Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 1

“TRAUMA PELVIS”
PEMBAHASAN
ANATOMI PELVIS
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua tulang inominata
yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang inominata bersendi dengan
sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di
simfisis pubis (Cunningham, et al, 2010).
Definisi Trauma Pelvis
• Trauma pelvic merupakan 5% dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi aki
bat kecelakaan lalu lintas,10% diantaranya disertai trauma pada alat–alat dala
m rongga panggul seperti uretra, buli– buli, rektum serta pembuluh darah.

• Gangguan/kelainan cincin panggul sering dikaitkan dengan jaringan lunak, vis


ceral, dan kerusakan pembuluh darah. Trauma panggul dapat mengakibatkan
pendarahan besar bahkan tanpa fraktur yang melibatkan sakrum dan Sacro Ili
aka (SI) sendi yang berhubungan dengan gangguan arteri glutealis superior, y
ang dapat menyebabkan perdarahan masif. (William C, 2007).
Klasifikasi Trauma Pelvis

1. Tipe A : fraktur pada cincin pelvis dengan


sedikit atau tanpa pergesaran.
o A1 : fraktur panggul tidak meng
enai cincin
o A2 : stabil, terdapat pergeseran
cincin yang minimal dari fraktur.

2. Tipe B : mengalami rotasi eksterna yang m


engenai sisi satu panggul.
o B1 : openbook
o B2 : kompresi lateral – ipsilateral
o B3 : kompresi lateral – kontralateral ( buc
ket-handle)
3. Tipe C : tidak stabil secara rotasi dan vertical
o C1 : unilateral
o C2 : bilateral
o C3 : disertai fraktur asetabulum. Terdapat
disrupsi ligamen posterior pada satu sisi d
isertai pergeseran darisalah satu sisi pan
ggul secara vertikal, mungkin juga disertai
fraktur asetabulum
Etiologi
Fraktur sering disebabkan karena tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal at
au tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya osteooporosis. (Pierce A. Gr
ace and Neil R. Borley 2007:85)
1. Kekerasan langsung : Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya keke
rasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring
2. Kekerasan tidak langsung : Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yan
g jauh dari tempat terjadinya kekerasa. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah d
alam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot, patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan d
apat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
4. Jatuh dari ketinggian
5. Kecelakaan
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Piece A Grace dan Neil R 2007, manifestasi klinis
yang terjadi pada trauma pelvis adalah :
a. Nyeri
b. Kehilangan fungsi
c. Deformitas, nyeri tekan dan bengkak
d. Perubahan warna dan memar
e. Krepitasi
Tanda dan Gejala Trauma Pelvis (Clinical Practice Guidelines: Trauma/Pelvic Inju
ry, 2015) :
a. Nyeri
b. Memar pada :
o scrotal atau vulva
o Panggul (retroperioneal)

c. Perdarahan
o Urethal meatus (urethal/prostat/cedera kandung kemih)
o Vagina (Vagina/rahim/cedera kandung kemih)
o Rectal (Bowel perforation)

d. Panggul asimetris
e. Penurunan pulse (nadi) pada ekstermitas bawah
f. Penurunan atau ketidakadaan sensasi dan kekuatan pada ekstermitas bawah
g. Ketidakstabilan hemodinamik dan syok.

USG , ST Scan dapat mengungkapkan adanya cairan pada panggul tersebut.


Patofisiology

Menurut Journal Trauma Emergencies : Major Pelvis Trauma-New Gu


idance 2009, Trauma pelvis disebabkan oleh beberapa penyebab yang kemudian
akan menyebabkan beberapa kerusakan pada beberapa bagian yaitu pada anato
my skeletal. Trauma pada pelvis yang mengenai area skeletal dapat meningkatka
n volume panggul dan memungkinkan peningkatan perdarahan. Trauma pelvis ju
ga dapat menyebabkan cedera vascular yang paling sering terjadi pada arteri iliol
umbar, arteri gluteal dan interna pudenda karena letaknya yang dekat dengan sac
ro iliaka dan inferior ligament pelvis. Perdarahan pada vena lebih sering terjadi pa
da trauma pelvis dibanding dengan perdarahan arteri karena pembuluh darahnya
lebih rapuh. Darah dapat tergenang di ruang retroperioneal dan hemostatis dapat
terjadi secara spontan dan tertutupi oleh patah tulang.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiology
a. Setiap penderita trauma panggul harus dil
akukan pemeriksaan radiology dengan pri
oritas pemeriksaaan rongen posisi AP
b. Pemeriksaan dengan posisi oblic, rotasi in
terna dan eksterna bila keadaan umum m
emungkinkan.

2. Pemeriksaan urology
a. Catheterisasi
b. Uretrogam
c. Sistogram retrograd dan Post foiding
d. Pielogram intravena
e. Aspirasi diagnostic dengan lavase peritoneal
Komplikasi
1. Komplikasi Segera :
o Trombosis vena ilio femoral : sering ditemukan dan sangat berbahaya, berika
anti koagulan secara rutin untuk profilaktik
o Robekan kandung kemih (bladder) terjadi karena adanya disrubsi simpisis pu
bis atau tusukan dari bagian tulang panggul yang tajam
o Robekan uretra : terjadi karena adanya disrubsi simpisis pubis pada daerah ur
etra pars membranosa
o Trauma rectum dan vagina
o Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan perdarahan massif s
ampai syok
o Trauma pada saraf :
o lesi sara skiatik : dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat operasi. apabi
la dalam jangka waktu 6 minggu tidak ada perbaikan, maka sebaiknya dilakuk
an eksplorasi
o Lesi plegsus lumbo sacralis : biasanya terjadi pada fracture sacrum yang bers
ifat ventrikal disertai pergeseran. Dapat pula terjadi gangguan fungsi seksual
apabila mengenai saraf pusat.
2. Komplikasi Lanjut :
o Pembentukan tulang heterotrofik : Biasanya terjadi setelah suatu trauma jarin
gan lunak yang hebat atau setelah suatu diseksi oprasi. Berikan endometacin
sebagai profilaksis
o Nekrosis avaskuler : dapat terjadi pada caput femur beberapa waktu setelah tr
auma
o Gangguan pergerakan sendi serta osteoarthritis skunder : apabila terjadi fract
ure pada daerah asetabulum dan tidak dilakukan reduksi yang akurat, sedang
kan sendi ini menopang berat badan, maka akan terjadi ketidaksesuai sendi y
ang akan memberikan gangguan pergerakan serta osteoarthritis di kemudian
hari.
o Scoliosis kompensator
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada trauma pelvic menurut Journal Trauma Emergencies: Maj
or Pelvis Trauma-New Guidance 2009 adalah :
1. Terapi oksigen : cedera panggul besar jatuh ke dalam kategori penyakit kritis
dan membutuhkan tingkat tinggi oksigen terlepas dari awal membaca saturas
i oksigen (SpO2).
2. Stabilisasi panggul : Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa setiap
perangkat imobilisasi panggul tertentu atau pendekatan lebih unggul dalam h
al hasil di trauma panggul dan sejumlah metode telah dilaporkan.
3. Terapi cairan : Ada sedikit bukti untuk mendukung penggunaan rutin cairan IV
pada pasien trauma dewasa; silahkan lihat pedoman terapi cairan untuk pan
duan khusus.
4. Manajemen nyeri : nyeri pasien harus dikelola dengan tepat (lihat pedoman
manajemen nyeri); analgesik dalam bentuk Entonox (lihat protokol obat Ento
nox untuk administrasi dan informasi) atau morfin sulfat mungkin tepat (lihat
protokol obat morfin untuk dosis dan informasi).
Case Study
Laki-laki usia 28 tahun pengendara sepeda motor menderita tabrakan pada malam hari saat
mengendarai sepeda melewati gundukan palang baja (penghalang jalan). Dari hasil di temuk
an kerusakan pada palang baja dengan diameter 2,5cm yang masuk ke dalam pantat kanan
dan mengimobilisasinya. Luka bagian dalam dibalut dengan balutan steril dan luka bagian lu
ar pada bagian sisi pantat. Setelah memotong palang baja untuk memungkinkan safe rescue
atau penyelamatan pasien untuk menghindari adanya manipulasi benda yang tertanam di dal
am tubuh klien, kemudian klien di bawa ke rumah sakit dengan posisi lateral kiri. Klien tidak s
adar. Pemeriksaan ekstermitas klien bisa memindahkan semua anggota badan tanpa pembat
asan namun merasakan sakit di paha kanan antero-posterior. (Zhang Peng et al, 2012)
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Mr.X
Usia : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan saat ini :
Klien mengalami kecelakaan lalulintas pada malam hari, menabrak palang baja. Kerusakan palang baja den
gan diameter 2,5cm menancap pada pantat kanan. Klien dibawa ke Rs dengan posisi lateral kiri.
3. Pengkajian Fokus
Keadaan umum : Composmetis
TTV setelah 12 jam :
TD on palpasi : 130 mmHg
Frekuensi Nadi : 105x/menit
Saturasi Oksigen : 92%
Pemeriksaan fisik ekstermitas bawah :
a. Inspeksi :
benda baja diameter 2,5 cm masih menancap pada pelvic kanan.luka lain pada pantat bagian kiri.
Klien mampu menggerakkan semua ekstermitas tanpa adanya batasan + +
Primary Survey :
A (airway ) : klien masih sadar dengan posisi lateral kiri. Pastikan jalan nafasnya teta
p stabil.
B (Breathing) : Saturasi Oksigen pada 12 jam setelah kejadian adalah 98%. Berikan
oksigen tambahan menggunakan nasal kanul atau simple mask. Monitor respirasi hin
gga stabil (12-25x/menit)
C (Circulasi) : TD klien 12 post accident : 130mmHg dengan palpasi Frekuensi nadi :
105x/menit
D (Disability ) : Klien sadar penuh,

Pemeriksaan Penunjang :
X-Ray : adanya baja pada pelvis kanan menunjukkan jalur sepanjang dinding medial
dari ruang acetabular dan pengungsi patah tulang pada tulang kemaluan dan ramus
chial.
Analisa data
DATA ETIOLOGY PROBLEM
DS : Kecelakaan lalu lintas Nyeri akut
DO :
Klien mengalami kecelakaan pada malam Adanya benda asing pada bagian tubuh
hari
Klien dalam kondisi sadar Merusak kulit
Terdapat benda asing pada pantat kanan
dengan diameter benda 2,5cm
Menekan saraf
Klien mampu menggerakkan ekstermitas
namun terasa nyeri
Nyeri

DS : Kecelakaan lalu lintas Kerusakan Integritas Kulit


DO :
Adanya luka pada pantat kanan dan kiri. Adanya benda asing pada bagian tubuh
Benda tertanam pada pantat kanan
Luka penetrasi + Merusak kulit

Kerusakan Integritas Kulit


DS : Kecelakaan lalu lintas Resiko Infeksi
DO :
Klien mengalami kecelakaan pada malam hari Adanya benda asing pada bagian tubuh
Klien dalam kondisi sadar
Terdapat benda asing pada pantat kanan deng
an diameter benda 2,5cm Benda tertanam dalam tubuh
XRay :
adanya baja pada pelvis kanan menunjukkan j Resiko Infeksi
alur sepanjang dinding medial dari ruang acet
abular dan pengungsi patah tulang pada tulan
g kemaluan dan ramus chial.

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma yang terjadi
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan mekanisme trauma
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan mekanisme trauma
4. Resiko Infeksi
Intervensi Keperawatan (NIC dan NOC)
NO DX NOC K.H NIC
1
Pain level,  Mampu mengontrol nyeri (tahu p Pain management
Pain control, enyebab nyeri, mampu menggu - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehen
Comfort level nakan tehknik nonfarmakologi u sif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frek

ntuk mengurangi nyeri, mencari uensi, kualitas dan faktor prepistasi

bantuan) - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyam

 Melaporkan bahwa nyeri berkur anan


- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentuka
ang dengan menggunakan man
n intervensi
ajemen nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmak
 Mampu menegenali nyeri (skala,
ologi, non farmakologi dan inter personal
intensitas, frekuensi dan tanda n
- Ajarkan teknik-teknik non farmakologi
yeri)
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Merasakan rasa nyaman setelah
- Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan d
an tindakan nyeri tidak berhasil
2.  Respon alergi setempat; tingkat kepar  Integritas kulit yang baik Pressure management
ahan hipersensitifitas imun setempat t bisa dipertahankan (sen - - Anjurkan pasien untuk menggunakan pak
aian yang longgar
erhadap antigen lingkungan tertentu sai, elatisitas, temperatu
- - inspeksi adanya kemerahan, pembengka
r, dehidrasi, pigmentasi)
 Akses hemodinamika; keberfungsian a kan atau tanda-tanda dehisensi atau eviser
 Tidak ada luka / lesi pad
rea akses dialysis asi pada area insisi
a kulit
- - inspeksi luka pada setiap mengganti balu
 Integritas jaringan: kulit dan membran  Perfusi jaringan baik tan
e mukosa; keutuhan struktur dan fung  Menunjukkan pemaham - - Hindari kerutan pada tempat tidur
si fisiologis normal kulit dan membran an dalam proses perbaik - - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih d

e mukosa an kulit dan menjegah te an kering

rjadinya cedera berulan - - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) se


 Penyembuhan luka: primer; tingkat re tiap dua jam sekali.
g
generasi sel dan jaringan setelah penu - - Monitor warna kulit akan adanya kemerah
 Mampu melindungi kulit
tupan yang disengaja an
dan mempertahankan ke
- -Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Penyembuhan luka: sekunder; tingkat lembaban kulit dan pera
- - bersihkan dengan salin normal atau pem
regenerasi sel dan jaringan pada luka t watan kulit alami bersih nontoksik, jika perlukan
erbuka - - lakukan perawatan pada area infuse IV, ja
lur hiskman atau jalur vena sentral, jika per
lu
- - Kolaborasi debridement dengan tenaga
medis yang lain
Tindakan Kolaborasi yang dapat dilakukan :
1. Surgery :
Fistulotomy tipe insisi untuk pengambilan steel bar
Debridement

Tujuan pre operatif


1. Menerapkan identitas klien
2. Membantu menenangkan psikologis klien
3. Memenuhi kebutuhan cairan&nutrisi
4. Memenuhi kebutuhan istirahat
5. Mencegah terjadinya infeksi post op
6. Mencegah terjadinya muntah, injury, incontinensia urine dan alvi slm anasthesia
7. Menjaga barang berharga klien selama op
Persiapan mental pre operatif
1. memberikan penjelasan tentang penyakit dan alasan operasi dilakukan
2. memberikan penjelasan tentang keadaan klien post operasi
3. mengajak klien berdo’a sesuai dengan agamanya
4. melibatkan anggota keluarga secara aktif
o Pemasangan Cateter Urine
o Penyuntikan anti tetanus
o Pemasangan infus dengan cairan cefuroxime 2,0gr/BB
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai