Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PRE EKLAMPSIA BERAT DAN IUGR PADA G2P1A0 HAMIL 37+4


MINGGU

Pembimbing :
dr. Gede S. Dhyana, Sp. OG

Disusun oleh :

Abdaul Hamas Izzaty, S.Ked

J510.155.105

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016
TUGAS STASE ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Laporan Kasus

PRE EKLAMPSIA BERAT DAN IUGR PADA G2P1A0

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:
Abdaul Hamas Izzaty, S. Ked
(J 510.155.105)

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Kebidanan dan
Kandungan Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing :

dr. Gede S. Dhyana, Sp. OG (……………………..)

Dipresentasikan dihadapan :

dr. Gede S. Dhyana, Sp. OG (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Dona Dewi Nirlawati (……………………..)


BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : P
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Kenep, Sukoharjo
No. RM : 330xxx
Tanggal HMRS : 28 Maret 2016
Tanggal keluar : 30 Maret 2016
B. Anamnesis

Keluhan utama: kenceng-kenceng

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien bernama Ny.S usia 36 tahun G2P1A0 datang ke VK IGD RSUD


Sukoharjo. Pasien merasakan kenceng-kenceng sejak satu hari sebelum
masuk RS dan semakin sering. Pasien merupakan pasien rujukan dr. Andi, Sp.
OG dengan tekanan darah tinggi yaitu 160/110.

HPMT : 6 Juli 2015


HPL : 13 April 2016
UK : 37+4 minggu
Anak I : Laki-laki, 8 tahun, BB 2600 gram
Anak II : Sekarang
Riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan pertama disangkal.
Pasien pernah menggunakan KB suntik selama 3 bulan.

D. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 7 hari
Siklus menstruasi : Teratur, 1 bulan sekali
Keluhan selama menstruasi : Dysmenorrhea (+)
Warna : Merah segar
Bau haid : Anyir
Fluor albus : (-)
E. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal


Riwayat darah tinggi selama kehamilan : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat sakit lain : disangkal
Riwayat keguguran : Disangkal
F. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga melahirkan bayi dengan cacat bawaan : disangkal


Riwayat keluarga melahirkan prematur : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat asma : disangkal
G. Status perkawinan

Kawin 1 kali, lama kawin 9 tahun

H. Kebiasaan sehari – hari

Konsumsi suplemen/ vitamin : diakui


Minum jamu : disangkal
Merokok : disangkal
Konsumsi alkohol : disangkal
I. Riwayat pengobatan dan alergi

Pasien tidak pernah berobat pengobatan jangka panjang, tidak ada


riwayat alergi makanan, cuaca maupun obat-obatan.

J. Pemeriksaan Fisik

1. Status generalis

KU : Cukup, kesadaran compos mentis GCS = 15


Vital sign : TD = 160/110
N = 96x/menit
RR = 20x/menit
S = 37oC
Berat Badan : Sebelum hamil = 60 kg
Setelah hamil = 75 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Kepala : Conjuctiva anemis (-) sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Thorax : Bentuk normal, simetris kanan kiri, cor dan
pulmo dalam batas normal, ronchi -/- wheezing
-/-
Abdomen : perut membesar, striae gravidarum (+), linea
nigra (+), peristatik (+) normal, nyeri tekan (-),
teraba janin tunggal intrauterine, presentasi
kepala, sudah masuk panggul, TFU= 28 cm,
DJJ (+) 148x/menit, HIS (+) jarang
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

2. Status obstetrik

Abdomen
Leopold I : Teraba bokong, TFU = 28 cm
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Masuk pintu atas panggul
Vaginal Toucher : Pembukaan 2 cm
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium Ny. S tanggal 28 Maret 2016.

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 14.8 x 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.10 x 10^6/uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin 11.2 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 32.9 % 35 – 47
Trombosit 321 x 10^3/dL 150 – 450
Golongan darah B
Kimia Klinik
GDS 99 mg/dL 70 – 120
Ureum 20.7 mg/dL 0 – 31
Kreatinin 0.81 mg/dL 0.50 – 0.90
SGOT 19.20 u/L 0 – 35
SGPT 10.0 u/L 0 – 35
Koagulasi
PT – APTT
Kontrol (PT) 10.40 detik
Pasien (PT) 8.70 detik 9.40 – 11.30
INR 0.84
APTT
Kontrol (APTT) 32.20 detik 25.00 – 35.00
Pasien (APTT) 30.30 detik 25.00 – 35.00
Anti HIV Negative Negative
HbSAg Negative Negative
Protein POS (+1) Negative

Pemeriksaan laboratorium Ny. S tanggal 29 Maret 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 23.6 x 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.00 x 10^6/uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin 11.2 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 33.1 % 35 – 47
Trombosit 320 x 10^3/dL 150 – 450

Pemeriksaan laboratorium Ny. S tanggal 30 Maret 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 16.7 x 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.15x 10^6/uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin 11.4 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 34.2 % 35 – 47
Trombosit 341 x 10^3/dL 150 – 450

K. Diagnosis

Preeklampsia Berat dan IUGR pada G2P1A0 dalam proses persalinan.

L. Penatalaksanaan

Proptap PEB secara IV

Infus RL

Ampicilin 1 gr/8 jam

M. Follow up
28 Maret 2016
S/ Pasien mengatakan hamil P/ - Observasi HIS, DJJ, dan
kedua, usia kehamilan ± 9 pembukaan jalan lahir
bulan. Anak hidup I lahir - Infus RL 20 tpm
normal. Kenceng-kenceng (+) - Cek Darah Lengkap
HPMT = 6 Juli 2015 - Cross Darah
HPL = 13 April 2016 - Protap PEB
UK = 37+5 minggu - Konsul Interna
O/ KU cukup Lapor dr. Auliya, Sp.PD
TD = 160/110 - Metildopa 2 x 250mg
TFU = 28 cm - Nifedipine 2 x 10 mg
Presentasi kepala, sudah
masuk panggul. HIS (+)
semakin sering. DJJ (+) 148x
VT pembukaan 2 cm, kulit
ketuban (+) fluksus lendir
darah (-)
Lab  Protein (+1)
A/ PEB & IUGR pada G2P1A0
dalam proses persalinan

29 Maret 2016

Laporan Persalinan P/ Inj. Oksitosin 1 amp


+5
22:33 G2P1A0 Hamil 37 minggu Misoprostol 3 supp tab
dengan PEB dan IUGR. VT
pembukaan 2 cm, kulit
ketuban (+) DJJ (+)
148x/menit, HIS (+) 2x/10
menit, durasi 20 detik
02.25 Ketuban pecah spontan,
warna jernih, VT pembukaan
lengkap, kulit ketuban (+) DJJ
(+) 142x/menit, HIS (+)
3x/10 menit, durasi 30 detik
02.35 Pimpin persalinan sampai
bayi lahir
02.45 Lahir bayi secara spontan
patologis, jenis kelamin laki –
laki, apgar score 7/8/9
BB = 2200 gram
Panjang badan = 44 cm
Lingkar kepala = 33 cm
Lingkar dada = 32 cm
02.50 Plasenta lahir spontan
lengkap. Kontraksi uterus (+)
keras, perdarahan pervaginam
(+) 100 cc, TFU 1 jari ↓ pusat
Perineum laserasi jahit 2

29 Maret 2016

S/ ASI lancar, tidak ada keluhan. P/ - Infus RL 20 tpm


- Ampicillin 1 gr/8 jam
O/ KU cukup
TD = 140/80
TFU 1 jari ↓ pusat
BAK (+) BAB (-)
PPV (+) normal
Lochia rubra (+)
A/ Post partum spontan dengan
PEB dan IUGR hamil aterm
P2A0 dph 0

30 Maret 2016

S/ Tidak ada keluhan. P/ - Infus RL 20 tpm


- Ampicillin 1 gr/8 jam
O/ KU cukup
- Metergin tab 3 x 1
TD = 140/80
- Promavit tab 2 x 1
TFU 1 jari ↓ pusat
- Sesuai TS interna
BAK (+) BAB (-)
dr. Auliya, Sp. PD
PPV (+) normal
- Observasi, jika KU baik
Lochia rubra (+)
dan TD < 150/110, sore
A/ Post partum spontan dengan
BLPL
PEB dan IUGR P2A0 H. 37+5
Resep pulang interna
minggu dph 1
- Nifedipin 2 x 10 mg
- Metildopa 2 x 250 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Resep pulang obsgyn
- Cefadroxil 2 x 500mg
- Promavit 2 x 1 tab
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Preeklampsia adalah sindrom klinis pada masa kehamilan (setelah


kehamilan 20 minggu) yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
(>140/90 mmHg) dan proteinuria (0,3 gram/hari) pada wanita yang tekanan
darahnya normal pada usia kehamilan sebelum 20 minggu (Podymow &
August, 2013). Sedangkan preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan
tekanan darah ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai
proteinuria > 3 - 5 g/ 24 jam. (Angsar, 2010)

Intrauterine Growth Restriction atau IUGR adalah sekelompok janin


atau bayi yang berat badannya sama atau kurang dari 10 persentil sebagai
akibat dari proses patologi yang mencegah ekspresi dari potensi pertumbuhan
internal yang normal (Peleg et al, 1998)

B. Epidemiologi
Preeklampsia merupakan penyebab mortalitas maternal (15 – 20% di
negara berkembang) dan morbiditas (akut dan jangka panjang), kematian
perinatal, kelahiran prematur, dan intrauterine growth restriction.
Preeklampsia terjadi pada sekitar 1 dari 20 kehamilan. Penyakit ini dapat
berkembang menjadi eklampsia, atau kejang, yang mencakup hingga 10
persen kematian ibu. Dari perspektif kesehatan masyarakat lainnya, tingkat
preeklampsia meningkat di seluruh dunia terutama di negara- negera
berkembang sebesar 40% antara tahun 1990 dan 1999 dikarenakan
meningkatnya ibu hamil di usia lebih tua dan multigravida, yaitu kondisi yang
diketahui meningkatkan resiko preeklampsia.

Diperkirakan 50.000 wanita di seluruh dunia meninggal setiap


tahunnya karena preeklampsia. Insidensi preeklampsia mencapai 2 – 10%,
tergantung pada populasi yang diteliti dan definisi preeklampsia. Di Israel,
insidensinya mencapai 2.8%, 5.8% di Skotlandia, 14.1 % di Australia, dan
5% di Seattle (Shamsi et al, 2013).

Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab


kematian ibu berkisar 1,5 persen sampai 25 persen, sedangkan kematian bayi
antara 45 persen sampai 50 persen (Djannah & Arianti, 2010).

Intrauterine Growth Restriction atau IUGR kini merupakan suatu


entitas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat
dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6 – 10 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Di Jakarta dalam suatu
survei ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah, insidensi IUGR
lebih tinggi (14%) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah
atas yaitu 5% (Wiknjosastro, 2010).

C. Etiologi

Etiologi preeklampsia tidak diketahui secara pasti. Diketahui ada


beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia,
seperti nullipara, multiparietas, riwayat keluarga preeklampsia, hipertensi
kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal, riwayat preeklampsia onset dini
pada kehamilan sebelumnya (<34 minggu), riwayat sindrom HELLP
(hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet) (Myrtha, 2015).
Sedangkan etiologi IUGR dibagi menjadi tiga, yaitu faktor ibu, faktor
janin, dan faktor plasenta.
Tabel 1. Etiologi IUGR (Suhag & Berghella, 2013)

Faktor Maternal Faktor Janin Faktor Plasenta


Demografis: Genetik: Plasenta:
Usia kehamilan yang
Trisomi 21,18,13 Solusio plasenta
ekstrim
Ras Turners’ syndrome Plasenta accreta
Berat badan pre-
Delesi kromosom 4,5 Infark plasenta
kehamilan rendah
Kenaikan berat badan
Sindrom genetik Plasenta sirkumvalata
kehamilan yang buruk
Confined placental
Obstetri: Malformasi kongenital
mosaicism
Jarak antar kehamilan Kelainan jantung
Hemangioma plasenta
yang singkat kongenital
Ada riwayat
pertumbuhan janin CDH Chorangioma plasenta
terhambat
Gaya
Defek dinding abdomen Villitis kronis difus
hidup/lingkungan:
Merokok Anencephali Lenyapnya vili janin
Konsumsi alkohol Infeksi: Tali pusar:
Penggunaan narkotika TORCH Insersio velamentosa
Tinggal di dataran tinggi Malaria Arteri umbilikal tunggal
Penyakit sistemik: Lain-lain:
Hipertensi (Hipertensi
Chlamydia
kronis, preeklampsia)
Diabetes pregestasional Mycoplasma
Penyakit ginjal Listeria
Anemia TB
Penyakit pulmoner Multigravida
Kelainan jantung
kongenital
Penyakit autoimun
Sindrom antifosfolipid
Penyakit gastrointestinal
(Crohn’s disease, kolitis
ulseratif, gastric bypass,
malabsorpsi)
Malnutrisi
Penerima transplantasi
organ (ginjal)
Lain-lain:
Artificial reproductive
technologies
Faktor uterus (fibroid,
anomali mullerian)
Medikasi (antikonvulsi,
beta bloker)
Angiotensin gene
mutation

D. Klasifikasi

Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologist


(ACOG) (2013), Preeklampsia dibagi menjadi dua golongan, yaitu preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat.

Preeklampsia ringan ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg


dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg disertai dengan proteinuria +1.
Preeklampsia ringan disebut juga preeclampsia without severe feature. Tanda-
tanda keparahan dari preeklampsia atau masuk klasifikasi preeklampsia berat
adalah:

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam dengan syarat
pasien dalam keadaan bed rest dan belum diberikan obat anti hipertensi

- Trombositopenia (platelet count < 100.000/microliter)

- Fungsi liver terganggu yang ditandai dengan meningkatnya enzim liver


(dua kali lipat nilai normal) dan adanya nyeri epigastrik yang tidak
respon pengobatan

- Insufisiensi renal progresif (konsenstrasi serum kreatinin > 1.1 mg/dL


atau dua kali lipatnya tanpa disertai penyakit ginjal)

- Edema paru

- Gangguan serebral atau gangguan visual

Klasifikasi IUGR adalah simetris dan asimetris, tergantung kapan


faktor penghambat pertumbuhan tersebut terjadi. Jika factor yang
menghambat pertumbuhan terjadi pada awal kehamilan (biasanya kelainan
kromosom dan infeksi) akan menyebabkan IUGR yang simetris. Jumlah sel
berkurang dan secara permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan
prognosisnya jelek. Penampilan klinisnya proporsinya tampak normal karena
berat dan panjangnya sama-sama terganggu sehingga Ponderal Indeksnya
normal. Jika factor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada saat
kehamilan lanjut pada saat hipertrofi akan menyebabkan berkurangnya
ukuran sel, menyebabkan IUGR yang asimetris yang prognosisnya lebih baik.
Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala normal, sedangkan Ponderal
Indeksnya abnormal. (Wolstenholme and Wright, 2000.)

E. Diagnosis

Tabel 2. Kriteria Diagnostik Preeklampsia (Turner, 2010)

Onset gejala setelah usia kehamilan >20 minggu yang membaik pada 6 –
12 minggu post partum.
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
Hipertensi (Tekanan darah sistolik ≥ Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
140 mmHg atau tekanan darah atau tekanan darah diastolik ≥ 110
diastolik ≥ 90 mmHg), dapat berupa mmHg (diperiksa dua kali, minimal
superimposed pada hipertensi kronis. perbedaan waktu pemeriksaan 6 jam)
Proteinuria (proteinuria ≥ 300 mg/24 Adanya bukti kerusakan organ target
jam, atau terdapat peningkatan yang lain
signifikan) - Menurunnya fungsi renal
termasuk proteinuria +1 pada
dipstik urin atau oligouria
mendadak, khususnya dengan
kreatinin yag meningkat
- Gangguan sistem syaraf pusat
(perubahan visus, sakit kepala)
- Edema pulmo (3% pasien)
- Disfungsi liver
- Nyeri epigastrik/nyeri kuadran
kanan atas (peregangan kapsula
hepatis)
- Thrombositopenia (15% - 30%
pasien)
- HELLP (dapat muncul tanpa
proteinuria)
- Terdapat gangguan janin
(IUGR, oligohidroamnion)

Diagnosis IUGR dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Peningkatan berat badan total Ibu. Baik pada negara-negara


berkembang maupun negara maju, dan berbagai kelompok etnis dan ras,
terdapat hubungan positif antara peningkatan total berat badan ibu dengan
berat badan lahir fetus. Peningkatan berat badan yang inadekuat (kurang
dari 4.3 kg) pada kehailan awal < 24 minggu, merupakan suatu faktor
prediktor dari berat badan lahir rendah.

Riwayat restriksi pertumbuhan atau lahir mati. Wanita dengan riwayat


mengalami restriksi pertumbuhan fetus pada kehamilan sebelumnya,
memilihi risiko sebesar 50% mengalami restriksi pertumbuhan pada
kehamilan berikutnya. Riwayat kehamilan sebelumnya dengan bayi lahir
mati juga merupakan infikasi untuk dilakukan screening intensif pada
kehamilan berikutnya, karena lebih dari setengah kasus bayi lahir mati
berkaitan dengan IUGR, terutama pada kasus bayi lahir pada pada usia
gestasi < 32 minggu (Usha & Sarita, 2011).

2. Pemeriksaan Fisik

Tinggi fundus uteri. TFU lebih kecil 2 – 3 cm dibandingkan TFU yag


normal menurut usia gestasinya. Pada beberapa kasus, pengukuran TFU
kurang cocok dilakukan, yaitu pada kasus-kasus fibroid dan indeks massa
tubuh yang tinggu. Pengukuran TFU secara serial merupakan suatu cara
screening, yang memiliki kelemahan yaitu metode ini hanya mampu
mendeteksi dengan besar sebesar 40% janin yang mengalami pertumbuhan
janin terhambat (Cunningham et al, 2010).

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada wanita dengan faktor resiko, harus dipertimbangkan untuk evaluasi
sonografik secara berkesinambungan. Meskipun demikian, diagnosis pasti
umumnya tidak bisa dibuat sampai kelahiran.

a. Ultrasound Biometry

Penentuan usia gestasi. Dalam mendiagnosa IUGR, penting untuk


menentukan estimasi usia gestasi secara akurat. Meskipun untuk
menetukan usia kehamilan biasanya menggunakan perhitungan dari
hari pertama menstruasi terakhir, namun USG lebih dapat dipercaya.
Screening awal untuk menentukan usia gestasi dan adanya anomali
dapat dilakukan saat usia kehamilan 16-20 minggu. Akan tetapi
diagnosa IUGR baru ditegakkan setelah usia kehamilan memasuki
trimester ketiga.

Penentuan berat badan fetus. Estimasi berat badan fetus dapat dihitung
dengan menggunakan formula Hadlock yang menggunakan variabel
BPD (Biparietal Diameter), Head Circumferene (HC), Abdominal
Circumference (AC), dan Femur Length (FL) dalam perhitungannya.
Meskipun akurat, pemeriksaan ultrasonografi yang digunakan untuk
mendeteksi IUGR memiliki temuan – temuan negatif palsu.

Pengukuran cairan amnion. Hubungan antara IUGR dengan


oligohidramnion telah lama diketahui. Satu kemungkinan penjelasan
untuk oligohidramnion adalah kekurangan produksi urin janin akibat
hipoksia dan penurunan aliran darah ginjal.

b. Velosimetri Doppler

Terlihat tanda – tanda abnormalitas dari pemeriksan dengan


velosimetri Doppler pada arteri umbilikalis. Abnormalitasnya ditandai
oleh tidak adanya atau berbaliknya aliran diastolik akhir (Briana &
Malamitsi, 2009)

F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia berat adalah mencegah timbulnya
kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial dan
kerusakan organ – organ vital, pengelolaan cairan, dan menentukan waktu yang
tepat untuk persalinan. Perawatannya dapat meliputi:

a. Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.

Indikasinya apabila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini

1. Ibu

a. Kehamilan > 37 minggu

b. Terdapat tanda – tanda impending eklampsia

c. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif

2. Janin

a. Adanya tanda – tandanya kegawatan pada janin

b. Adanya tanda – tanda pertumbuhan janin terhambat

3. Laboratorium

a. Terdapat sindrom HELLP

b. Pengobatan medikamentosa

a. Pemberian MgSO4.

b. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

c. Diuretikum diberikan apabila terdapat edema paru, payah jantung


kongestif, atau edema anasarka. Diuretikum yang diberikan adalah
furosemide.

d. Pemberian antihipertensive jika TD ≥ 160/110

c. Pengelolaan Konservatif, yang berarti kehamilan tetap dipertahankan.


Indikasinya adalah kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda – tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik (Wardhani et al, 2014)

Sedangkan untuk hipertensinya, berikut merupakan tabel obat hipertensi yang


aman dan tepat untuk kehamilan (Podymow & August, 2013).
Obat Hipertensi Dosis Keterangan
Obat lini pertama
Metildopa (B) 0,5 – 3 gram/hari terbagi Merupakan obat pilihan,
2 dosis aman digunakan setelah
trimester pertama
Obat lini kedua
Labetalol (C) 200 – 1200 mg/hari Mungkin berhubungan
terbagi 2 – 3 dosis dengan gangguan
pertumbuhan fetus
Nifedipin (C) 30 – 120 mg/hari preparat Dapat menghambat
lepas lambat proses persalinan dan
mempunyai mekanisme
sinergis dengan
magnesium sulfat dalam
menurunkan tekanan
darah. Penggunaan
penghambat kanal
kalsium lain belum
banyak diteliti.
Hydralazine (C) 50 – 300 mg/hari terbagi Penelitian sedikit, sedikit
2 – 4 dosis efek samping yang
terdokumentasi,
bermanfaat sebagai
kombinasi dengan agen
simpatolitik, dapat
menyebabkan
tromositopenia neonatus
Beta blocker (C) Tergantung jenis obat Dapat menurunkan aliran
darah uteroplasenta,
dapat mengganggu
respon fetus terhadap
stres hipoksia, risiko
gangguang pertumbuhan
jika mulai digunakan
pada trimester pertama
atau kedua (atenolol),
dapat menyebabkan
hipoglikemia neonatus
pada dosis lebih tinggi.
Hydrochlorthiazide 12,5 – 25 mg/hari Dapat menyebabkan
gangguan elektrolit,
digunakan sebagai
kombinasi dengan
metildopa atau
vasodilator untuk
mengatasi retensi cairan.

BAB III

ANALISIS KASUS

A. Aspek Diagnosis

1. Preeklampsia Berat

Dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan tekanan darahnya adalah


160/110 mmHg. Sedangkan dari laboratorium didapatkan protein urin +1.
Tekanan darah dan kadar protein urin pasien sesuai dengan kriteria
preeklampsia berat, yaitu tekanan darah ≥ 160/110 mmHg dan protein urin
+1.

2. IUGR

Pasien ini belum sempat dilakukan USG selama di rumah sakit


sehingga diagnosis IUGR didapatkan dari TFU pasien yaitu 28 cm. Bila
dihitung taksiran berat janin menggunakan rumus Johnson Toshack,
hasilnya 2635 gram, yang mana kurang sesuai untuk diagnosis IUGR
karena untuk usia kehamilan pasien, berat bayi tersebut tergolong cukup
atau sesuai dengan umur kehamilan.

Berat badan lahir bayi adalah 2200 gram dengan usia kehamilan
ibu 37+4 minggu. Dengan menggunakan kurva Lubchenco, diketahui berat
badan bayi dibawah persentil 10. Hal ini sesuai dengan definisi IUGR
yaitu sekelompok janin atau bayi yang berat badannya sama atau kurang
dari 10 persentil sebagai akibat dari proses patologi yang mencegah
ekspresi dari potensi pertumbuhan internal yang normal.
B. Aspek Terapi

1. Preeklampsia Berat

Saat datang ke VK IGD, dilakukan protap PEB pada pasien melalui


IV. Cara pemberiannya adalah:

o MgSO4 40% diambil 4 gram (10 cc) diencerkan dengan aqua 10


cc (1:1) dimasukkan secara IV dalam waktu 5 – 10 menit (infus
RL tetesan cepat)

o Infus RL diganti yang baru  dimasukkan 6 gram MgSO4 40%


(15 cc) drip 28 tetes/ menit. Apabila infus habis diganti dengan
infus RL + MgSO4 40% 6 gram (15 cc) drip 28 tetes/ menit
dengan syarat pernapasan tidak kurang dari 16x/menit, tekanan
darah ≥ 150/90 mmHg, urine minimal 200 cc/6 jam.

o Apabila pasien sesak napas (apneu)  diberikan kalsium glukonas


10% 1 ampul (1 gram) IV pelan – pelan.

Selain itu, pada pasien ini kehamilan tidak dipertahankan atau bayi
segera dilahirkan karena usia kehamilan > 37 minggu.

Untuk hipertensinya, pasien mendapatkan metildopa 2 x 250 mg


dan nifedipine 2 x 10 mg. Terapi ini sesuai dengan FDA yang
menempatkan metildopa sebagai obat hipertensi lini pertama untuk
kehamilan. Sedangkan nifedipine dipilih karena mekanisme sinergisnya
dengan magnesium sulfat.
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporan pasien atas nama Ny. S usia 36 tahun G2P1A0 dengan usia
kehamilan 37+4 minggu yang dirujuk dengan hipertensi yaitu TD 160/110 mmHg.
Keluhan tersebut kemudian mengarah ke diagnosis preeklampsia berat setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil protein urin +1. Selanjutnya
pada pemeriksaan obstetri ditemukan TFU 28 cm yang kurang sesuai untuk
diagnosis IUGR. Berat bayi lahir adalah 2200 gram atau di bawah persentil 10
sehingga hal inilah yang menegakkan diagnosis IUGR tersebut. Diagnosis pasien
ini sesuai dengan literature yang penulis temukan.

Protap PEB dilakukan pada pasien dengan tambahan obat berupa


metildopa dan nifedipine. Terapi ini sesuai dengan penatalaksanaan PEB serta
sesuai dengan panduan pengobatan hipertensi dalam kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Angsar, M. D., 2010. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Saifuddin, A. B.,


Rachimhadhi, T., Winkjosastro, G. H., eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp.544

Briana, D., & Malamitsi, A., 2009. Review: Intrauterine growth restriction and
adult disease; the role of adipocytokines. European Journal of
Endocrinology; 160:337 – 47

Cunningham, Leveno, Bloom et al., 2010. Fetal Growth Disorders: William


Obstetrics.

Djannah, S. N., Arianti, I. S., 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian


Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007 –
2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan; 13(4):378

Mochtar, R., 2007. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC, pp. 144-45

Myrtha, R., 2015. Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Preeklampsia. CDK;


42(4):263

Peleg, D., Kennedy, O.M., Stevan, K.H., 1998. Intrauterine Growth Restriction:
Identification and management. Am Fam Physician;58(2):453-60

Podymow, T. & August, P., 2013. Hypertension in pregnancy. In: Black, H.R.,
Elliott, W.J., eds. Hypertension: A companion to Braunwald’s heart
disease. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; pp.327– 35)
Shamsi, U., Saleem, S., & Nishter, N, 2013. Epidemiology and risk factor of
preeclampsia; an overview of observational studies. Al Am een J Med Sci;
6(4):292-93

Suhag, A. and Berghella, V., 2013. Intrauterine Growth Restriction (IUGR):


Etiology and Diagnosis. Curr Obstet Gynecol Rep; 6

The American College of Obstetricians and Gynecologist. 2013. Hypertension in


Pregnancy. From:
http://www.acog.org/Resources_And_Publications/Task_Force_and_Work
_Group_Reports/Hypertension_in_Pregnancy, accessed on May 10, 2016.

Turner, J. A., 2010. Diagnosis and management of pre-eclampsia: an update.


International Journal of Women’s Health; 2:328.

Usha, K. & Sarita, B., 2011. Placental Insufficiency and Fetal Growth Restriction.
The Journal of Obstetrics and Gynecology of India; 61(5):505 – 11.

Wardhani, Dyah P, et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aeusclapius.

Winkjosastro, G. H., 2010. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam: Saifuddin, A.


B., Rachimhadhi, T., Winkjosastro, G. H., eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp.696

Wolstenholme, J and Wright, C., 2000. Gene, Chromosome and IUGR. In:
Kingdom, J. & Baker, P., eds. Intrauterine Growth Restriction, pp.27

Anda mungkin juga menyukai