PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur
pelvis
berkekuatan-tinggi
merupakan
cedera
yang
mengganggu
stabilitas
pelvis.
Gangguan
ligamen
panggul
yang terjadi pada simphisis pubis atau yang terjadi pada ramus superior
dan inferior. Fraktur lain dapat menjadi luas dan menggangu sendi sacroiliaca. Trauma pelvis yang lebih berat terkait dengan perdarahan yang luas
di pelvis dan jaringan retroperitoneal dan dapat berakibat fatal untuk
korban, khususnya korban yang lanjut usia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan makalah tentang fraktur pelvis
diharapkan agar mahasiswa lebih mengerti tentang fraktur pelvis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep fraktur pelvis
b. Mengetahui asuhan keperawatan fraktur pelvis pre operasi
( Open Reduksi Internal Fiksasi) ORIF
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trauma Pelvis atau Fraktur Pelvis berkekuatan-tinggi merupakan
cedera yang membahayakan jiwa. Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur
pelvis relatif umum namun terutama lazim dengan fraktur berkekuatan-tinggi.
Kira-kira 1530% pasien dengan cedera pelvis berkekuatan-tinggi tidak stabil
secara hemodinamik, yang mungkin secara langsung dihubungkan dengan
hilangnya darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab utama
kematian pada pasien dengan fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka
kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan-tinggi rangkaian
besar. Perdarahan sehubungan fraktur pelvis menuntut evaluasi yang efisien
dan intervensi yang cepat.
Evaluasi dan perawatan pasien dengan fraktur pelvis membutuhkan
sebuah pendekatan multi disiplin. Meskipun ahli trauma bedah umum pada
akhirnya mengarahkan pengobatan seseorang dengan cedera multipel, penting
bagi pasien dengan fraktur pelvis agar ahli bedah ortopedi ikut terlibat dalam
setiap fase pengobatan, termasuk resusitasi primer. Penilaian dini oleh ahli
bedah ortopedi yang mengenal pola fraktur pelvis memudahkan tim
pengobatan untuk membangun diagnosa dan prioritas pengobatan, dan
mempercepat
pembentukan
manuver
penyelamatan
hidup.
Sebuah
B. ANATOMI
Pelvis merupakan struktur mirip-cincin yang terbentuk dari tiga
tulang: sacrum dan dua tulang innominata, yang masing-masing terdiri dari
Ligamentum
dibandingkan
dengan
sacroiliaca
ligamentum
anterior
sacroiliaca
jauh
posterior.
kurang
kuat
Ligamentum
memberikan
stabilitas
vertikal
pada
pelvis.
Ligamentum
a. Kompresi anteroposterior
Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan
kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata terbelah
dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini
disebut sebagai open book injury.
b. Kompresi lateral
Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami
keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena
kecalakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada keadaan ini
ramus pubis bagian depan pada kedua sisinya mengalami fraktur dan
bagian belakang terdapat strain dari sendi sakroiliaka atau fraktur
ilium atau dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama.
c. Trauma vertical
Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal
disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi
yang sama. Hal ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada
satu tungkai
d. Trauma kombinasi
Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan diatas.
D. Manifestasi klinis trauma pelvis
Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel
yang dapat mengenai organ organ lain dalam panggul. Keluhan berupa
gejala pembengkakan, deformitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul.
Penderita datang dalam keadaan anemia dan syok karena perdarahan yang
hebat.
Terdapat Anamesis:
a. Keadaan dan waktu trauma
b. Miksi terakhir
c. Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir
d. Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasi
e. Trauma lainnya seperti trauma pada kepala
Pemeriksaan klinik:
a. Keadaan umum
1) Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi
2) Lakukan survei kemungkinan trauma lainnya
b. Lokal
1) Pemeriksaan nyeri: Tekanan dari samping cincin panggul,
Tarikan pada cincin panggul
2) Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan,
pembengkakan dan deformitas
3) Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi
pada ramus dan simfisis pubis
4) Pemeriksaan colok dubur
E. Pemeriksaan penunjang trauma pelvis
a. Pemeriksaan radiologis:
1) Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan
radiologis dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP.
2) Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan
eksterna bila keadaan umum memungkinkan.
b. Pemeriksaan urologis dan lainnya:
1) Kateteria
2) Ureterogram
3) Sistogram retrograd dan postvoiding
4) Pielogram intravena
5) Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal
F. Penatalaksanaan trauma pelvis
a. Tindakan operatif bila ditemukan kerusakan alat alat dalam rongga
panggul
b. Stabilisasi fraktur panggul, misalnya:
1) Fraktur avulsi atau stabil
diatasi
dengan
pengobatan
H. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat
beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.
3. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma / kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului
dengan
perdarahan,
kerusakan
jaringan
sekitar
yang
ini
yang
menyebabkan
gangguan
sensori
7. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi keadaan sakit pasien, tingakat kesadaran dan
tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan Sistem Integumen.
Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem
integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut /
lesi, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta kulit
kotor.
c) Pemeriksaan Kepala Dan Leher.
Tidak ada perubahan yang menonjol pada kepala dan
leher seperti warna rambut, mudah rontok, kebersihan
kepala, alupeaus, keadaaan mata, pemeriksaan takanan
bola mata, pemeriksaan visus, adanya massa pada
telinga, kebersihan telinga, adanya serumen, kebersihan
hidung, adanya mulut dan gigi, mulut bau adanya
pembengkakan pada leher, pembesaran kelenjar linfe
atau tiroid.
d) Pemeriksaan Sistem Respirasi.
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk
dada ada tidaknya sesak nafas, sura tambahan,
pernafasan cuping hidung.
e) Pemeriksaan Kordiovaskuler.
Klien fraktur mengalami denyut nadi meningakat
terjadi respon nyeri dan kecemasan, ada tidaknya
hipertensi, tachikardi perfusi jaringan dan perdarahan
akiobat trauma.
f) Pemeriksaan Sistem Gastro Intestinal.
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu
makan tetap, peristaltik usus, mual, muntah, kembung.
g) Pemeriksaan Sistem Ganitourinaria.
I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik b.d fraktur pelvis
c. Cemas b.d kurangnya informasi (prosedur oprasi)