Anda di halaman 1dari 89

Pokok Pembahasan

1 2 3 4

Perencanaan Penganggaran Pelaksanaan Pelaporan,


Pembangunan Desa Keuangan Desa Pengelolaan Keuangan pertanggungjawaban
(RPJM. RKP) Desa dan pengawasan
pengelolaan keuangan
desa
Perencanaan Pembangunan Desa

Perencanaan Desa merupakan tahapan awal yang harus dan wajib dilakukan oleh pemerintah Desa
sebagai acuan dalam membangun Desa, Rencana Pembangunan Desa harus diselaraskan dengan
visi dan misi Kepala Desa terpilih.
“UU Nomor 6 Tahun 2014 Tantang Desa” (pengawasan, pelaksanaan dan pemantauan)
Perencanan Desa merupakan Proses Tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
dengan melibatkan Badan permusyawaratan Desa dan Unsur Masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
desa.
Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 113
Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

• Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa.
Kemudian Sekretaris Desa menyampaikan kepada Kepala Desa.
• Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan Kepala Desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih lanjut.
• Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatan tersebut paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan.
• Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama, kemudian
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling
lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain.
• Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 hari kerja sejak
diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja
Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan
sendirinya.
Mekanisme perencanaan menurut Permendagri
No 113 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

• Jika kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
• Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
maka kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
• Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota
membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.
• Pembatalan Peraturan Desa, sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran
sebelumnya. Dalam hal pembatalan, Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap
operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.
• Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 hari kerja setelah
pembatalan dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.
Tujuan Perencanaan Pembangunan
Lorem ipsum dolor sit amet, alii aliquip ei vel
Desa:
Pedoman Penyusunan RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Desa,
RKP (Rencana Kerja Pemerintah Desa).

Mencerminkan
keberpihakan negara
Memperkuat hak dan terhadap hak-hak desa
kewenangan serta untuk meningkatkan
mengoptimalkan sumber- 2 3
kesejahteraan masyarakat.
sumber kekayaan desa.
Prinsip-prinsip perencanaan Pembangunan
Desa:
Penggalian informasi desa
Berorientasi pada tujuan dengan sumber utama dari
praktis dan strategis, masyarakat desa,

1 2 3 4

Belajar dari pengalaman Keberlanjutan,


dan menghargai
perbedaan,
Prinsip-prinsip perencanaan Pembangunan
Desa:

6 9
8
5
Keterbukaan dan
Pemberdayaan dan pertanggungjawaban.
kaderisasi, 7
Keswadayaan,
Partisipatif dan
demokratis,
Berbasis kekuatan,
Sistem Perencanaan Pembangunan
Desa

UU No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional ditegaskan bahwa
Rencana Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan parstisipasi dan aspirasi masyarakat
dalam pembangunan dalam kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang
ditetapkan oleh legeslatif) maupun kepentingan kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan
yang dirumuskan oleh birokrasi).
Penyusunan RPJM Desa

Penyusunan RPJM Desa dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:


1. pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
2. penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota;
3. pengkajian keadaan Desa;
4. penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
5. penyusunan rancangan RPJM Desa;
6. penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
Desa;
7. penetapan RPJM Desa
Penyusunan RPJM Desa

Tim penyusun RPJM Desa dibentuk oleh Kepala Desa yang terdiri dari:
1. kepala Desa selaku pembina;
2. sekretaris Desa selaku ketua;
3. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris;
4. anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya. Jumlah tim paling sedikit 7
(tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang mengikutsertakan perempuan yang kemudian
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Penyusunan RPJM Desa

Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:


1. penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota;
2. pengkajian keadaan Desa;
3. penyusunan rancangan RPJM Desa;
4. penyempurnaan rancangan RPJM Desa.
Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya meliputi:
1. rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
2. rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
3. rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
4. rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota;
5. rencana pembangunan kawasan perdesaan.
Penyusunan RPJM Desa

Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Pengkajian keadaan Desa meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1. penyelarasan data Desa;
2. penggalian gagasan masyarakat;
3. penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Penyusunan RPJM Desa
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa. Penyelarasan data Desa dilakukan melalui
kegiatan:
1. pengambilan data dari dokumen data Desa meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya pembangunan, dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa.;
2. pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini

Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil pengkajian keadaan Desa yang kemudian
dituangkan dalam berita acara dengan dilampiri dokumen:
● data Desa yang sudah diselaraskan;
● data rencana program pembangunan kabupaten/kota yang akan masuk ke Desa;
● data rencana program pembangunan kawasan perdesaan; dan
● rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan Desa dari dusun dan/atau kelompok
masyarakat.
Penyusunan RPJM Desa
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa yang dilaksanakan terhitung sejak diterimanya laporan dari kepala
Desa. Musyawarah Desa membahas dan menyepakati sebagai berikut:
1. laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
2. rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala Desa; dan
3. rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang
dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Diskusi kelompok secara terarah
membahas sebagai berikut:
1. laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
2. prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;
3. sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa; dan
4. rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat Desa, unsur
masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Penyusunan RPJM Desa

Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa,
serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa antara lain:
1. penetapan dan penegasan batas Desa;
2. pendataan Desa;
3. penyusunan tata ruang Desa;
4. penyelenggaraan musyawarah Desa;
5. pengelolaan informasi Desa;
6. penyelenggaraan perencanaan Desa;
7. penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan Desa;
8. penyelenggaraan kerjasama antar Desa;
9. pembangunan sarana dan prasarana kantor Desa;
10.kegiatan lainnya sesuai kondisi Desa.
11.
Penyusunan RPJM Desa
Bidang pelaksanaan pembangunan Desa antara lain:
1. pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan lingkungan Desa
2. pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan
3. pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan
kebudayaan
4. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana ekonomi
5. pelestarian lingkungan hidup
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan antara lain:
1. pembinaan lembaga kemasyarakatan;
2. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
3. pembinaan kerukunan umat beragama;
4. pengadaan sarana dan prasarana olah raga;
5. pembinaan lembaga adat;
6. pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat; dan
7. kegiatan lain sesuai kondisi Desa.
Penyusunan RPJM Desa

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan
RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa. Kepala
Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa. Rancangan peraturan Desa tentang
RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:


1. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan
sosial yang berkepanjangan; atau
2. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.
Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah perencanaan pembangunan
Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.
Penyusunan RKP Desa

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun sesuai
dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan
rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. Penyusunan RKP
Desa dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
1. penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
2. pembentukan tim penyusun RKP Desa;
3. pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke Desa
4. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
5. penyusunan rancangan RKP Desa;
6. penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
7. penetapan RKP Desa;
8. perubahan RKP Desa; dan
9. pengajuan daftar usulan RKP Desa.
Penyusunan RKP Desa

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa paling lambat bulan Juni tahun
berjalan.
Musyawarah Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
2. menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
3. membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota. Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara. Berita acara tersebut menjadi
pedoman kepala Desa dalam menyusun RKP Desa.
Penyusunan RKP Desa

Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa yang terdiri dari:
kepala Desa selaku pembina, sekretaris Desa selaku ketua, ketua lembaga pemberdayaan
masyarakat sebagai sekretaris, anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan mengikutsertakan
perempuan. Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun
berjalan. Tim penyusun RKP Desa ditetapkan dengan keputusan kepala Desa
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
2. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
3. penyusunan rancangan RKP Desa; dan
4. penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.
Penyusunan RKP Desa

Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang:


1. pagu indikatif Desa; dan
2. rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang masuk ke Desa.
Data dan informasi kepala Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun
berjalan.
1. Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa
2. rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;
3. rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
4. rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
Penyusunan RKP Desa

Tim penyusun RKP Desa juga melakukan penyelarasan rencana program/kegiatan yang
masuk ke Desa yang meliputi:
1. rencana kerja pemerintah kabupaten/kota;
2. rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;
3. hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota.
Penyusunan RKP Desa

Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan
Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM
Desa. Hasil pencermatan, menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun
rancangan RKP Desa. Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
1. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
2. pagu indikatif Desa;
3. pendapatan asli Desa;
4. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
5. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
6. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
7. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
8. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Penyusunan RKP Desa

Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan Desa sesuai jenis
rencana kegiatan. Pelaksana kegiatan sekurang-kurangnya meliputi: ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota pelaksana. Pelaksana kegiatan mengikutsertakan perempuan.
Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
1. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
2. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa;
3. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja sama antar-
Desa dan pihak ketiga;
4. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa sebagai
kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota;
5. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau unsur
masyarakat Desa.
6.
Penyusunan RKP Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang


diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Rancangan RKP Desa memuat
rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Rancangan RKP Desa berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:
1. pagu indikatif Desa;
2. pendapatan asli Desa;
3. swadaya masyarakat Desa;
4. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
5. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
Penyusunan RKP Desa

Prioritas, program dan kegiatan dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan


masyarakat Desa yang meliputi:
1. peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan Desa;
2. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
3. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan
teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;
4. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
5. pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi;
6. pendayagunaan sumber daya alam;
7. pelestarian adat istiadat dan sosial budaya Desa;
8. peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan
kebutuhan masyarakat Desa; dan
9. peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan Desa.
Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita
acara.
Penyusunan RKP Desa

Rancangan peraturan Desa tentang RKP Desa dibahas dan disepakati bersama oleh
kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan
Desa tentang RKP Desa.
RKP Desa dapat diubah dalam hal:

1. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

2. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah


provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Penyusunan RKP Desa
Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan terjadi peristiwa khusus, kepala Desa
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai kewenangan terkait dengan
kejadian khusus;
2. mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak terjadinya
peristiwa khusus;
3. menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
4. menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan perubahan mendasar atas kebijakan, kepala
Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. mengumpulkan dokumen perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
2. mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak terjadinya
perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota;
3. menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
4. menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Penyusunan RKP Desa
PROSES PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun;
dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah
Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
ditetapkan dengan Peraturan Desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun
oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan
PROSES PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama tersebut
kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan
lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan
hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan
hasil evaluasi dalam batas waktu maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
PENYUSUNAN APB DESA

APB Desa,terdiri atas Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan Desa.
Pendapatan Desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Belanja Desa
diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis. Pembiayaan diklasifikasikan
menurut kelompok dan jenis.
PENYUSUNAN APB DESA
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan
hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Pendapatan Desa terdiri atas kelompok:
1. Pendapatan Asli Desa (PA Desa)
Kelompok PA Desa, terdiri atas jenis:
• Hasil usaha, antara lain hasil Bumdes, tanah kas desa
• Hasil asset, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan
irigasi
• Swadaya, partisipasi dan Gotong royong, adalah membangun dengan kekuatan sendiri yang
melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang
• Lain-lain pendapatan asli desa, antara lain hasil pungutan desa.
PENYUSUNAN APB DESA
Pendapatan Desa terdiri atas kelompok:
2. Transfer
Kelompok transfer terdiri atas jenis:
• Dana Desa
• Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah
• Alokasi Dana Desa (ADD
• Bantuan Keuangan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat bersifat umum dan
khusus. Bantuan Keuangan bersifat khusus dikelola dalam APBDesa tetapi tidak diterapkan
dalam ketentuan penggunaan paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dan paling banyak
30% (tiga puluh perseratus).
PENYUSUNAN APB DESA

3. Pendapatan Lain-Lain.
Kelompok pendapatan lain-lain terdiri atas jenis: a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga
yang tidak mengikat; dan b. Lain-lain pendapatan Desa yang sah. Hibah dan sumbangan dari
pihak ketiga yang tidak mengikat adalah pemberian berupa uang dari pihak ke tiga. Lain-lain
pendapatan Desa yang sah antara lain pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak
ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
PENYUSUNAN APB DESA

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban
desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan
kewenangan Desa. Klasifikasi Belanja Desa terdiri atas kelompok:
a. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. Pelaksanaan Pembangunan Desa
c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa;
d. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan
e. Belanja Tak Terduga.
PENYUSUNAN APB DESA

Kelompok belanja dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan Desa yang telah
dituangkan dalam RKPDesa. Kegiatan terdiri atas jenis belanja :
a. Pegawai;
b. Barang dan Jasa; dan
c. Modal. Jenis belanja pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan
tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD.
PENYUSUNAN APB DESA

Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang


yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan. Belanja barang/jasa antara lain:
a. alat tulis kantor; j. perjalanan dinas
b. benda pos; k. upah kerja
c. bahan/material; l. honorarium narasumber/ahli;
d. pemeliharaan; m. operasional Pemerintah Desa;
e. cetak/penggandaan n. operasional BPD;
f. sewa kantor desa; o. insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga;
g. sewa perlengkapan dan peralatan kantor; dan
h. makanan dan minuman rapat; p. pemberian barang pada
i. pakaian dinas dan atributnya; masyarakat/kelompok masyarakat.
PENYUSUNAN APB DESA

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Desa terdiri atas kelompok:
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan mencakup:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya;
b. Pencairan Dana Cadangan; dan
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
SiLPA antara lain pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan
belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan penerimaan pembiayaan yang
digunakan untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi
belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
PENYUSUNAN APB DESA

Pemerintah Desa dapat membentuk dana untuk mendanai kegiatan yang penyediaan dananya
tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana
cadangan ditetapkan dengan peraturan desa. Peraturan desa tersebut paling sedikit memuat:
a. penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;
b. program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan;
c. besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan;
d. sumber dana cadangan; dan
e. tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
Proses Penyusunan APB Desa

Proses penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut:


1. Pelaksana Kegiatan menyampaian usulan anggaran kegiatan kepada Sekretaris Desa
berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan;
2. Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB Desa) dan
menyampaikan kepada Kepala Desa;
3. Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas
dan disepakati bersama.
4. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama sebagaimana
selanjutnya disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan
lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi;
5. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.
Proses Penyusunan APB Desa

Apabil hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa,
Bupati/Walikotamembatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran sebelumnya;
• Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun
anggaran berjalan.
Proses Penyusunan APB Desa
Flowchart dan jadwal waktu penyusunan APB Desa dapat dilihat dalam
gambar berikut:
Proses Penyusunan APB Desa
Jadwal waktu penyusunan APB Desa digambarkan sebagai berikut:
Struktur APB Desa
APB Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang disetujui oleh Badan
Permusyawaratan Desa. APB Desa terdiri atas Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan Pembiayaan
Desa.

Berikut disajikan format APB Desa:


Struktur APB Desa
1. Pendapatan Desa

Pendapatan desa terdiri sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:


Pendapatan Asli Daerah;
1. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa);
2. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
3. Alokasi Dana Desa;
4. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;
5. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga;
6. Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah.
Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Desa (PADesa)
2. Transfer
3. Pendapatan Lain-Lain
Struktur APB Desa
Aliran Masuk Keuangan Desa
Struktur APB Desa
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)

Kelompok PADesa terdiri atas jenis:


1) Hasil Usaha, misalnya hasil BUM Desa, tanah kas desa.
2) Hasil Aset, misalnya tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum dan
jaringan irigasi.
3) Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong misalnya adalah membangun dengan
kekuatan sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang
yang dinilai dengan uang.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Desa, antara lain hasil pungutan desa
Struktur APB Desa
b. Pendapatan Transfer Desa

Kelompok Transfer terdiri atas jenis:


1. Dana Desa;
2. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;
3. Alokasi Dana Desa (ADD);
4. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi;
5. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
Struktur APB Desa
1) Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa
secara nasional dalam APBN setiap tahun.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2015 Anggaran yang bersumber dari APBN
dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan alokasi
dasar dan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota.
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
1) Dana Desa

Tingkat kesulitan geografis ditunjukkan oleh Indeks Kesulitan Geografis Desa yang ditentukan
oleh faktor yang terdiri atas ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondisi infrastruktur; dan
aksesibilitas transportasi.
Penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan
ketentuan:
• Tahap I bulan April sebesar 40%.
• Tahap II bulan Agustus sebesar 40%.
• Tahap III bulan Oktober sebesar 20%.
Penyaluran dana setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua. Selanjutnya
disalurkan paling lama 14 hari kerja setelah diterima kas daerah.
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
2) Alokasi Dana Desa

Pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang wajib


mengalokasikan ADD dalam APBD kabupaten/kota setiap tahun anggaran. Alokasi Dana
Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota paling sedikit 10% setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Tata Cara pengalokasian ADD ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri.
Pengalokasian ADD kepada setiap desanya mempertimbangkan:
• Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.
• Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan
geografis desa.
• Penyaluran ADD ke desa dilakukan secara bertahap.
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
3) Bagi Hasil Pajak dan Retribusi

Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi


Daerah Kabupaten/Kota kepada desa paling sedikit 10% dari Realisasi Penerimaan Hasil
Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota.
Pengalokasian Bagian Dari Hasil Pajak dan Retribusi kepada desa tersebut ditetapkan
dalam Peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan:
• 60% dibagi secara merata kepada seluruh desa.
• 40% dibagi secara proporsional real isasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari
desa masing-masing.
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
4) Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota

Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dapat memberikan Bantuan Keuangan yang


bersumber dari APBD provinsi/kabupaten/kota kepada desa sesuai dengan kemampuan
keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk
percepatan pembangunan desa.
Bantuan keuangan tersebut dapat bersifat umum dan khusus.
1. Bantuan Keuangan yang bersifat khusus
2. Bantuan keuangan yang bersifat umum
Kelompok Transfer terdiri atas jenis:
5) Lain-Lain Pendapatan Desa Yang Sah

Kelompok Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah berupa Hibah dan Sumbangan dari
pihak ketiga yang tidak mengikat berupa pemberian berupa uang dari pihak ke tiga, hasi l
kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di desa.
Struktur APB Desa
2. Belanja Desa

Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai
penyelenggaraan kewenangan desa.
Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal 100 PP Nomor 47 Tahun
2015 digunakan dengan ketentuan:
1. Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
2. Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk:
● Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa;
● Operasional pemerintah desa;
● Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa;
● Insentif Rukun Tetangga dan Rukun Warga yaitu bantuan kelembagaan yang digunakan untuk
operasional RT dan RW.
Struktur APB Desa

a. Kelompok Belanja
Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan, dan jenis.
Klasifikasi Belanja Desa menurut kelompok terdiri dari:
Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa;
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa;
Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan
Bidang Belanja Tak Terduga
Struktur APB Desa

Rincian Bidang dan Kegiatan berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, diuraikan sebagai berikut:
1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, antara lain:
• Penetapan dan penegasan batas desa;
• Pendataan desa;
• Penyusunan tata ruang desa;
• Penyelenggaraan musyawarah desa;
• Pengelolaan informasi desa;
• Penyelenggaraan perencanaan desa;
• Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa;
• Penyelenggaraan kerjasama antar desa;
• Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa;
• Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
Struktur APB Desa

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, antara lain:


• Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan lingkungan desa
• Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan
• Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan
kebudayaan
• Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
• Pelestarian lingkungan hidup
Struktur APB Desa

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa antara lain:


• Pembinaan lembaga kemasyarakatan;
• Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
• Pembinaan kerukunan umat beragama;
• Pengadaan sarana dan prasarana olah raga;
• Pembinaan lembaga adat;
• Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat; dan
• Kegiatan lain sesuai kondisi desa.
Struktur APB Desa

4) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa antara lain:


• Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan perdagangan;
• Pelatihan teknologi tepat guna;
• Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala desa, perangkat desa, dan Badan
Pemusyawaratan Desa;
• Peningkatan kapasitas masyarakat,
Struktur APB Desa

5) Bidang Belanja Tak Terduga


Keadaan Luar Biasa (KLB) merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang dan/atau mendesak antara lain dikarenakan bencana alam, sosial,
kerusakan sarana dan prasarana
Struktur APB Desa

b. Jenis Belanja
Klasifikasi Belanja berdasarkan jenis terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa, dan
Belanja Modal.
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala
Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD yang pelaksanaannya dibayarkan setiap
bulan. Belanja Pegawai tersebut dianggarkan dalam kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, dengan kegiatan Pembayaran Penghasilan Tetap dan Tunjangan.
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang
nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan.
3) Belanja Modal
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau
bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk kegiatan
penyelenggaraan kewenangan desa.
Struktur APB Desa

c. Pembiayaan
Pembiayaan meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan diklasifikasikan menurut
kelompok dan jenis. Pembiayaan desa berdasarkan kelompok terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
Struktur APB Desa

a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan mencakup:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.
SiLPA antara lain berupa pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja,
dan sisa dana kegiatan lanjutan. SilPA merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:
• Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja;
• Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
• Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
2) Pencairan Dana Cadangan
Pencairan Dana Cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari rekening
Dana Cadangan ke Rekening Kas Desa dalam tahun anggaran berkenaan.
3) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan
Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang Dipisahkan digunakan untuk menganggarkan hasi l penjualan
kekayaan desa yang dipisahkan.
Struktur APB Desa

b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari:
1) Pembentukan Dana Cadangan
Pemerintah Desa dapat membentuk Dana Cadangan untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Pembentukan Dana Cadangan tersebut ditetapkan dengan peraturan desa, yang
memuat paling sedikit:
• Penetapan tujuan pembentukan Dana Cadangan;
• Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari Dana Cadangan;
• Besaran dan rincian tahunan Dana Cadangan yang harus dianggarkan;
• Sumber Dana Cadangan;
• Tahun Anggaran pelaksanaan Dana Cadangan.
2) Penyertaan Modal Desa
Pemerintah Daerah dapat melakukan Penyertaan Modal Desa, misalnya kepada BUM Desa.
Perubahan APB Desa

APB Desa yang telah ditetapkan dalam Peraturan Desa dimungkinkan untuk dilakukan
perubahan. Perubahan APB Desa dapat dilakukan apabila terjadi:
• Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja;
• Keadaan yang menyebabkan Sisa Lebi h Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan;
• Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan;
dan/atau
• Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan;
• Perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Perubahan APB Desa

Format Perubahan APB Desa tidak tercantum dalam Lampiran Permendagri


113/2014. Berikut disajikan ilustrasi yang dapat digunakan sebagai contoh:
Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan
penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa
ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan keuangan Desa meliputi:
a) perencanaan;
b) pelaksanaan;
c) penatausahaan;
d) pelaporan; dan
e) pertanggungjawaban.
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga barang dan jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui
survei harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat).
2. Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan menjamin:
• Penggunaan anggaran secara efisien efisien
• Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
• Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu, dan sesuai
spesifikasi)
• Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
• Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang berada di desa
setempat untuk berpartisipasi
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43 tahun 2014,
diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan
Bupati/Walikota yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan
jasa di desa.

Salah satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13 Tahun
2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud
dinyatakan secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar
uang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP
tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber
pembiayaannya dari APBDesa ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat.
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
3. Pengajuan SPP

Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
• Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti Transaksi.
• Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.
• Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa.
• Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
4. Pembayaran

Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:


• Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disahkan Kepala Desa.
• Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP.
• Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi
Tentang Pajak
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan
seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa

Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang
potensial menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik
diantara pihakpihak terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan
wewenang, karena pada tahap ini terjadi aliran uang yang nyata.
Pelaporan Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Pengelolaan Keuangan Desa

Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan


Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Pelaporan dan
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa ini mencakup: pengertian dan makna
laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan
pertanggungjawaban.
Fungsi Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:


• Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan
• Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh,
keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan
Prinsip Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini, antara lain:
• Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
• Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis).
• Ringkas dan jelas.
• Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri.
Prinsip Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 dan Ardi Hamzah (2015) dalam melaksanakan tugas,
kewenangan, hak, dan kewajiban, kepala desa wajib:
Menyampaikan laporan realisasi palaksanaan APBDesa kepada buapati/walikota berupa:
Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa, disampaikan paling lambat pada akhir
bulan Juli tahun berjalan.
Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran
kepada bupati/walikota.
Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada
bupati/walikota.
Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara tertulis kepada BPD
setiap akhir tahun anggaran.
Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah


penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa secara tertulis oleh Kepala Desa
(Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:
Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Dokumen Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

1. Dokumen laporan yang disampaikan adalah


• Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester
• Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir
2. Laporan Pertanggungjawaban
3. Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir
pada 31 Desember setiap tahun.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan lampiran:
• Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang ditetapkan,
• Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
• Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa.
Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat

Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri dasar tata
kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), maka pertanggungjawaban tidak hanya
disampaikan kepada pemerintah yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada
masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
Penyampaian Informasi Laporan Kepada
Masyarakat

Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti
dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif
masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan
pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis
kepada masyarakat dengan menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan
Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan Pertanggungjawaban


adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek:
hukum, administrasi, maupun moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan
Keuangan Desa diwujudkan secara baik dan benar.
Pembinaan dan Pengawasan

● Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa,
Alokasi Dana Desa, dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada
Desa.
● Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa.
Thank you! 
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai