tidak ditemukan kelainan
Gigi dan Mulut : Karies (-)
Leher :KGB tidak teraba, JVP tidak
meningkat

Thoraks
Paru: Inspeksi :normochest, gerakan paru simetris
kiri = kanan
Palpasi :fremitus kiri = kanan
Perkusi :sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi :vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung: Inspeksi :Iktus cordis tidak terlihat


Palpasi :Iktus cordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung dalam batas
normal
11
Abdomen: Inspeksi : perut tegang
Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri lepas (+)
Perkusi : sulit ditentukan
Auskultasi : sulit ditentukan

Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-/-)

STATUS OBSTETRI
PEMERIKSAAN LUAR
Abdomen simetris, fundus uteri tidak teraba, Labia
mayora minora simetris, pembengkakan kelenjar
bartolini (-), nyeri tekan perut bagian bawah kanan(+).
PEMERIKSAAN INSPEKULO
Portio : nyeri goyang portio (+)
OUE : tertutup
Fluksus : (+) darah
11
Flour : (-)
Erosi : (-)
Laserasi : (-)
Polip : (-)
Cav.douglas : (+)

DIAGNOSIS BANDING:
• KET pada G1P0A0H1, gravid 6-7 minggu.
• Apendisitis
• Abortus

11
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Darah Rutin

Darah Rutin
Hb 11,9 g/dL 11,7- 15,5
Hitung Eritrosit *3,7/µL 3.8 – 5.2
Leukosit 8,460 /µL 4.000 – 11.000
Hematokrit 33,9% 35 – 47
Trombosit 253.000 /µL 150.000 – 440.000
Index Eritrosit
MCV 90,7fL 80 – 100
MCH 32,0 pg 26 – 34
MCHC 35,3 % 32 – 36

11
Hitung Jenis Leukosit
0% 1–3
Eosinofil
0% 0–1
Basofil 0% 2–6

N.Stab 82% 53.– 75


14% 20 – 45
N.Seg
4% 4– 8
Limfosit

Monosit
115 mg/dL <140
Glukosa Darah

11
USG
Keterangan :
• Uterus dan servik normal
• Terdapat massa di adnexa
• Terdapat fluid di cavum douglas
Kesan : KET

DIAGNOSA KERJA
KET pada G1P0A0H1, gravid 6-7 minggu.

PENATALAKSANAAN
Suportif
Oksigen BC 3 L/m
Akses vena IVFD RL 20 gtt/m
Monitoring
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital
11
MEDIKAMENTOSA
• Ceftriaxon 2x1 g
• Rencana Laparoskopi

Komunikasi Informasi & Edukasi


• Memberitahu pasien dan suami tentang kondisi
pasien termasuk diagnosa, tentang rencana
tindakan segera, beserta manfaat dan resiko dari
tindakan yang akan dilakukan.

PEMERIKSAAN PRE OPERASI


• Informed concern
• Surat izin operasi
• Konsul dokter anestesi dan persiapan anestesi,
IVFD terpasang abocath no 18
• Pasien tidak makan dan minum 6 jam sebelum
jadwal operasi
11
PERIHAL PERSALINAN
LAPORAN OPERASI LAPARATOMI

Operator : dr. H. Muslich Perangin-Angin, Sp.OG


Tanggal : 10 Desember 2018
Jam : 13.30 WIB

 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan


kateter terpsang dengan baik, dilakukan anestesi
spinal dan dilakukan tindakan septic dan antiseptic
dengan betadine dan alcohol 70%, lalu ditutupi
dengan duk steril kecuali lapangan operasi.
 Dilakukan insisi mediana, setelah peritoneum dibuka
tampak darah dan bekuan darah di kavum
abdomen
 Dilakukan eksplorasi lebih lanjut didapatkan tuba
bentuk dan ukuran normal.

11
 Tuba kiri, ovarium kanan dan ovarium kiri dalam batas
normal.
 Pada tuba kiri pars ampularis didapatkan jaringan
compang camping
 Dilakukan fimbraektomi dekstra, abdomen dicuci
dengan NaCl 1000 cc. Diyakini tidak ada
perdarahan, alat dan kassa lengkap
 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis mulai dari
peritoneum, otot, facia, sub kutis dan kutis
 Luka operasi ditutup dengan supratule dan kassa
steril
 Operasi selesai

INTRUKSI POST-OP
• Observasi tanda vital, perdarahan, nyeri abdomen
• Lakukan pemeriksaan darah rutin post operasi, 1 jam
pertama tiap 15 menit, 1 jam kedua tiap 30 menit.
11
Medikamentosa:
• IVFD RL
• Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
• Inj gentamerk 80mg/12 jam
• Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam
• Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
• Inj metronidazole I amp/12 jam

11
FOLLOW UP POST-OP
( Tanggal 10 Desember 2018)
S : Perut kembung dan nyeri pada bekas operasi
O : SP : Sens : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHG
HR : 104 x/i
RR : 24 x/i
T : 37,0 °C
SL : Abdomen : peristaltik (+)
V/U : Tenang, perdarahan aktif (-)
Extremitas : Akral hangat +/+, oedem -/-
Flatus : (-)
BAK : (+) Via kateter
BAB : (-)
A: Post laparatomi a/i KET
P:
• IVFD RL 20 gtt/menit
• Inj Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
• Inj gentamerk 80mg/12 jam
• Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam
• Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
• Inj metronidazole I amp/12 jam

11
FOLLOW UP POST-OP ( Tanggal 11 Desember 2018)
S : Nyeri pada bekas operasi
O : SP : Sens : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHG
HR : 90 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 °C
SL : Abdomen : peristaltik (+)
V/U : Tenang, perdarahan aktif (-)
Extremitas : Akral hangat +/+, oedem -/-
Flatus : (+)
BAK : (+) Via kateter
BAB : (+)
A: Post laparatomi a/i KET
P:
• IVFD RL 20 gtt/menit
• Inj Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
• Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam
• Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
11
FOLLOW UP POST-OP ( Tanggal 12 Desember 2018)
S : Tidak ada keluhan
O : SP : Sens : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHG
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 °C
SL : Abdomen : peristaltik (+)
V/U : Tenang, perdarahan aktif (-)
Extremitas : Akral hangat +/+, oedem -/-
Flatus : (+)
BAK : (+) Via kateter
BAB : (+)
A: Post laparatomi a/i KET
P:
• IVFD RL 20 gtt/menit
• Inj Inj Cefotaxim 1 gr/ 8 jam
• Inj Ketorolac 30 mg/ 8 jam
• Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam
11
FOLLOW UP POST-OP ( Tanggal 13 Desember 2018)
S : Tidak ada keluhan
O : SP : Sens : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHG
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,5 °C
SL : Abdomen : peristaltik (+)
V/U : Tenang, perdarahan aktif (-)
Extremitas : Akral hangat +/+, oedem -/-
Flatus : (+)
BAK : (+) Via kateter
BAB : (+)
A: Post laparatomi a/i KET
P:
• tab Cefotaxim
• tab asam mefenamat 3x1
• tab Neurodex 2 x 1
• tab antasida
• Dulcolax
R : AFF Kateter
AFF infuse
PBJ
11
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai