Pemeriksaan orofaring
Bengkak (+), fluktuasi (+), nyeri tekan Bengkak (-), fluktuasi (-), nyeri tekan (-),
Lokalis
(+),Angulus mandibular tidak teraba Angulus mandibular teraba
Pembesaran (-), nyeri tekan (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pembesaran (-), nyeri tekan (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pembesaran (-), nyeri tekan (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pembesaran (-), nyeri tekan (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pembesaran (-), nyeri tekan (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN FISIK THORAX
Thorax
- Bentuk : Simetris kanan dan kiri
- Kulit : normal, sikatriks (-), ptechie (-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di intercostal V linea midclavicula sinistra, kuat angkat.
- Perkusi : dalam batas normal, tidak ada kesan pembesaran jantung
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK PARU
Pemeriksaan Hemitoraks Kanan Hemitoraks Kiri
Inspeksi Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris
Suara Tambahan Stridor -/-, Ronki -/-, Wheezing -/-, Pleural Friction Rub -/-
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
dan EKSTREMITAS
Abdomen
Inspeksi : flat, nodul (-), pulsasi (-)
Auskultasi : BU (+) N, bruit a.renalis (-)
Palpasi : kesan supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-)
hepar tidak teraba
lien tidak teraba
Perkusi : batas paru hepar ICS V linea MCL kanan
abdomen timpani, hepar redup
Ekstremitas
Akral dingin, CRT< 2”
Edema di ekstremitas inferior
Neurologis
Motorik 55555 | 55555 Sensorik : dbN BPR 2+|2+ Chaddock -|-
55555 | 55555 Autonom : dbN KPR 2+|2+ Babinksi -|-
DIAGNOSIS AWAL DI IGD
Ob febris+Susp Difteri
TATALAKSANA AWAL DI IGD
MRS dr Wahyu Eko Sp.PD
• Inf Cairan 20 tpm
• Ceftriaxon 2 x 1 gr
• Ranitidin 2 x 1 amp
• Antrain 3x 1
• Metilprednisolon 3 x ¼ amp
• Cek DL, SE, pengecatan gram neisser
PEMERIKSAAN LAB (27/06/2018)
Darah Lengkap
15
KULTUR DIFTERI
(28/06/2018)
16
PEMERIKSAAN LAB (29/06/2018)
Darah Lengkap
Pengecatan Neisser
ditemukan kuman yang
menyerupai bentuk
drumstik
FOLLOW UP DI RUANGAN ( 28-06-2018)
S O A P
Nyeri telan berkurang KU Cukup GCS 456. Obs Febris Hari ke 3+ Susp Advis dr Wahyu Eko, SpPD:
Tenggorokan terasa penuh TD 110/90, N 87x , RR 18x, Difteri -Terapi tetap
batuk (-) suara serak (-) suhu 36,9C -Erysanbe syr 3 x cthII
Susah minum obat tablet
K/L : AICD (-)
Kultur difteri (28/6/2018)
Tonsil T3/T3 Hiperemi
Faring Hiperemi
Dendritus (-) Jadi 10/7/ 208
Pseudomembran (-)
Tho : Rh -/-, wh -/-, ves +/+.
S1S2 tgl
Abd : Supel, BU (+) normal
Eks : Akral hangat, edema (-)
FOLLOW UP DI RUANGAN ( 29-06-2018)
S O A P
Nyeri telan berkurang KU Cukup GCS 456. Obs Febris Hari ke 3+ Susp Advis dr Wahyu Eko, SpPD:
Tenggorokan terasa penuh TD 110/90, N 87x , RR 18x, Difteri -Terapi tetap
batuk (-) suara serak (-) suhu 36,9C
Susah minum obat tablet Cek DL,LFT
K/L : AICD (-)
DL: Leukosit 26,65
Tonsil T3/T3 Hiperemi
Faring Hiperemi LED 30
Dendritus (-)
Pseudomembran (-)
Tho : Rh -/-, wh -/-, ves +/+.
S1S2 tgl
Abd : Supel, BU (+) normal
Eks : Akral hangat, edema (-)
FOLLOW UP DI RUANGAN ( 30-06-2018)
S O A P
Nyeri telan(+), susah KU Cukup GCS 456. Obs Febris Hari ke 4 + Advis dr Wahyu Eko, SpPD:
untuk makan, TD 120/80, N 82x , RR 19x, Susp Difteri -Terapi tetap
Tenggorokan terasa suhu 37,6C
penuh, leher kanan makin
K/L : AICD (-)
membesar
Tonsil T3/T3 Hiperemi
Faring Hiperemi(sde)
Dendritus (-)
Pseudomembran (-)
Leher sinistra Bengkak (+),
fluktuasi (+), nyeri tekan (+)
Tho : Rh -/-, wh -/-, ves +/+.
S1S2 tgl
Abd : Supel, BU (+) normal
Eks : Akral hangat, edema (-)
FOLLOW UP DI RUANGAN ( 01-07-2018)
S O A P
Nyeri telan(+), susah KU Cukup GCS 456. Obs Febris Hari ke 4 + Advis dr Wahyu Eko, SpPD:
untuk makan, TD 120/80, N 82x , RR 19x, Abses parafaring dd Susp -Terapi tetap
Tenggorokan terasa suhu 37,6C difteri
penuh, leher makin Konsul sp THT
K/L : AICD (-)
membesar, keluar nanah Inj Metronidazole 2 x 500
Tonsil T3/T3 Hiperemi
dari tengorokan Faring Hiperemi(sde) insisi
Dendritus (-)
Pseudomembran (-)
Leher sinistra Bengkak (+),
fluktuasi (+), nyeri tekan (+)
Tho : Rh -/-, wh -/-, ves +/+.
S1S2 tgl
Abd : Supel, BU (+) normal
Eks : Akral hangat, edema (-)
FOLLOW UP DI RUANGAN ( 02-07-2018)
S O A P
Keluhan makin memberat, KU Cukup GCS 456. Obs Febris Hari ke 4 + Rujuk RSUD Soetomo
keluar nanah TD 120/80, N 82x , RR 19x, Abses parafaring
suhu 37,6C
Difteri fausial
Abses parafaring
Tonsilofaringitis
Mononukleous infeksiosa
Leukimia akut
Agranulositosis
Herpes zoster pada palatum
Difteri laring
Laringotrakeobronkitis
Glositis akut
Aspirasi benda asing
Abses retrofaring
Edema angioneurotis
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam.2008. RSUD Soetomo. Surabaya
Pemeriksaan dan Diagnosis
Klinik
Berdasarkan ditemukanya Keluhan dan gejala klinis yang
mengarah difteri, ditemukan pseudo membran terutama di
faring
Laboratorium
Sediaan langsung dan biakan hapus tenggorokan dan
hidung atas kuman C. difteriae
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam.2008. RSUD Soetomo. Surabaya
Penatalaksanaan
•Isolasi penderita di rumah sakit Serum Anti Difteri, setelah
dilakukan tes kepekaan kulit terhadap serum kuda
•Dosis empirik SAD ringan 10.00-20.000 U, sedang 20.000-
40.000, berat 50.000-100.000 U, sebaiknya diberikan dosis
tunggal iv/im
•Penisilin prokain- G600.000 U im/12 jam selama 10 hari;
eritromisin 4 x 250 mg/selama 7 hari; klindamisin 4x150mg/hari
selama 7 hari; Rifampisin 600 mg dosis tunggal selama 7 hari
•Trakeostomi bila ada obstruksi laring, alat pacu jantung bila
ada blok hantaran total,neurotropik bila ada kelainan saraf
•Imunisasi sebagai tindakan pencegahan
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam.2008. RSUD Soetomo. Surabaya
Komplikasi
dipengarahi
Virulensi basil difteri
Gagal jantung
Soepardi EA, Iskandar N. “Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher: Abses Leher Dalam”. Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran UI; 2008
Probst R, Grevers G dan Iro H. Basic otorhinolaryngology a step by step learning guide. New York: Thieme, 2006, h 97-130
ETIOLOGI
Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,
sinus paranasal,mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi
untuk terjadinya abses ruang parafaring.
Fachruddin, Darnila. Abses leher dalam. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007, h. 226 - 230.
Gejala klinis
Pada infeksi dalam ruang parafaring terdapat
pembengkakan dengan nyeri tekan di daerah submandibula
terutama pada angulus mandibula, leukositosis dengan
pergeseran ke kiri dan adanya demam. Terlihat edem uvula,
pilar tonsil, palatum dan pergeseran ke medial dinding
lateral faring. Sebagai perbandingan pada abses peritonsil,
hanya tonsil yang terdorong ke medial.
Ballenger J. Ballenger: Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, dan leher Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1991. Hal: 295-324
Diagnosis
Riwayat penyakit
Gejala
Tanda klinik
Sari, Diana. Dkk. “Abses Leher Dalam, Abses Parafaring”. Bagian Departemen Ilmu Penyakit THT-KL, Universitas Sumatera Utara. Hal : 8-13.
Foto rotgen jaringan lunak leher AP Lateral
CT Scan
Sari, Diana. Dkk. “Abses Leher Dalam, Abses Parafaring”. Bagian Departemen Ilmu Penyakit THT-KL, Universitas Sumatera Utara. Hal : 8-13.
Gambaran CT-Scan; A. Tampak Abses Parafaring (Panah), B. Selulitis pada abses
parafaring dengan abses di ruang masseter
Sari, Diana. Dkk. “Abses Leher Dalam, Abses Parafaring”. Bagian Departemen Ilmu Penyakit THT-KL, Universitas Sumatera Utara. Hal : 8-13.
Antibiotik
Perenteral
Anestesi
Sejajar mandibular
abses menonjol ke luar
Secara tumpul eksplorasi
pembengkakan jelas
Anterior m. sternokleidomasteoideus
kearah atas
Insisi kecil
Cunam melengkung
Ruang abses
Jika ditemukan suatu kavitas yang besar, sekitar drain boleh
dimasukan tampon longgar dengan kassa iodoform. Kassa
dikeluarkan setelah 1-2 hari, sedangkan drain didiamkan
selama kira-kira 1 minggu.
Soepardi EA, Iskandar N. “Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher: Abses Leher Dalam”. Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008. Hal: 226-230.
Komplikasi
Ballenger, J. Leher, orofaring dan Nasofaring, Dalam Snow J dan Ballenger J. Ballenger: Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, dan leher Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara,
1991. Hal: 295-324