Anda di halaman 1dari 31

OLEH :

Ni Kadek Ari Puji Astiti 1202006005

Pembimbing :
IGN. Wien Aryana, Sp.OT
BAB I BAB II
BAB III
PENDAHULUAN TINJAUAN
SIMPULAN
PUSTAKA
Subacromial impingement syndrome (SIS) merupakan
penyebab tersering nyeri bahu.

Menentukan lokasi etiologi dari bahu yang mengalami


disfungsi merupakan tantangan terhadap peranan patologi
 dalam SIS.

Etiologi yang mungkin dari nyeri bahu berhubungan dengan


SIS termasuk sebuah spektrum dari subacromial bursitis
dan rotator cuff tendinopathy terhadap robeknya sebagian
atau seluruh rotator cuff.
Di awal tahun 1904, Codman menuliskan beberapa artikel
yang berhubungan dengan bursa dan tendon dari rotator
cuff.

Dia menyimpulkan bahwa banyak penyebab atau kombinasi


dari beberapa penyebab dapat menimbulkan lesi yang sama
seperti robeknya rotator cuff.
Extrinsic Compression

Operasi korektif, lateral atau bahkan radikal (contoh: total)


akromionektomi, menyebabkan kerusakan deltoid

Dalam 100 pembedahan skapula kadaver, Neer menemukan


spur dan pembesaran (excrescences) di bawah akromion
anterior.

Perubahan tersebut menyebabkan impingement dari rotator cuff


dan head of humerus terhadap bagian bawah dari akromion
anterior dan CAL, yang umumnya anterior
EXTRINSIC
COMPRESSION

Chambler dkk osifikasi merupakan salah satu proses sekunder


dari overuse ligament

Penelitian kadaver terbaru mengenai kontak dan tenaga antara


cuff dan arc subakromial menunjukkan bahwa kontak
subakromial dan pembengkokan CAL normal pada semua
gerakan

Peneliti menyebutkan bahwa kontak berulang dan


pembengkokan CAL bisa menyebabkan perubahan
degenerative, termasuk proliferasi spur akromial.
Bigliami, dkk
Dilaporkan bahwa
tingginya insiden
robeknya cuff
dengan acromial
impingement tipe III
DEGENERASI INTRINSIK
DEGENERASI INTRINSIK

Lohr dan Uhthof


•Dalam tendon supraspinatus ditemukan
adanya zona hipovaskular

•Khusunya pada bagian artikular distal


tendon tidak ditemukan adanya
pembuluh darah

•Sehingga, daerah hipovaskular dikatakan


lebih rentan mengalami tendinopati
degeneratif dan cuff tear
Gejala yang khas adalah nyeri yang
timbul saat lengan diangkat
maupun ketika diturunkan dari
ANAMNESIS
posisi tinggi, adanya kesulitan
menggerakkan lengan mencapai
belakang punggung, disertai
kelemahan bahu.

range of motion (ROM), kekuatan


rotator cuff, dan tes provokasi
PEMERIKSAAN
FISIK
IMAGING
Nonsurgical Management
Nonsurgical Management

Dalam double blind Peneliti


menemukan bahwa perbaikan dari skor
improvements in Constant and
Disabilities of the Arm, Shoulder, and
Hand lebih besar pada kelompok steroid
dibandingkan dengan kelompok
tenoxicam 6 minggu setelah injeksi
(P<0.020).
Surgical Management

Pembedahan diindikasikan apabila nyeri menetap


walaupun sudah mendapatkan penanganan non
pembedahan

Terapi pembedahan/operatif bisa dilakukan


dengan arthroscopy maupun dengan open
acromioplasty

Dengan arthroscopy, visualisasi langsung


terhadap abrasi arkus serta kemungkinan
sumber dari impingement bisa diketahui
Lesi pada akromion dan rotator cuff yang didapatkan dari
arthroscopy dideskripsikan dalam klasifikasi Copeland-Levy.
Impingement lesion acromion Impingement lesion cuff

A0- Normal B0-Normal

A1- Minor scuffing B1- Minor scuffing

A2- Marked scuffing B2- Marked scuffing

A3- Bare bone areas B3- Bare bone areas

Dari lima puluh lima pasien yang diperiksa dengan


arthroscopy, lesi rotator cuff paling banyak B2 (58% pasien)
dan lesi akromion paling banyak A2 (71%)
Davis dkk tidak ada perbedaan antara open
arthroscopic subacromial dengan dekompresi
arthroscopic subacromial baik dari segi waktu
pembedahan, komplikasi, dan efek klinis setelah
diikuti selama satu tahun

Pasien yang menjalani arthroscopic


accromioplasty memiliki jangka waktu MRS
yang lebih singkat, sehingga lebbih cepat bisa
kembali bekerja apabila dibandingkan dengan
open arthroscopic subacromial
Odenbring dkk Sebanyak 77% pasien yang
diterapi dengan arthroscopy acromioplasty
menunjukkan hasil yang baik dan bertahan
selama 12 hingga 14 tahun setelah operasi

Penelitian lain melaporkan efek klinis yang


baik pada pasien yang menjalani terapi
arthroscopic acromioplasty
 Bryceland dkk157 dokter bedah di UK mengenai
tatalaksana impingement syndrome,sebanyak 127 (82%)
dari 155 responden mengatakan bahwa pasien sebaiknya
menjalani fisioterapi dan injeksi sebelum dirujuk.
 Lebih dari 95% dokter bedah meminimalkan periode
untuk terapi konservatif pada pasien.
 Fisioterapi dan injeksi subakromial merupakan bagian
integral dari tatalaksana impingement syndrome di UK.
 Injeksi steroid subakromial merupakan bagian integral
dari terapi konservatif.
 Terdapat variasi dalam jumlah injeksi yang perlu
dilakukan sebelum tindakan operatif, walaupun sebanyak
83% akan melakukan dua atau lebih injeksi

Anda mungkin juga menyukai